Moment'19

4 2 0
                                    


SMA Angkasa sudah di kejutkan dengan kedatangan seseorang yang berada disamping anak pemilik yayasan tersebut

Banyak pasang mata yang terang-terangan menatap mereka, ada juga yang sambil berbisik. Tepat itu juga Wildan dan Rafli tiba dengan motor mereka masing-masing.

Mereka turun segera menghampiri pusat perhatian siswa siswi "lu ngapain disini?" Sinis Rafli. Dewi sudah menceritakan kejadian saat kei pergi dari kamar inap ana, kei sendiri sudah memaklumi nya "dia sekolah disini"

"Wahh king and Queen SMA Angkasa kambek cuyyy" teriak Wildan

"Ga setuju"

"lupain masalah kemarin bro" senyum kei yang sangat lebar membuat siapa saja luluh itu menghipnotis Rafli "oke"

Ana yang sedari tadi diam saja sambil memainkan ujung baju nya merasa ada yang menatap nya, ia melirik ke samping  "gausah malu, gua mah netral" ucap Wildan sambil mengelus puncak kepala ana

"Ekhmmm"

"Yang punya marah hahaha"

"Emang udah di cap sama mas kei?" Tanya Wildan kepada ana, ana yang tidak mengerti hanya menggeleng saja "nah kan belum, ga salah dong gua pepet"

"Salah"

"Why?"

"Serah" tutur kei dingin sambil menarik tangan ana menuju ruang kepsek

Wildan dan Rafli tertawa terbahak-bahak "bener bro. Dia udah kecantol"

"Kita liat endingnya" Rafli mengangguk setuju

-

Keadaan di ruangan sangat canggung setelah kedatangan ana yang membuat Pak Doni diam di tempat

"Dina"

"Dina"

"Ma.."

"Dina kan?"

"Maaf pak, dia bukan Dina" Doni refleks menatap kei, ia tak percaya dengan ini

"Ana, kenalin ini kepala sekolah SMA Angkasa"

"Pak ini murid baru, yang papa bilang kemarin"

"Siapa namamu" Doni rupanya menghiraukan ucapan kei

"Qanshana Anantasya William" kei menatap miris Doni, ia terpaksa tersenyum tetapi matanya menunjukkan bahwa ia sedang merindukan sosok putrinya

"Baiklah, kei silahkan masuk ke kelasmu. Saya akan mengantarkan Tasya ke kelasnya"

Ana menatap Doni, baru kali ini ia dipanggil dengan sebutan tasya "pak, boleh saya minta kalo ana masuk kelas 11ipa3?"

"Alasan nya"

"Saya, Wildan, Deni,dan Rafli akan menjaga ana pak. Terutama saya yang diberi amanat oleh papa menjaga princess nya"

"Kembalilah kei" Setelah kepergian kei, Doni tak henti-hentinya menatap ana dengan senyum yang
mengembang di bibirnya "maaf saya membuat mu tak nyaman"

Ana hanya tersenyum kecil sembari mengisi data yang ada di sodorkan Doni kepadanya "sudah pak"

"Mari saya antar ke kelas" selama perjalanan menuju kelas tidak ada yang memulai pembicaraan

Tok!! Tok!!

"Permisi"

"Iyaa pak"

"Maaf Bu Tuti, saya mengantar murid baru di kelas ini"

"Baik pak, terimakasih" Doni menatap Deni anaknya yang terlihat benggong di kursinya, ia pun pergi meninggalkan kelas

"Perkenalkan dirimu nak"

Ana menunduk malu, banyak dari mereka menatap ana dingin ada juga yang sambil tersenyum hangat tuhan tolong aku " haii, perkenalkan nama saya Qanshana an.."

"Anantasya William" ucap mereka satu kelas, ana terpaku, apa mereka semua cenayang? Kok tau nama  dirinya "rupanya kalian sudah mengenal Hana" ucap Bu Tuti

"Silahkan Hana kamu duduk"

"Ana!!" Teriak kei

"Sini" benar saja Wildan sudah berpindah tempat duduk berada di belakang meja kei, butuh Perjuangan bagi kei untuk membujuk Wildan agar pindah

Ana hanya menurut saja "baik semua, semoga kalian bisa menerima kehadiran anggota baru" senyum Bu Tuti ramah

"Setelah ini tidak ada yang berisik, 15menit kemudian akan bel. Assalamualaikum"

"Waalaikummusalam" ucap seluruh siswa, usai kepergian Bu Tuti tatapan mereka beralih kepada ana yang sedari tadi menahan malu "ngapain liat-liat mau gua colok mata lu semua hah?!" Ucap Deni sebal

"Cantik bro" tutur Aldi ketua kelas

"Standar lahh"

"Cantikan gua"

"Manis"

"Kok nunduk si, Emang ada apaan di bawah?"

"Pelet ahh"

Ucapan ucapan itu terdengar jelas di kuping ana, kei yang sedari tadi hanya mendengar pun angkat bicara
"She is mine" seluruh kelas bungkam.

"Demi apa!!!" Heboh Deni

"Udah di cap sama si mas kei gausah macem-macem deh kalo masih mau aman" tutur Rafli

Deni yang sebenarnya masih binggung akan kehadiran ana mengurungkan niatnya untuk bertanya apa yang terjadi sebenarnya ia pun ikut nimbrung saja

"Hahahahahahahahhahahhahahhaahahahhaha" suara itu membuat seluruh penghuni kelas menengok ke arah pintu kelas

"Lu bilang dia punya lo? Ngarep!!" Ucap nya sambil menghampiri meja kei, tepatnya ke sisi ana

Seluruh kelas diam hanya menyaksikan, yang tadinya mereka memainkan handphone sekarang tidak, tidak ada yang berani merekam kejadian tersebut "adik manis apa kabar" ana yang tadinya menunduk, mendengar suara yang sudah ia rindukan tersenyum hangat

"Baik ka"

"Laper ga?"

"Tadi udah sarapan dirumah kak" Gilang melirik ke arah kei yang sedang menahan emosi

Gilang tersenyum miring lalu mendekat kearah ana "pulang sekolah kaka tunggu di parkiran" sambil mengusap kepala ana sayang

"Gabisa"

Gilang menatap kei santai, sedangkan kei menatap nya tajam "dia pulang sama gua" Gilang tertawa renyah

Dengan seenaknya Gilang duduk di atas meja ana dengan satu kaki di taruh di meja " turunin kaki lo" Wildan berucap dengan tatapan datarnya "tembok diem aja"

"Maksud lu apaan anjing"

"Datar"

"Bangsat"

Bughh!! Bughh!!

dua tonjokan di tulang pipi saja Gilang sudah terkulai lemas di lantai "ck! Segitu doang?" Remeh Wildan

Ana yang melihat Gilang seperti itu menahan air mata nya "ka Gilang gapapa kan? Ayo kita ke UKS" tutur ana sambil membantu Gilang bangkit

"Ana balik"

"Abang jahat" balas ana, kei terdiam di tempat saat ana merangkul Gilang membantu nya berjalan, sebelum benar-benar keluar dari kelas Gilang mengancungkan jempol nya kearah bawah tepat di hadapan kei, tentu tanpa sepengelihatan ana

"Licik"

 
















Yaudah terima aja ya :') walau agak gaje gitu wkwk

Vote++komen yaa guys

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang