Seorang pemuda bersurai kecokelatan terbangun dari tidur panjangnya. Tangannya terulur meraba-raba kasur untuk mencari ponsel yang seingatnya ia letakkan di sebelahnya sebelum tidur.
Pukul 05.00, itu berarti ia telah menghabiskan lebih dari 8 jam tertidur dalam perasaan berbunga-bunga.
Sudut bibirnya kembali tertarik ke atas ketika teringat momen membahagiakannya kemarin. Di mana senyuman serta sorakan memenuhi ruangan besar berpintu cokelat dengan para mahasiswa mengenakan pakaian putih-hitam sebagai pelengkap. Ia teringat bagaimana Rakha yang entah bagaimana bisa duduk di sampingnya memeluknya erat-erat dan tersenyum lebar, sangat lebar hingga Fazrin takut bibir temannya itu akan robek.
"Zrin?" sebuah suara membuat Fazrin tersadar dari sedikit kegiatan flashbacknya.
"Iya, ma?"
"Senyum-senyum sendiri. Udah subuhan?"
"Belom, aku baru bangun."
Sang ibu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kamu ya. Habis pulang sidang langsung teler sampe papa mau nanyain kamu tapi kasian kamu tidur enak banget."
Fazrin pun memamerkan senyumannya lalu berjalan ke arah sang ibu dan memeluknya manja, "Hehe, aku ngantuk."
.
Setelah menimang-nimang apa yang harus ia lakukan pada hari pertama bebas dari perasaan galau gundah gulananya, Fazrin memutuskan untuk berkunjung menuju kontrakan Bayu. Hitung-hitung mengisi waktunya yang lumayan longgar.
Sebuah tawa muncul dari mulut seorang Jinendra setelah membukakan pintu untuk Fazrin. "Puas Bang, tidurnya?" tanya Aji membuat Fazrin mengerutkan dahinya heran.
"Kok lu tau?" Fazrin malah balik bertanya.
Dengan santainya, Aji menunjukkan foto Fazrin tengah tertidur dari status whatsapp sang ibu. "Kok lu punya nomer mama?" Fazrin kembali dibuat heran oleh Aji yang sepertinya memiliki banyak info mengenai para anak ayam.
"Punya lah. Tukang rumpi kek dia mah, dari nomer bundanya Jusuf sampe papanya Felix juga ada."
Terlihat Bayu baru saja keluar dari kamarnya, penampilannya jauh dari kata rapi namun raut wajahnya sangat menunjukkan perasaan bahagia. Bayu telah melaksanakan sidang satu hari sebelum Fazrin, itu mengapa mereka berdua terlihat tidak beda jauh baik dari fisik maupun psikis.
"Bang Bayu gila, masa kemaren senyum-senyum mulu. Gua sampe chat Jane mulu, takut Bang Bayu ketempelan."
"Sialan," Bayu memukul bagian belakang kepala Aji santai sembari berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas.
"Jadi abang-abang sekalian, kita tumpengan kapan?"
Kira-kira, begitulah Fazrin dan pagi hari pertama setelah sidangnya.
○●○
"Kenapa jadi tumpengan mcd dah," protes Aji sembari memasukkan potongan-potongan kentang goreng di hadapannya ke dalam mulutnya. Di seberangnya Ino menggeleng-gelengkan kepalanya, mengeluarkan komentar menohok hati. "Masih mending lu dapet jatah, Ji."
"Ouch," respon Felix. Sementata di sampingnya Haris sudah tertawa sendiri dan memukul lengan Esa dengan keras. Memang pemuda tampan itu patut dipertanyakan selera humornya.
Bayu yang melihat reaksi kesakitan Esa berdecak khawatir, memikirkan bagaimana bisa adiknya- Jane bertahan menjalani hubungan tidak jelasnya dengan Haris.
"Bang Fazrin," panggil Jusuf mengalihkan perhatian Fazrin dari keributan pada meja mereka. "Hah? Apa, Suf?" tanya Fazrin.
"Tambah mcflurry dong."
"Ayo sama gua aja," ajak Calvin sembari beranjak dari kursinya, berjalan mendahului Jusuf. "Emang Bang Cal dabest."
Fazrin memerhatikan kedua anak ayam itu menjauh. Ia tahu pasti sebenarnya Calvin hanya akan memberikan uang pada Jusuf lalu memilih keluar untuk menghisap sebatang-dua batang rokok.
"Ji, cewek lu apakabar?" tanya Haris setelah menelan habis burgernya lalu menyeruput minuman Jusuf, mumpung pemiliknya tidak lihat.
Aji yang awalnya asik memakan kentang goreng sambil bercanda bersama Felix refleks menoleh, menatap Haris sinis. "Ngapain lu tanya-tanya cewek gua?" ujarnya sewot.
"Yee, galak bener. Kagak gua rebut elah," Haris mendorong pelan bahu Aji.
"Baik, seneng bener dah manusia ketemu bule. Ganteng, tinggi-"
"Gak kayak lu ya," sahut Felix.
"YaAllah, sabar aing."
"Tumben, nyebut, Ji."
Untung saja yang terakhir Fazrin, kalau Haris, mungkin meja mereka sudah berakhir mengenaskan penuh dengan minuman dan makanan berserakan akibat keributan hakiki mereka.
Ddrrrttt
Fazrin melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Sebuah pesan masuk.
"Siapa tuhh??" ujar Aji sembari menaik turunkan alisnya.
"Fix dospem gak sih, revisi??"
"Anjay," Felix melakukan tos bersama Haris. Tertawa lebar, menyetujui ucapan sang anak ayam itu.
"Awas ntar ngerasain sendiri," Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Fazrin pun memutuskan untuk membuka pesan barusan, siapa tahu itu keluarganya dan dirinya sedang dibutuhkan di rumah. Dasar family man.
Namun, melihat reaksinya setelah membaca pesan yang sejujurnya sedikit ia harapkan itu, sepertinya para anak ayam tidak perlu khawatir.
Senja
Gue pulang 2 minggu lagi
Ketemu yuk?"Mantan gua... ngajak ketemu," dengan senyuman dari ujung pipi kanan ke kiri.
○●○
Aku gak yakin apakah ada yg masih menunggu huhu maafkan aku yg baru bisa kembali :"