"Ada hal yang sebenarnya sangat ingin ku beritahu padamu, Lenna." Giselle masih berdiri di depan pintu ruangan CEO untuk melanjutkan obrolan mereka.
"Apa?" Lenna dibuatnya penasaran.
"Kemarin aku bertemu dengan seseorang." jawab Giselle.
"Siapa?"
"Teman kita sewaktu SMA."
"Ck, jangan membuatku penasaran." Lenna mendecak sebal dan sedikit bersandar di dinding.
"Haha, baiklah-baiklah. Kemarin.." Giselle mulai mendekatkan wajah ke telinga Lenna, "Aku bertemu dengan Nathan." bisiknya.
Giselle tersenyum malu saat ia mulai menyebut nama pria itu di hadapan Lenna. Namun bukan reaksi kaget, Giselle malah menerima reaksi cuek dari Lenna.
"Kenapa? Kau lupa dengan Nathan?"
Lenna yang semula menunduk pun sontak menoleh pada Giselle, "Tentu saja tidak. Aku hanya tidak menyangka mengapa dia tiba-tiba bisa bertemu denganmu." jelasnya."Oh ya? Bilang saja kalau kau cemburu, haha." Giselle tertawa.
"Cemburu? Untuk apa?"
"Karena yang ditemuinya aku, bukan kau." Giselle masih tersenyum puas.
"Lagipula aku tidak berharap. Kau yang menyukainya, kenapa aku yang harus cemburu?"
"Sssttt.. Tutup mulutmu! Bisa-bisanya kau berbicara seperti itu disini." Giselle membungkam mulut Lenna dengan telapak tangannya.
"Ahk, tanganmu bau apa ini?" Lenna mencoba mengalihkan pembicaraan. Giselle pun mencoba menarik tangannya dan mencium baunya.
"Ah, ini parfum.. Mungkin ini parfum dari jasnya Pak Arvan."
"Apa?! Kau? Apa yang kau lakukan dengannya?" kali ini Lenna sungguh terkejut.
"Apa? Yang ku lakukan dengannya? Aku hanya mengambilkannya jas."
"Hanya mengambilkannya jas tapi bagaimana mungkin bau parfumnya dengan mudah tertempel di tanganmu? Baunya sangat menyengat."
"Lalu kau pikir apa yang ku lakukan selain itu?"
"Aku hanya berfikir bahwa kau dan Pak Arvan...."
Giselle menunggu kalimat selanjutnya dari Lenna.
"..mungkin ada sesuatu di belakangku."
"Apa?! Hei, mengapa kau berfikir seperti itu? Kau benar-benar menyebalkan!" Giselle begitu gemas ingin menjitak ujung kepala Lenna karena selalu jail menggodanya.
"Ampun, Giselle. Hahaha, kau selalu tidak bisa diajak bercanda."
"Bercanda? Kau pikir itu lucu?" Giselle terus ingin menghajar Lenna dengan segala cara, meskipun Lenna selalu bisa menepisnya.
Selang beberapa menit akhirnya mereka kembali menjalankan pekerjaan masing-masing. Giselle masuk kembali ke ruangan es itu, "Baunya, bagaimana bisa sampai menusuk hidungku?" Giselle mencium bau tangannya yang begitu harum khas parfum pria.
"Ini nyaman sekali. Aku sangat menyukainya." ucap Giselle seraya mengelus-elus pipinya dengan telapak tangan yang berbau harum itu. "Tidak ada sedetik aku memegang jas Pak Arvan tapi baunya, hmm.." Giselle memejamkan mata dan sungguh berada dalam keadaan halusinasi.
Tiba-tiba tersadar ketika Giselle mendengar ponselnya berdering. "Halo?" ia mengangkat panggilan.
"Bisakah kita bertemu hari ini?" suara seorang pria.
"Ah, ini kau rupanya." sahut Giselle lega.
"Kenapa? Kau tidak menyimpan nomorku?"
"Haha, bukan begitu. Aku khawatir kau terus mengganti nomor ponsel." Giselle tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfic[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...