White

148 25 6
                                    

Orang bilang, lulus kuliah berarti masuk ke dunia sesungguhnya. Dan hari ini Kirino termasuk dari sekian banyak orang yang mau memulai tahap baru dalam hidupnya. Iya, akhirnya setelah sekian peringatan skripsi yang Bayu lakukan nyaris setiap harinya dan berbagai drama lainnya, akhirnya Ino wisuda.

Dari pagi di rumah Ino sudah terjadi keributan karena sang ibu tercinta terus memastikan anaknya sudah tampil maksimal hingga ayah dari Ino hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ditambah lagi kedatangan Sherin yang membawa buket bunga serta nasi liwet buatannya.

"Rin, mau foto sama Ayam, Bebek, Angsa, dong."

Mendengar request Ino awalnya Sherin sudah siap menaikkan nada bicaranya, tapi mengingat kini mereka berada di rumah kedua orangtua Ino, Sherin mengurungkan niatnya. Mengikuti keinginan Ino.

"Ayam, Ayam liat sini! Iya, pinterrr- Angsa! Angsa sebentar, iyaa!"

Ckrek!

Setelah percobaan entah keberapa kalinya, akhirnya sesi foto pun selesai. Sherin yang sedari tadi menjadi fotografer pun melihat hasil jepretannya satu-persatu dengan senyuman lebar, puas akan foto-foto Ino dimulai dari bersama kedua orangtuanya, sendiri, hingga bersama tiga krucil barusan.

"Nak Sherin foto gih sama Ino, tante fotoin sini."

"Eh, sendiri aja tante-"

"Iya sini, Rin!" Ino malah melambaikan tangannya, menyuruh Sherin berjalan mendekat.

Ibu pun mendorong Sherin agar berjalan ke arah Ino, "Ayo cepetan ibu fotoin, siap-siap yaa. Satu... dua... ti...ga!"

"Lucu ih kalian."

"Cantik ya, Bu?" Ino bertanya pada sang ibu. "Iyalah, Sherin kan emang cantik?"

"Bunganya maksud Ino."

"Oalah, udah, Rin. Cari yang baru aja kamu, anaknya temen ibu nih-" ibu berjalan menghampiri Sherin, menggandeng perempuan itu menuju meja makan untuk makan siang bersama.

"Dih kok ibu gitu??"

○●○

Seminggu setelah wisuda Ino, akhirnya para anak ayam berkumpul di apartemen Calvin. Judulnya sih dalam rangka merayakan wisuda Ino.

"AKHIRNYAA KAK INO WISUDAAA," tidak usah ditanya, Aji merupakan orang paling heboh ketika Ino datang.

Aji dan Bayu memang menginap di apartemen Calvin dari sehari sebelumnya, jadi ketika Ino datang membawa nasi kuning buatan ibunya— tentunya dengan paksaan karena kata ibunya kasian Calvin pasti lapar, malas memasak ataupun membeli makan, kehadirannya disambut dengan meriah.

"Gak sia-sia ya, No. Gua ngechat lu tiap inget," Bayu menepuk-nepuk bahu Ino bangga.

Calvin yang sedang tiduran di sofa sambil menonton televisi pun mengangkat sebelah tangannya, "Congrats, No."

"Ini baru segini yang dateng? Ibu masakin banyak banget nih," Ino meletakkan tempat makan besar berisi nasi kuning buatan sang ibu di atas meja makan.

Baru saja Ino membalikkan tubuhnya untuk menghadap Aji yang berdiri di belakangnya, para anak ayam lainnya muncul dengan kue dan beberapa pemeriah lainnya. Haris dari balik kulkas, Esa dari balik sofa, Jusuf entah dari mana, dan Felix dari bawah meja.

"SURPRISE!!" Felix melemparkan confetti yang Ino tebak dari kertas origami yang mereka gunting asal.

"Yeeeyyy, makan-makan!!" Haris merekan momen di hadapannya menggunakan ponselnya.

Jusuf yang membawa kue berjalan perlahan, "Selamat Kak Ino!!". Di sebelah Jusuf, Esa sudah siap dengan pisau plastik di tangannya, "Congratulations Kak Ino!!"

Setelah acara malu-malu kocheng serta potong kue secara abstrak ala Ino, mereka kini telah duduk melingkar sambil menyantap makanan masing-masing.

"Guys," Bayu membuka pembicaraan.

Aji menoleh ke arah Bayu, tangannya masih menyuapkan nasi kuning ke dalam mulutnya. Iya, dia makan menggunakan tangan karena katanya untuk menambahkan cita rasa Indonesia. "Kenapa, Bang?"

"Gapapa, seneng aja."

Mendengar pernyataan Bayu, Ino bergedik, "Apaan sih lu, Bang. Tiba-tiba jadi soft."

"Yaudah sih??"

"Gelud, gelud, gelud!" Haris mengajukan diri sebagai pemimpin tim hore.

"Mending beres-beres dulu baru gelud," Esa beranjak dari karpet, membawa piringnya ke dapur.

"Main dulu lah, satu orang aja yang beresin."

"Ayo dah! Sini cepet, Sa!" Calvin penuh semangat menyetujui usulan Aji.

"Gunting, batu, kertas!!"

"YAH ELAH!"

"Yok, semangat yok, Cal. Gua bantu doa," Ino mengoper piringnya pada Calvin sembari menyemangati temannya itu.

"Yakin diterima gak tuh, Bang?"

"Eh astaghfirullah Esa... gua di rumah solat ya..." Ino menggeleng-gelengkan kepalanya, meletakkan tangan di dadanya.

"Alhamdulillah, Kak Ino tobat..."

"Cil! Kok lu makin bandel??" bukan, itu bukan Ino tapi Haris.

Begitulah Ino menutup masa mahasiswanya sebelum memasuki 'dunia'nya, bersama para anak ayam kesayangannya.

Fin

Hi guys, akhirnya selesai juga ya setelah... satu tahun lebih..? Hehe, thank you so much buat semuanya yang nunggu (also the reads and likes, ngl I never thought that I'll get this many reads and likes before) dan I'm really really really sorry aku lama banget updatenya, also sorry if the ending gak sesuai ekspektasi kalian.
I hope semuanya sehat-sehat ya, stay safe! Eat, exercise and rest well, okayy?🧡

Jangan lupa juga buat streaming back door juga >_<

Thankyou for loving Colors!
-Tifani

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang