Giselle mulai terusik dan bangun dari tidurnya yang terlelap. Ia tak sengaja menjatuhkan buku yang semula berada di wajahnya. Namun ia mendengar buku yang jatuh itu terlalu keras, seperti bukan hanya satu buku, namun beberapa tumpuk yang jatuh secara bersamaan. Ia pun menoleh ke belakang untuk mencari asal suara yang sebenarnya. Ternyata di sudut ruangan itu terdapat seorang pustakawan sedang merapikan buku-buku yang kini berserakan di lantai akibat kelalaiannya.
Kelalaian? Mungkin bukan. Giselle menyadari wajah pustakawan wanita itu terlihat pucat. Ia segera bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati wanita berkemeja biru dengan rok mini hitam itu.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Giselle khawatir seraya berjongkok di hadapannya. Wanita itu hanya mengangguk tanpa memberi penjelasan. Giselle membantunya merapikan buku-buku itu untuk dimasukkan dalam kardus. Namun tampaknya wanita itu tak bertenaga saat ia mengangkat 4 buku tebal di kedua tangannya. Giselle kembali menampakkan kecemasannya.
"Kau sungguh baik-baik saja? Sepertinya kau sedang sakit? Ayo berdirilah." Giselle membantu staf itu untuk berdiri dengan memegang kedua lengannya.
"Tapi.. Buku ini.."
"Biar aku saja." Giselle menyahut cepat, agar seorang pustakawan itu tak merasa khawatir.Mereka pun akhirnya duduk di bangku yang tersedia di sebuah ruangan dalam perpustakaan itu. Dimana hanya para pustakawan saja yang dapat masuk. Namun karena Giselle berniat baik mengantar wanita itu, maka ia tentu saja di bolehkan masuk.
"Apakah aku harus mengantarmu ke rumahsakit?"
"Ah tidak perlu, aku hanya sedikit lelah." sahut wanita itu yang kini terbaring di sebuah sofa putih. Ia memang begitu terlihat pucat dari ujung dahi hingga dagu. Sudah semestinya membuat Giselle khawatir.
Anehnya hari ini tak ada satupun pustakawan lain yang menemaninya untuk mengawasi perpustakaan, terlebih lagi Giselle baru menyadari bahwa kini perpustakaan sudah seharusnya tutup dan suasana di luar juga semakin gelap. Jam tangannya pun menunjukkan pukul 18.00 WIB."Astaga, aku tertidur seharian disini."
"Sebaiknya kau segera pulang. Mungkin keluargamu sedang mencarimu."
"Tidak. Sebenarnya keluargaku... Hmm.. Ah itu tidak penting. By the way, bukankah kau karyawan baru?" sepertinya Giselle tidak memiliki selera untuk membahas keluarganya yang sebenarnya juga tidak ia ketahui. Dan ia lebih memilih untuk mengganti bahan perbincangan.
"Benar. Ini hari pertamaku bekerja."
Pantas saja aku tak pernah melihatnya. Pikir Giselle.
"Ah aku tau, mungkin kau terlalu keras bekerja hari ini. Karena pustakawan lain tidak ada yang membantumu."
"Tidak, aku memang mengajukan diri untuk mengawasi perpustakaan sendiri. Karena pikirku, aku cukup mampu."
"Sepertinya kau berusaha menjadi karyawan yang baik di hari pertamamu bekerja." senyum Giselle penuh arti. "Lalu bolehkah kau memberitahu namamu?" lanjutnya.
"Tentu saja. Namaku..."Turut.. Turut.. Terdengar suara ponsel dari saku wanita itu. "Maaf aku harus mengangkat telepon." wanita itu memotong pembicaraannya karena harus mengangkat telepon dari seseorang. Giselle pun mengangguk singkat.
Selang beberapa detik Giselle keluar dari ruangan pustakawan, agar menjaga privasi telepon wanita itu. Ia pun segera merapikan buku-buku yang berserakan di lantai berkarpet itu. Tak lupa juga merapikan bangku-bangku dan sebuah novel yang ia jatuhkan tadi untuk di kembalikan ke rak semula.
"Akhirnya selesai sudah." gumam Giselle.
Beberapa menit kemudian staf wanita itu keluar menghampiri giselle yang kini hanya duduk melamun memikirkan sesuatu. "Kau boleh pergi". Sebenarnya niat wanita itu tidak untuk mengusirnya, namun bermaksud bahwa kini dirinya sungguh baik-baik saja sehinggu tak perlu lagi dikhawatirkan oleh Giselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfiction[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...