Blue

134 32 3
                                    

Kilas balik saat bulan ramadhan lalu, pertemuan Jusuf dengan kedua orangtua Luna berjalan dengan baik. Memang cuma sekedar buka puasa bersama, tetapi entah berapa liter keringat dingin, tawaan garing, serta senyuman yang keluar dari Jusuf hari itu.

Persiapan sebelum menuju rumah Luna bisa dikatakan sangat rusuh karena Aji, Haris, Bayu, Ino, beserta Calvin yang tiba-tiba diseret datang ke rumahnya.

"Pasukan anak ayam to the rescue," itu adalah kalimat pertama dari Aji ketika bertatap wajah dengan Jusuf tempo hari.

Haris yang merasakan gejolak perasaan haru dalam hatinya membantu Jusuf memilih pakaian sambil menahan air maranya menetes, "Jusuf jangan cepet-cepet gedenya...". Hari itu Haris bahkan membawakan dua jaket kesayangannya untuk dipinjamkan pada Jusuf.

Di samping Jusuf yang telah siap, Ino, Aji, dan Bayu tidak henti memberi wejangan bagaimana ia harus bersikap ketika ditanya macam-macam.

"Inget ya, Suf. Pertama, puji masakan mamanya."

"Kalo jawab pertanyaan biasa akhirin pake -om atau -tante, oke?"

"Tetep senyum! Pokoknya harus selalu senyum."

Dan terakhir yang paling tidak disangka-sangka, sebelum Jusuf pergi menuju rumah Luna dan para anak ayam itu pergi, Calvin menyemprotkan parfumnya pada Jusuf.

"Just be yourself, Suf. Percaya diri aja."

Setibanya di rumah Luna, jantung Jusuf rasanya bekerja dua kali lebih keras membayangkan ia akan makan di meja yang sama dengan Luna dan kedua orangtuanya. Padahal ketika disambut oleh Pak Slamet- satpam rumah Luna yang tempo hari menyambutnya juga, Jusuf masih merasa tenang dan dapat tersenyum lebar seperti biasa.

Namun ternyata kekhawatiran-khawatiran tidak pentingnya memang hanya pikiran negatif belaka. Kedua orangtua Luna menyambut kedatangannya dengan hangat, mamanya tampak menunggu-nunggu kedatangannya sembari mengobrol ringan bersama Luna, sementara papanya langsung menjabat tangannya dan mengajaknya untuk bergabung duduk santai di sofa ruang tamu sesaat Jusuf memijakkan kakinya ke dalam rumah mereka.

Memori terakhir Jusuf di rumah itu adalah Luna dan kedua orangtuanya mengantarnya hingga ke tempat di mana Jusuf memarkirkan motornya.

Oh, dan ucapan selamat tinggal dari mama Luna, "Makasih banyak ya, Jusuf. Titip salam buat keluarga, bilang bunda masakannya enak."

Tetapi bukan itu yang membuat Jusuf mendadak berhenti di indomaret 24 jam untuk menenangkan diri sambil memakan eskrim. Melainkan kalimat selanjutnya yaitu, "Main lagi ya lain kali."

Lain kali katanyaaaaa- Jusuf yang mesem-mesem sambil makan solero di atas motor depan indomaret ditungguin tukang parkir ghaib yang tiba-tiba muncul waktu mau keluar

○●○

Luna
Udah liat nilai?

Jusuf
Kok tau nilai aku udah keluar?

Jusuf mengeryitkan dahi membaca pertanyaan Luna di malam hari itu, perempuan itu tidak satu universitas dengannya, jadi ia tahu dari mana bahwa nilai mata kuliah terakhir Jusuf baru saja keluar 5 menit yang lalu?

Luna
Ada lah
Aku kan banyak orang dalem

Jusuf
Hilih
Udah tadi, waktu ada yang ngabarin langsung aku buka

Luna
Bagus gak? Bagus gak?

Jusuf
Gak sejelek ekspektasi aku, sih

Luna
Oalah
Hehehe

Jusuf
Dih, kenapa?
Malah ketawa sendiri

Luna
IP aku naik
Hehe

Jusuf
Ooo

Luna
Kok gitu doang sih responnyaaa
Gak asik, ah

Jusuf
Terus gimanaa
Wow‼️congrats🎉ya Luna🌝kamu hebat👍banget👏

Luna
Suf

Jusuf
Yup?

Luna
Jangan ngirim gitu ke orang lain, ya
Aku yang malu :(

○●○

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang