Apa presentasiku seburuk itu dimata Pak Arvan?
Kemudian Arvan segera turun dan keluar dari gedung itu. Manager tak ikut serta, karena ia harus menangani apa yang barusaja dilakukan Arvan. Yaitu memberikan klarifikasi terhadap sesi tanya jawab yang ditiadakan.
Terlihat ada kesempatan, Giselle sedikit berlari mengkuti langkah Arvan. Karena ada suatu hal yang harus ditanyakan kepadanya.
"Hai Pak Arvan. Presentermu kali ini different dari biasanya. Dia smoothly sekali saat presentation tadi. Dan especially, Sie ist sehr schön¹. Hahaha." seorang pria paruhbaya pengusaha dari Jerman yang sudah akrab dengannya itu menjabat tangannya dengan sedikit tertawa. Karena ia memuji kecantikan presenter di rapat kali ini.
Semula tak berekspresi, akhirnya Arvan menampakkan senyum paksanya. "Wah kau meledekku atau bagaimana? You praise her too much."
"Hahaha, baguslah kau smile seperti itu. Sebenarnya aku agak disappointed setelah kau menutup rapat ini tanpa ada question and answer session. But, because tadi adalah presentation yang bagus dan professional, aku akan memaafkanmu." ia terbahak kembali.
"And one more thing, di rapat selanjutnya you must to make her be your presenter again. Haha. See you later, semoga semakin sukses." pengusaha itu pun pergi dan Arvan melambaikan tangan seraya tersenyum ringan. Seandainya usia mereka tak berbeda jauh, pasti Arvan tak segan-segan pergi meninggalkannya yang sudah menghalangi jalan dan membuang waktu.
Pintu gedung mulai terbuka seluruhnya di tiap sisi. Sehingga para pengusaha asing berhamburan keluar, namun mereka bukannya segera pergi dari perusahaan Arvan, justru malah beramai-ramai ingin menemui seseorang. Siapa?
Arvan kembali terhalang oleh beberapa pengusaha-pengusaha yang ingin berbicara dengannya. "Arvan?! Apa-apaan ini?"
Arvan terkejut dengan tepukan pundak dari seorang pria muda di belakangnya. "Hei! Wajahmu haha. Apa kau terkejut?"
"Aissh, kau ini." sahut Arvan dengan wajah yang tampak kesal. "Hwanae jima²." seperti logat bahasanya, pria itu berasal dari korea. Ia mampu berbahasa Indonesia karena sudah lama berbisnis di negara berflower ini.
"Seharusnya aku yang marah karena tingkah lakumu hari ini. Kau tak lihat disana banyak orang-orang yang ingin mendengar penjelasanmu?"
"Menyingkirlah, Daniel!" Arvan penat sekali, ingin rasanya segera duduk di sofa empuknya untuk mendinginkan kepala. "Moodmu buruk, kawan?" Kang Daniel tak ingin pergi semudah itu, hanya karena mendengar gertakan sahabat bisnisnya.
"Wah, jinjja. Sesang-e, nuguya³?" ucapnya seraya tersenyum manis menatap seseorang di belakang Arvan.
Ia pun berhasil membuat Arvan menoleh sedikit ke belakang. Seorang gadis yang sudah membuat moodnya buruk hari ini bukan?
Lalu Arvan melihat mata genit Daniel yang menatap gadis itu.
"Naneun Giselle imnida. Naneun balpyojaida. Ij-eoss ni?⁴" Giselle berjalan perlahan mendekati keberadaan dua pria yang kini sejenak mematung.
Daniel terlihat terkejut serta bingung, pasalnya Giselle mengerti apa yang dikatakannya dan membalasnya dengan tutur Korea yang baik dan benar. "Kau bisa bahasa Korea?"
"Tentu saja." singkat Giselle.
"Wow, itu bagus sekali. Kalau begitu kau harus tau namaku juga. Naneun Kang Daniel imnida¹¹. Seperti namaku, aku berasal dari Korea." menjabat tangan Giselle dengan senyum ramah.
"Aku pernah melihatmu di TV. Ku dengar kau juga pengusaha dari Korea yang sangat sukses disini." Giselle membalas jabatan tangan dari Daniel.
Daniel sempat melamun karena terpana menatap paras Giselle dari dekat, apalagi kini tangan lembut Giselle berada dalam genggamannya. Meskipun Giselle berusaha menyadarkannya, ia masih tetap tak bergerak.
"Aku tak punya waktu, aku harus pergi." ucap keras Arvan seakan menyadarkan Daniel yang sudah terlarut dalam lamunannya. Daniel pun tersadar dan Giselle segera menarik tangannya.
"Pak Arvan, aku harus berbicara denganmu." cegah Giselle sebelum sempat Arvan berjalan pergi. Namun sepertinya Arvan seakan tak mendengar selaan Giselle. Ia berjalan pergi dengan perlahan beberapa langkah... Sebelum pada akhirnya berhenti saat mendengar Daniel kembali berulah.
"Bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Aku harap kita bisa menjadi teman berbisnis. By the way, tadi kau terlihat yeppo¹² saat presentasi." Daniel memuji sang gadis dimana yang kini hanya diam dengan sedikit tersipu.
"Ikutlah denganku, jika kau ingin bicara." Arvan mendadak berbalik dan menatap Giselle dengan intens.
"Baik, Pak."
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Aku pasti sangat senang jika akan bertemu lagi denganmu, Anyeong¹³." Giselle berlari mengikuti langkah Arvan yang sudah berlalu pergi beberapa detik. Dan ia juga sempat berpamit pada Daniel untuk pergi. Daniel pun hanya membalas Giselle dengan lambaian tangan.✴✴✴✴✴✴✴✴
Dictionary
¹= Dia sangat cantik
² = Jangan marah
³ = jinjja:takjub(tutur emosional), lihatlah siapa itu?
⁴ = Namaku Giselle. Aku presenter tadi. Apa kau lupa?
¹¹ = Namaku Kang Daniel
¹² = Cantik
¹³ = Sampai JumpaNb from Author: Maaf nomor pangkatnya dari 4 langsung ke 11. Soalnya di keyboardku, nomor yang bisa dipangkatin cuma 1234 doang:( semoga kalian maklum ya😚 btw aku bikin dictionary kaya yg diatas cuman buat bahasa asing selain B.Inggris ataupun benda yang kalian ga ngerti. Kalau seandainya diantara kalian ada bahasa yang sekiranya masih kurang dimengerti bisa komen ya. Biar aku tambahin ke list dictionary. Sekalian biar semua readers paham. Sekian Terimakasih. Semoga kalian sukaa💜
🚨ATTENTION: Follow me for more notifications‼
💡Vote and Comment❗
°
°
💠Happy Reading💠
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfiction[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...