Memasuki umur dengan digit awal yang berubah bukanlah sebuah hal yang mudah. Setidaknya begitulah yang dirasakan Jusuf ketika matanya menatap kosong jam dinding di kamarnya.
Ulang tahunnya kemarin bertepatan dengan masuknya semester baru. Tahun kedua, dengan organisasi kampus yang ia ikuti beserta predikat "raja danus" tentunya membuatnya mendapatkan banyak ucapan selamat.
Bahkan ia sempat menghabiskan waktu singkat bersama Luna. Merayakan ulang tahunnya menggunakan cilor yang dibentuk menjadi sebuah kue kecil- sebuah ide dari Luna untuk mengajak Jusuf berjalan-jalan di sore hari, membeli jajanan khas di seberang tempat bimbel mereka.
"Happy birthday, Jusuf Nagara. Semoga menjadi pribadi yang lebih baik dan terus jadi Jusuf yang aku kenal!"
Para anak ayam pun telah memberinya ucapan ulang tahun, dimulai dari Bayu sebagai party pooper tentunya. Pemandangan tidak asing dari group chat mereka.
Namun di ulang tahun ke-dua puluhnya, Jusuf kini dapat mengakui bahwa Bayu merupakan salah satu orang paling berkesan dalam hidupnya. Satu hari setelah ulang tahunnya, Bayu tiba-tiba datang, memarkirkan mobilnya di depan rumah Jusuf.
Tidak usah ditanya betapa kagetnya Jusuf ketika melihat Bayu. Memang di antara pasukan anak ayam, hanya Bayu yang belum memberikannya hadiah. Bukan berarti Jusuf mengharapkan sesuatu. Ia juga baru menyadari hal tersebut setelah Bayu sendiri yang mengucapkannya.
"Jadi, gimana Suf?"
Bayu melirik sekilas ke arah Jusuf sementara tangannya sibuk memutar stir mobil.
"Apanya yang gimana, Bang?"
"Ya ulang tahunnya. Seneng gak dapet hadiah dari yang lain, dapet ucapan ulang tahun."
Jusuf mengangguk, "Iya lah. Seneng bisa dapet hadiah, ucapan ulang tahun, sehat walafiat."
Jawaban memuaskan bagi Bayu membuatnya ikut mengangguk-angguk. Tersenyum tipis menyadari bahwa Jusuf kini bukan lagi bocil yang terkadang ia jemput sepulang sekolah seperti dulu. Bukan bocil yang biasa datang ke kontrakannya bersama Aji karena mendapatkan nilai kurang dari rata-rata, memaksanya untuk melakukan remedial tetapi ia juga tidak ingin mengecewakan sang bunda.
"Bang," Jusuf terlebih dulu mengisi kekosongan di antara mereka, "kalo gua ngerasa takut... aneh gak sih?"
Bayu memindahkan telapak kakinya menuju pedal kiri mobilnya, menolehkan kepalanya ke arah kiri. Menatap balik Jusuf yang kini menatapnya ragu.
"Wajar kok. Merasa takut karena sekarang orang-orang bakal ngeliat kita jadi 'dewasa', merasa terbebani karena ngerasa tanggung jawab kita jadi lebih berat. It's all normal, Suf."
Sebuah helaan napas panjang keluar dari mulut Jusuf. Entah merasa lega atau menjadi lebih terbebani setelah mendengar perkataan Bayu.
"Tapi ya itu proses pendewasaan. Gak ada yang salah dengan itu semua. And you're not alone."
Benar juga. Tidak ada yang salah dan ia tidak sendiri.
Melihat lambang berwarna kuning semakin mendekat, untuk pertama kalinya pada malam ini, Jusuf memamerkan deretan giginya. "Mcd banget, Bang?"
Iya, tempat langganan mereka dengan berbagai menu yang Jusuf rasa ia sudah hapal di luar kepala.
"PSBB, Suf. Jam segini yang buka cuma drive thru mcd doang."
"Bilang aja Bang Bayu pengen Ice coffee jelly."
***
Random ya but I think I'll still make some special part di sini hehe, telat sih but Happy Birthday our maknae I.N! ^^