Esa mengetukkan jarinya pelan pada laptopnya, menunggu pemilik dari nama pada layar di hadapannya mengangkat video callnya.
"Lho? Baru Esa doang? Jane mana?"
"Kata Bang Bayu belom bangun, tuh."
"Ehh, serius? Yaampun Jane, udah jam segini."
Sebuah senyuman mengembang pada bibir seorang Mahesa ketika mendengar kekehan kecil dari perempuan yang semenjak semester lalu mencuri perhatiannya. Perempuan pekerja keras yang selalu berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu, bersifat sedikit keras kepala ketika berdebat mengenai materi dari perkuliahan, serta... ceroboh.
"Bentar ya, Sa. Gue ngambil- Aduh!"
Kedua mata Esa melebar ketika lawan bicaranya yang hilang dari frame mengekspresikan rasa sakit. "Sa, kenapa?" tanya Esa sedikit khawatir karena tidak kunjung melihat penampakan perempuan tadi pada monitornya.
"Khansa?" panggil Esa sekali lagi.
"Ya ampun gue kejedot huhuh."
"Ada-ada aja sih."
"Nah, udah. Kita mau bahas apa tadi?"
"Ppt," jawab Esa singkat karena fokusnya terbagi dengan mengecek file ppt yang telah ia dan kelompoknya kerjakan. "Ini slide keempat-"
"Kemaren gue udah benerin kok, Sa. Ada di grup semalem gue kirim."
Jemari Esa bergerak cepat membuka ruang obrolan grupnya, mengecek file yang ternyata telah dikirim oleh Khansa pada pukul 02.00 pagi.
"Lho, kok udah selesai?"
"Ya... gapapa," jawaban tipikal Khansa yang sekarang sudah Esa kenali. Perempuan itu selalu begitu ketika ditanya suatu hal mengenai dirinya atau alasan apapun itu, seperti takut akan salah bicara lalu dihukum sehingga bingung harus menjawab apa. Belum lagi kebiasannya menunduk atau membuang pandangan ketika hal-hal seperti ini terjadi.
Esa menghela nafasnya, mengembangkan sebuah senyuman pada bibirnya sebelum berkata, "Ya udah, nanti gua edit sama kasih animasinya."
"Oke."
Melihat Khansa yang masih menunduk dan sepertinya berpura-pura sibuk dengan ujung kaosnya- ini berdasarkan pengamatan Esa selama satu semester belakangan, perempuan itu sering memainkan ujung bajunya ketika merasa tidak nyaman atau malu.
"Sa," panggil Esa.
"Hm?" kali ini Khansa mengangkat kepalanya, menatap Esa pada layar laptopnya.
"Gitu dong, gua lagi ngomong kok gak diliat?"
"E-enggak kok, ini kan gue liat."
"Malem ini ada konser online, lu ikut kan?"
"Ikut kokkk. Coba aja lagi gak kayak gini, kan bisa beneran nonton bareng lagi."
Telinga Esa memerah ketika teringat akan kejadian tempo hari menonton penampilan dari Mas Tara dan Bang Eja. Begitupula Khansa yang menyadari kalimatnya ambigu langsung mengambil ponselnya, berpamitan secara terburu-biru.
"E-eh udah kan? Gue dipanggil mama disuruh beli telor dulu."
"I-iya, udah kok."
"Yaudah, bye!"
Belum lama Esa termenung, Jane memasuki ruang video call mereka. Terheran melihat temannya itu terdiam, memandang kosong layar monitornya.
"Sa, sehat??" Jane melambai-lambaikan tangannya di depan kamera laptopnya.
"Jane..."
"Lu kenapa sih?? Khansa mana??"
"Nonton bareng katanya...."
Begitu paham apa yang dimaksud oleh Esa, Jane langsung memutar bola matanya.
"Ealah bucin."
.
Calvin
Etdah gila gua lama-lama beginiBayu
Kenapa lagiAji
Paling gara-gara "Gini amat pandemi"Calvin
Gini amat pandemi
Heh Jinendra awas lu abis ini semua kelarHaris
HAHAHAHAHAHAHAHBayu
Btw, apa kabar Esa yang abis vc??Haris
Pasti bucin ama KhansaFelix
Are you talking about yourself, Yis?Ino
Kurang-kurangin dah, YisJusuf
Kak Ino kan bucin juga :DIno
BOCIL DIEMFelix
Back to the topic guys
Jadi gimana saudara @-EsaEsa
Gua diem lhoCalvin
Siapa juga yang bilang lu ngomongJusuf
Bang Ical sensi amat
Ntar makin gaada yang mauAji
BOCIL NAKAL BANGET HERAN○●○