Gray

213 31 4
                                    

Sebuah decakan muncul dari mulut Bayu yang terduduk tegap di hadapan laptopnya. Mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit, membuat Jane di belakangnya mengerutkan dahi, memperhatikan abangnya heran.

"Bang," panggil Jane dari atas kasur Bayu.

Karena virus sedang merajalela, Bayu yang diberi kesempatan work from home memilih untuk pulang ke rumah orangtuanya. Dan Jane yang menjalani online class dan kebetulan sedang tidak ada jadwal kini mengambil alih kasur dari Bayu, bermaksud menemani abangnya yang seingatnya tak kunjung keluar dari kamar sejak makan siang.

"Hmm? Kenapa, Jane?" Bayu menyelesaikan pekerjaannya sebelum menoleh ke arah Jane.

"Lu stress kerjaan apa gara-gara update-an ig Kak Bunga, sih?" tembak Jane to the point.

Jujur, Bayu seringkali bersyukur memiliki adik yang sangat mengerti tentang dirinya, pintar, dan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Namun terkadang, contohnya di saat seperti ini, Bayu ingin sekali menjahit mulut Jane agar adiknya itu tidak mengeluarkan pertanyaan menusuk hati meskipun ia dapat melihat jawabannya sendiri.

"Mending lu bangun terus nugas deh, Esa akhir-akhir ini jarang muncul di grup pasti gara-gara tugas kelompok lu dia doang kan yang ngerjain?" usir Bayu.

"Yaudah sih, bocahnya juga seneng kan ngerjainnya sama Khansa."

"Oh, jadi namanya Khansa??" goda Bayu ketika mendengar nama asing yang ia yakini sebagai pemilik dari sosok perempuan yang menarik perhatian Esa belakangan ini.

Esa memang tidak pernah menyebutkan nama Khansa pada grup mereka, jadi yang mengetahui sosok dari pemilik nama Khansa tentunya hanya Aji, Haris, dan Felix yang masih menjalani masa perkuliahan bersamanya. Menurut Esa, selama ia belum menjalin hubungan yang pasti, ia tidak merasa harus memperkenalkan Khansa pada para anak ayam lainnya. Padahal dari pandangan Jane, alasan ia tidak mengenalkan Khansa pada para anak ayam lainnya adalah karena Esa sendiri belum membuat pergerakan sejauh itu, dan ia rasa mendengar ledekan 'CUPU' dari Aji sudah cukup tanpa harus mendengar ledekan tambahan dari Ino, Calvin, Bayu, bahkan Jusuf sekalipun.

"Kan, keceplosan gue. Awas lu bilang tau dari gue, Bang. Ntar Esa ngambek," Jane merubah posisinya dari telungkup menjadi telentang, menatap langit-langit kamar Bayu.

Baru saja Bayu mengeluarkan tawa dengan nada meledeknya, Jane sudah kembali bertanya, "Eh, gue kan tadi nanyaa, bener kan??"

Melihat ekspresi wajah kecut sang abang, Jane hanya tersenyum tipis, melempar salah satu bantal kecil dari atas kasur Bayu sebelum kembali merebahkan tubuhnya. "Gausah galau lu, Bang. Gak cocok."

Bukannya merasa terhibur, Bayu malah kembali teringat pada kejadian beberapa bulan lalu. Masih teringat jelas bagaimana seorang Bunga mengeluarkan senyuman lebar khasnya, melambaikan tangannya kepada seorang laki-laki bertubuh tegap dengan senyum tak kalah lebarnya dari Bunga.

Seharusnya Bayu sudah mempersiapkan diri dari awal. Seharusnya Bayu mengerti Bunga sudah cukup memberi sinyal dengan bercerita tentang seorang alumni yang belakangan sering mengirim pesan singkat padanya. Seharusnya Bayu tidak nekat menyatakan perasaannya sepulang mereka dari kampus. Tepat dua hari sebelum sidang.

"Bay... I'm sorry..."

"I'm not forcing you to answer it now, Nga. Aku ngerti kamu butuh waktu."

"Enggak, bukan itu. I can't Bay, I'm already with somebody else."

Terjawab sudah pemikiran Bayu selama ini. Mengapa Bunga sering terlihat membalas pesan di ponselnya ketika mereka berpapasan di kampus, mengapa Bunga menjadi jarang membalas pesannya, dan mengapa Bunga menjaga jarak darinya.

"Bang," panggil Jane membuyarkan lamunan Bayu. "Yes?" yang dipanggil menolehkan kepalanya, menaikkan kedua alisnya dan mencondongkan tubuhnya pada Jane, memberi gestur bahwa ia memperhatikan.

"Maybe you need to learn something from Bang Fazrin," ujar Jane.

"Gua belom mau S2 kok," Bayu mengerutkan dahinya, merujuk pada Fazrin yang memutuskan memperdalam ilmunya di London.

"Ck, bukan itu."

"Apaan sih?"

"Move on."

BUK!

"MOM, BANG BAYU HIT ME WITH HIS PILLOW!!"

"Sialan."

○●○

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang