Rafa berdecak kesal, Kia tidak mengangkat telfonnya sama sekali. Ia sudah mencari Kia ditempat favorit gadis itu, perpustakaan dan taman fakultas tapi hasilnya nihil. Mustahil sekali jika gadis itu pulang terlebih dahulu tanpa dirinya. Akhirnya, Rafa menuju ke kelas Kia, harapan terakhirnya. Mungkin saja masih ada yang harus dikerjakan gadis itu, karena kelas Kia sudah selesai dari setengah jam lalu.
Rafa mengehelas nafas saat tiba di kelas Kia. Pantas saja ia tidak bisa dihubungi dan tidak ada saat di cari. Gadis yang dicarinya itu sedang menelungkupkan kepalanya di meja, matanya terpejam dengan tenang. Rafa mendekat ke arah Kia, memperhatikan gadis yang sedang tidur itu.
Rafa tidak tega membangunkannya, niat untuk menyemprot Kia dengan kata-kata manis seperti ibu tiri ia urungkan. Tidurnya sangat nyenyak seperti tidak ada gangguan. Entah apa yang dilakukan gadis itu saat malam hari sehingga membuat tidurnya sangat nyenyak kali ini. Gadis itu sepertinya begadang, terlihat dari wajahnya yang meskipun tenang tetapi masih terlihat sangat lelah.
"Dasar bocah, bisa-bisanya tidur sendiri di sini. Gue muter-muter nyari, malah yang dicari lagi enak tidur. Pules banget lagi tidurnya, entar kalau ada yang niat jahat sama lo gimana coba?" Ucap Rafa pelan, sangat pelan seperti bisikan. Ia mengusap kepala Kia, merapikan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Rafa tersenyum kecil, Kia sangat imut membuat ia gemas.
"Astaga, lo demam?" Ucap Rafa saat tangannya menyentuh jidat Kia. Entah bertanya pada Kia atau pada dirinya sendiri karena lagi-lagi ucapan itu seperti bisikan.
Rafa menepuk bahu Kia pelan, "Hey, bangun."
Kia mengerjabkan matanya pelan, matanya seperti sangat berat untuk dibuka. "Rafa?" Ucapnya saat mendapati sosok Rafa di sebelahnya.
Rafa tersenyum lembut, "Bangun dulu yuk? Kita pulang. Badan lo demam, nanti gue panggil dokter buat ke apart."
"Pusing." Kia menegakkan tubuhnya pelan sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Gue gendong aja ya? Biar lo bisa tidur lagi, gaperlu jalan."
"Malu." Cicit Kia.
"Ck, ngapain malu sih? Daripada lo jalan terus ambruk tengah jalan gimana coba? Entar malah repot. Gue gendong, lo bisa tidur biar ga kerasa malu. Kalau tidur kan enak, pusing nya ke pending dulu." Cerocos Rafa.
Ia berjongkok di sebelah Kia, membantu gadis itu agar bisa berada di punggungnya. Kia sudah tidak menolak, ia diam karena kepalanya semakin berdenyut jika banyak bicara. Saat posisinya sudah pas, Rafa berdiri dengan Kia berada di punggungnya. Rafa menggendong Kia sampai parkiran, hal itu jelas mendapat banyak perhatian karena Rafa tidak pernah melakukan itu, Nessa saja dulu tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu.
*****
Rafa menidurkan Kia dengan sangat hati-hati. Ia merapikan rambut Kia yang ada diwajahnya, Kia sama sekali tidak terbangun atau merasa terganggu. Sepertinya gadis itu benar-benar sakit.
"Kenapa bangun? Apa gue ganggu?" Tanya Rafa saat Kia membuka matanya. Kia menggelengkan kepalanya pelan.
Rafa mengusap pipi Kia lembut, "Tidur lagi aja, gue telfon dokter dulu sama beliin lo makan."
"Jangan telfon." Balas Kia pelan.
"Kenapa?"
"Gamau disuntik."
Rafa terkekeh pelan, "Enggak, gabakal disuntik. Cuman diperiksa sama dikasih obat."
"Gamau minum obat. Pahit."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girlfriend [Completed]
Novela JuvenilKiandra Sea Adaline Rafa Aaron Janson Kia si gadis polos teman masa kecil Rafa. Setelah lama berpisah, mereka kembali dipertemukan dalam keadaan dan suasana yang berbeda. Bertemu ketika dewasa, tiba-tiba harus tinggal satu rumah. Kia, gadis lemah le...