Tiba-tiba terdengar ponsel Arvan, "Ku beri waktu 5 menit untuk membaca keseluruhannya dan ketika aku kembali, aku harus sudah melihat tandatanganmu di atas kertas putih itu." ucap Arvan sebelum pergi meninggalkannya sendiri dalam ruangan dingin itu untuk mengangkat telepon penting.
"Ada apa, Bu?" mulai Arvan setelah menutup pintu.
"Ada hal penting, Nak. Jadi nanti datanglah ke rumah." suara seorang paruh baya, yaitu Ibu dari Arvan.
Cassandra pasti mengadu pada ibu dan ayah. Batin Arvan seraya menggertakkan giginya.
"Hal apa, Bu? Lebih baik kau mengatakannya sekarang, atau aku tidak punya waktu lagi. Aku sangat sibuk." acuh Arvan.
"Ibu mau kamu datang makan malam bersama kami dan ajak sekretaris barumu."
"Cassandra memberitahumu?" dugaan Arvan begitu benar adanya. Jika bukan wanita itu lantas siapa? Arvan begitu membenci orang yang selalu mencampuri urusan pribadinya tanpa seijin darinya.
"Hm... Yang terpenting kau harus datang kesini apapun alasannya. Jika tidak, ayahmu akan ke kantormu dan memecat sekretaris barumu itu." ancam ibu Nathan tanpa basa-basi lagi. Karena jika tak begitu, Arvan benar-benar tak peduli dengan perkataan orangtuanya.
Namun bukan Arvan namanya jika patuh pada ancaman orangtua. Ia pun dengan cepat mematikan telepon tanpa menjawab apapun sebelumnya. Meski demikian, siapapun yang sudah mengenalnya pasti itu adalah hal yang biasa.
Setelah itu ia langsung membuka pintu ruangannya dan bermaksud untuk kembali ke dalam. Memastikan apakah Giselle sudah menandatangani kontrak atau belum.
Ketika baru saja memasuki ruangannya, ia mendengar sesuatu."Lebih jelasnya, aku tidak bisa menerima tawaran darimu. Bukannya aku terlalu serakah, hanya saja bosku hari ini merekrutku menjadi sekretaris pribadinya. Jadi aku tidak bisa menolak. Aku juga sedang membaca kontraknya sekarang." jelas Giselle.
Deg.
Arvan terkejut karena Giselle justru menelfon seseorang untuk menolak tawaran pekerjaan disaat ia sedang diberi waktu untuk membaca dan menandatangani kontrak. Karena rasa penasarannya menggebu-gebu, akhirnya Arvan memilih untuk tetap diam di tempat dan mendengarkan percakapan Giselle dari kejauhan.
"Sebenarnya ini sangat mendadak. Seandainya ini tidak terjadi, kemungkinan besar aku bisa menerima tawaranmu."
Deg.
Lagi-lagi sahut Giselle pada telepon yang diangkatnya membuat dentuman keras pada dada Arvan. Bagaimana tidak, Giselle hampir saja lepas dari perusahaannya. Jika seandainya hari ini ia tidak segera merekrut Giselle dan membahas kontrak.
"Ku harap kau tidak kecewa denganku."
Sudah cukup Arvan menahan amarah yang begitu ingin diluapkan. Karena dugaannya benar bahwa Giselle tengah ditawari pekerjaan, itu sebabnya Giselle terlihat tak senang ketika direkrut menjadi sekretaris pribadinya. Namun saat ini ia mengingat bahwa Giselle adalah sosok yang selama ini ia cari, jadi Arvan tak mungkin begitu saja memarahinya tanpa meminta penjelasan. Jika dillogika, Giselle justru orang yang bijaksana. Meskipun ditawari pekerjaan di tempat lain yang mungkin saja lebih baik daripada di perusahaan Arvan, Giselle bersikeras untuk menolak. Arvan tak mengetahui bahwa saat ini Giselle menyetujuinya karena setengah terpaksa.
Tak lama terdengar Arvan yang menutup pintu. Ia pun mendapati Giselle sibuk memutus sambungan telepon dan memperbaiki duduknya untuk berpura-pura sedang membaca isi kontrak.
"Bagaimana?" tanya Arvan saat mendapati surat kontrak masih bersih.
"Maaf. Karena ini belum 5 menit, jadi aku belum sepenuhnya membaca isi kontrak." alasan yang sangat tepat untuk menutupi kecerobohannya. Giselle begitu lupa untuk menandatangani kontrak sebab menghabiskan waktu untuk menelfon Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfic[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...