Tes.. tes.. tes..
Felix dan teman-temannya menghentikan tawa mereka sejenak ketika menyadari langit mulai meneteskan air sedikit demi sedikit.
"Eh, cabut dah gua! Kagak bawa jas ujan" ujar salah satu temannya sebelum berlari menuju parkiran. "Lemah," sahut temannya yang lain.
Felix hanya terkekeh, memeriksa jam pada ponselnya. Pukul 17.25, rasanya kelasnya baru selesai 20 menit yang lalu, tapi ternyata ia sudah menghabiskan waktu nyaris 1 jam berada di kantin fakultasnya.
"Cabut juga dah gua, ntar buka di jalan.""Tiati," lagi-lagi Felix menjadi yang terakhir pulang. Hal itu sudah seperti kegiatan rutinnya, menghabiskan hari di kampus untuk mencari keramaian. Ataupun merecoki kontrakan Bayu yang biasanya hanya terisi oleh duo pejuang skripsi dan Aji.
Digerakkan tubuhnya bangkit dari bangku panjang yang kini hanya terisi oleh dirinya. Melangkah menuju parkiran dengan santai sembari memainkan ponsel di tangan kanannya. Matanya memicing ketika melihat seorang perempuan berdiri di ujung bagian bangunan yang tertutup atap, membiarkan tubuhnya terkena percikan air hujan.
Tanpa sadar, tangan Felix tergerak untuk menarik perempuan itu mundur dua langkah ke belakang. Membuat perempuan itu tidak terlalu terekspos air hujan yang makin deras.
Kedua mata Felix melebar ketika akhirnya melihat wajah dari sang perempuan di sampingnya. Bukan hanya karena perempuan itu adalah teman sekelasnya yang cukup ia kenal dengan baik, namun juga karena air mata yang mengalir pada pipi kedua perempuan itu. "Kath?" ujar Felix.
Yang dipanggil hanya menghapus bekas air matanya, berusaha terlihat normal. "Apa?" tanyanya singkat, terkesan jutek.
"Pulang naik apa?" Felix balik bertanya tanpa melihat wajah lawan bicaranya. Ia yakin perempuan di sampingnya sedang tidak ingin dilihat oleh orang lain.
"G-gojek paling," Felix melirik ponselnya sebelum berkata, "Tunggu sini," lalu berlari menerjang hujan menuju mobilnya.
Tak lama kemudian sebuah mini cooper berhenti di depan perempuan berpakaian serba hitam tadi. "Kathy!" panggil Felix dari dalam mobil itu. Dilambaikan tangannya, mengisyaratkan Kathy untuk segera masuk.
Tin!
Sebuah mobil di belakang mini cooper merah itu membunyikan klaksonnya, membuat Kathy berlari kecil memasuki mobil dengan sang pemilik yang tersenyum lebar.
Tak ada sepatah kata yang keluar dari kedua insan tersebut, hanya ada derungan mesin dan rintikan air menabrak kaca maupun badan mobil yang mereka tumpangi.
"Rumah lu..?" Felix bertanya pelan. Perempuan di sampingnya terlihat resah, menggelengkan kepalanya lalu balik bertanya, "Kalo ke tempat lu aja... boleh gak?"
○●○
Felix tidak pernah mengira dirinya akan membawa seorang perempuan di tengah hujan ke dalam apartemennya. Apalagi dengan Aji dan Haris yang tengah ribut bermain nintendo switch miliknya di ruang tengah.
'Siapa??'
'Anak orang lu bikin nangis terus bawa pulang???'
Kira-kira begitulah tatapan yang dikeluarkan Jinendra dan Haris ketika melihat Felix masuk ke dalam apartemen lalu disusul oleh seorang Kathy di belakangnya.
"Kok lu di sini?" tanya Felix, tidak menujukan secara langsung kepada siapa ia bertanya. Namun tubuh dan kedua matanya mengarah pada Aji.
"Main lah," jawab Aji santai sembari menaik turunkan alisnya. "Cabut teraweh ya lu," tuduh Felix- mungkin bukan sebuah tuduhan karena hal itu benar adanya.
"Tadi sore ada Bang Fazrin ama Esa di kontrakan, makanya dia langsung kabur ke sini."
Seketika Aji mengeluarkan tatapan tajamnya pada Haris, "Parah lemes bat mulut lu, males gua."
"Btw, namanya siapa? Kenalan dong, gua Haris," Haris tidak mendengarkan protes dari Aji dan malah memberikan senyuman andalannya, mengulurkan tangannya pada Kathy yang hanya terdiam memerhatikan mereka.
"Kathy," balas Kathy, menjabat tangan Haris. "Yang ini Aji," ujar Haris sembari menyikut Aji yang padahal sudah bersiap berkenalan dengan Kathy.
"Hai," sapa Aji ramah. Sebenarnya Kathy sangat malu, kalau tahu apartemen Felix berisi dua manusia bobrok ini, ia tidak akan meminta Felix untuk membawanya ke sini.
"Mau ganti gak, Kath?" tawar Felix yang entah sejak kapan sudah berganti baju dan kini duduk manis di samping Kathy. Perempuan bersurai sebahu itu menolak tawaran Felix tanpa berpikir dua kali, "Gak usah, ngerepotin."
Sementara itu Aji tertawa sebelum menyahut, "Gak ngerepotin kok, kalo dari lemari Felix mah lu bawa pulang juga gapapa."
"Bentar," Felix malah beranjak ke kamar. Menyisakan Kathy kembali dengan duo manusia aneh di ruang tengah. "Mau minum teh?" tanya Aji, seakan ia adalah pemilik apartemen tersebut.
"Ngg... gausah," tolak Kathy lagi. Aji mengedikkan kedua bahunya, berjalan menuju dapur dan mengambilkan Kathy air putih hangat. Karena katanya perempuan itu tidak ingin minum teh, jadi mungkin ini cukup menghangatkan pikirnya. Iya, terserah Aji.
"Rumah lu di mana? Eh, apa ngekos?" tanya Haris pada Kathy. "Nih," Aji tiba-tiba datang memotong pembicaraan Haris dengan meletakkan gelas yang dibawanya di hadapan Kathy.
"Di whiteleaf," jawab Kathy seadanya. Aji dan Haris mengangguk-anggukkan kepala mereka, "Gak jauh ya."
Kali ini giliran Felix yang datang, membawa hoodie hitam di tangan kanannya, "Nih, ganti. Ntar lu enterwind," ujarnya. Kathy yang tidak mengerti mengerjapkan matanya sesaat.
"Masuk angin, Kath," jelas Aji. "Lu kurang main sama Felix, ya? Sini belajar dulu kosa kata Felixiano sama gua," cerocos Aji.
Well, mungkin itu bukan ide buruk untuk mengalihkan pikirannya sejenak.
○●○