Di tengah kesibukan skripsi, seorang Christopher Chandra Bayuaji membuat kata mutiara yang ditempelnya pada dinding kamar kontrakannya. Tidak lain, tidak bukan, yaitu...
'CEPET SELESAI, CEPET TIDUR'
Awalnya ia berharap setelah melihat tulisan tangan di atas kertas putih menggunakan spidol itu, efisiensi kerjanya akan meningkat dari semula. Tetapi kenyataannya, sepertinya hal tersebut kurang membantu.
Karena buktinya pada waktu dini hari dengan jam yang menunjukkan pukul 02.00 kini, Bayu masih berkutat di depan laptop. Kantung matanya terlihat jelas, akibat dari berkurangnya jam tidur. Sebenarnya tidak semua mahasiswa tingkat akhir terlihat semenyedihkan dirinya, buktinya Fazrin masih bisa menyempatkan diri untuk merilis hasil cover lagunya nyaris tiap minggu.
Namun, jika tidak totalitas, tentu saja bukan Bayu namanya.
Setelah mengecek untuk terakhir kali lalu melakukan sedikit peregangan pada tubuhnya, Bayu pun mematikan laptopnya yang sudah memanas. Efek dari bekerja terlalu lama.
Diceknya ponsel yang tidak tersentuh sejak kemarin. Iya, pukul 23.00 termasuk kemarin kan?
Jemarinya bergerak menggeser layar ponsel ke atas, membaca sekilas chat dari berbagai orang hingga ponselnya bergetar.
Bunga.
Hubungan mereka kini sudah lebih dekat. Terkadang mereka menghabiskan akhir pekan berdua, berjalan-jalan untuk melupakan skripsi sejenak maupun hanya menikmati drive di malam hari.
Bunga
Kok belom tidur, Bay?Sebuah senyuman muncul pada bibir sang lelaki.
Lu juga kok belom tidur?
Bunga
Gue kebangun
Tidur sana, udah pagiIyaa
Lu juga tidur lagiDiletakkannya ponselnya di atas kasur sebelum beranjak menuju dapur. Bermaksud ingin memberi dirinya sedikit asupan mineral sembari duduk santai.
"Astaghfirullah, SETAAAANNNN!!!"
Dirinya tersentak kaget ketika mendengar suara teriakan yang berasal dari Aji. Pemuda itu sudah heboh mengambil sapu dari balik tembok, bermaksud menggunakan alat kebersihan itu sebagai senjata perlindungan diri.
"Hah, mana!?"
"YaAllah kok mirip Bang Bayu!? Jin qorin!!!"
Bayu langsung mengatupkan bibirnya, berjalan menuju Aji lalu mendorong jidat sang anak ayam kesal.
"Berisik amat, pagi-pagi!" tegur Bayu.
Aji terduduk lemas di sofa, memandang Bayu kosong dengan mulut terbuka. "Sumpah, Bang. Sport jantung gua," ujarnya pelan.
Sang lawan bicara menggeleng-gelengkan kepalanya, mendudukkan dirinya pada sisi lain sofa. Matanya melirik jam dinding pada ruang tengah sekilas, "Kok lu bangun jam segini?" tanyanya pada Aji.
"Tahajud lah," jawabnya cepat, "terus mau vidcallan, hehe."
"Pantesan lu pagi molor."
Iya, belakangan ini Aji sering bangun lebih siang akibat bangun cukup pagi. Membuat Bayu harus menarik selimut serta menyemprot wajah Aji ketika membangunkannya untuk berangkat kuliah.
"Ldr itu butuh perjuangan, Bang."
"Heleh," ledek Bayu.
"Makanya jangan skripsi aja, Bang yang diperjuangin."
"Berisik ya, anda."
"Dih, yaudahlah gua mo solat dulu. Keburu cewek gua nungguin," Aji beranjak dari sofa.
"Dasar bucheeennn."
○●○
Bayu mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha memastikan apakah perempuan di hadapannya ini adalah Bunga.
"Bay?" sebuah tangan melambai-lambai tepat di depan wajahnya.
"Kok bengong sih? Heh!" Bunga memukul pundak Bayu, berusaha membuat laki-laki itu terbuyar dari lamunannya.
"Eh, iya. Nga," Bayu memamerkan senyumannya. "Kok lu tumbenan ke sini...?"
"Mau ngajak lu makan."
Ini gua salah denger gak sih? -Bayu
"Hah?"
"Gak jual kelomang, gue."
"Bay?" Bunga kembali memanggil Bayu yang kembali terdiam.
"Mm... mau makan kan? ayo," kali ini Bayu menarik tangan kiri Bunga, memimpin jalan menuju kantin.
Bunga pun hanya menurut, mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya bergulir kesana-kemari ketika mereka memasuki kantin.
"Lu mau apa? Gua pesenin."
"Apa aja Bay, gue tag tempat duduk."
Ditatapnya Bunga yang berjalan menjauh, berbaur dengan kerumunan sebelum mendudukkan dirinya pada sebuah bangku lalu melambaikan tangannya pada Bayu. Memberi sinyal bahwa ia telah mendapatkan tempat duduk.
Bayu tersenyum, menganggukkan kepalanya sebelum memesan salah satu makanan favoritnya dan Fazrin. Sate padang. What a perfect noon.
"Eh tadi gimana bimbingan?" tanya Bunga pada Bayu yang masih sibuk dengan sate padangnya.
"Lancar," Bayu menelan sate dalam mulutnya sebelum lanjut bertanya pada Bunga, "lu gimana?"
"Syukur, lancar."
Ini emang awkward apa gua doang, sih -Bayu
Di tengah keheningan itu, Bunga tiba-tiba terkekeh. Jemarinya bergerak menunjuk sisi kanan ujung bibirnya.
"Kenapa, Nga?" Bayu tanpa sadar langsung mengelap sisi-sisi mulutnya menggunakan tangannya. Namun perempuan itu malah menggelengkan kepalanya, mengulurkan tangan, mengambil tisu tak jauh dari lengan kanannya, "Bentar ya, Bay."
"Ada bumbu sate," ujar Bunga sembari menunjukkan bekas bumbu sate pada tisu yang sudah digunakannya untuk mengelap ujung bibir Bayu.
Kalau begini, Bayu bisa apa selain diam karena malu?
○●○
Makasih 1K readsnya huhuh maaf ya kalo aku gabisa rutin and fast update😭