Purple

347 59 1
                                    

Siang yang terik membuat seorang Haris Januar semakin malas untuk melangkahkan kakinya keluar dari kosan. Sejujurnya ia berencana pulang berhubung tidak ada kelas, dan ini adalah weekend namun sepertinya rencana itu gagal melihat bagaimana pemuda itu kini tengah tengkurap di atas kasur dengan tangan lincah menekan-nekan ponselnya.

"Elah," bibirnya mengeluarkan satu-dua gerutuan setelah permainan pada ponselnya menunjukkan bahwa ia kalah telak dalam battle. Pada fase ini, ia tidak bisa mengelak perkataan Felix bahwa dirinya tidak handal dalam bermain game.

Baru saja ia ingin melempar ponselnya ketika sebuah chat dari Esa muncul.

Esa
Yis
Bisa tolong jemput Jane gak?

Dahi Haris berkerut, tumben sekali Esa mengandalkan dirinya untuk menjemput Jane. Biasanya juga ia lebih memilih untuk menghubungi Felix, mengingat Bayu sering menghalangi Haris berhubungan dengan Jane.

Esa
Gua udah bilang Bang Bay kok

Emang Mahesa temen gua

Di kampus ye

Tanpa menjawan chat Esa, Haris pun menyambar jaket beserta kunci mobil dan dompetnya. Berlari kecil menuju mobil kesayangan agar cepat mencapai tujuan- menjemput sang bidadari. Ekhem.

Kedua maniknya meneliti satu persatu perempuan yang keluar dari gedung, takut Jane tidak menyadari kehadirannya di dalam mobil.

Bidadari
Udah sampe?

Beruntung tidak ada Aji ataupun Felix di sekitarnya karena apabila kedua manusia itu melihat nama Jane pada kontaknya, ia akan diejek habis-habisan. 'Bucieeennn'

Udah, lu di mana?

Tok!

Haris nyaris saja mengumpat ketika mendengar sebuah ketukan pada kaca jendela mobilnya. Di luar, ujung bibir Jane sedikit terangkat setelah melihat reaksi Haris akan aksi isengnya.

"Kaget, Pak?" ujar Jane sembari menghempaskan tubuhnya pada jok mobil dan mengenakan seatbeltnya.

"Sumpah, Jane. Jangan lagi dah," Haris menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum menjalankan mobilnya.

"Udah makan belom?" dikeluarkannya pertanyaan pasaran bagi sejuta umat manusia dalam masa pendekatan di seluruh penjuru dunia.

"Sebenernya males, tapi nanti perut lu bunyi lagi. Jadi kita makan di mana?"

"Hmm, siang gini... mie ayam?" usul Haris.

Tips dari Haris Januar, jangan balik bertanya pada perempuan. Bisa-bisa kalian tidak jadi makan karena jawaban melegenda-'terserah'-mereka.

"Boleh," Jane menjawab seadanya sembari memainkan ponselnya. Sesekali, Haris melirik ke arah layar ponsel gadis itu, berusaha mengintip apa yang membuat  Jane tersenyum sendiri.

Setelah memarkirkan mobilnya, Haris pun menegur Jane. "Mau makan, gak?" tanyanya jutek.

Tanpa menjawab pertanyaan Haris, Jane langsung melepas seatbeltnya. "Yuk," ajaknya sebelum turun mendahului pemuda di sampingnya.

"Bang mie ayam 2," ujar Haris sembari melewati gerobak menuju jejeran meja di belakangnya. "Eh, si kakak. Ini neng siapa lagi?"

"Apaan dah, Mang. Jangan membuat image gua ancur dong," gerutu Haris pada sang mamang mie ayam langganannya.

"Yeh, kan saya cuma nanya."

Jane yang sudah duduk sedari tadi hanya kembali memainkan ponselnya, membuat Haris sedikit kesal sekaligus heran. Kesal karena merasa dirinya tidak dianggap dan heran karena Jane terlihat begitu senang dengan sesuatu pada layar ponselnya.

"Yis, liat deh. Lucu bangetttt."

Kali ini Haris mengerutkan dahinya, bukan karena seorang Jane tengah menunjukkan ponselnya dengan senyuman pada dirinya. Namun karena panggilan khas teman-temannya yang keluar dari mulut seorang Jane.

"Lu manggil gua apa?" Haris mengeluarkan pertanyaan dalam kepalanya. "Ayis," panggil Jane lagi.

"Kok lu ikutan manggil gua Ayis, sih."

"Lah emang kenapa? Yang lain juga pada manggil lu Ayis, kan?"

"Gapapa sih," Haris malah menunjukkan cengirannya, "kalo dipanggilnya sama lu jadi beda gitu."

"Hilih."

○●○

Hari demi hari berlalu sejak kejadian permintaan tolong Esa dan makan siang mie ayam. Dan sama seperti kiamat yang tiap harinya makin dekat, begitu pula Haris dan Jane.

Sepasang manusia berjudul 'pendekatan tak ada akhirnya' itu terlihat tengah menikmati waktu menghabiskan bensin sekaligus menambah polusi udara. Kalo kata Bang Bayu sih, drive. Kalo kata Aji, tamasya berkeliling-keliling kota hendak melihat-lihat keramaian yang ada- oke cukup sampai situ.

"Terus Esa jadian?" tanya Haris setelah mendengar cerita kemajuan hubungan Esa melalui Jane.

"Gak tau deh. Kayaknya sih belom," jawab Jane santai. Haris pun manggut-manggut, lagipula mereka berharap apa dari seorang Mahesa?

Haris menghentikan mobilnya, menoleh ke arah Jane yang bersiap untuk turun. "Thanks ya," pamitnya singkat lalu keluar dari mobil tanpa menunggu balasan dari Haris, tipikal Jane memang.

Sayangnya, sepertinya Haris harus mendapatkan sedikit kejutan sebelum pulang ketika maniknya mendapatkan seorang Bayu berjalan keluar dari rumah dengan kaos dan jeans hitamnya.

Tetapi sepertinya itu belum seberapa karena Bayu malah memasuki mobil Haris dan tersenyum lebar, "Ayo boys night out, jemput Aji sama Jusuf dulu di kontrakan."

○●○

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang