"Silahkan masuk, Pak." ucap wanita cantik berseragam merah yang menyambut Arvan di depan hotel bintang lima.
Arvan ditemani Giselle mulai masuk ke dalam hotel dan seorang pegawai hotel menunjukkan dimana letak aula yang digunakan untuk pertemuan penting. Ketika telah sampai di aula terbuka milik Hotel Sunshine, mereka disambut beberapa pengusaha dari luar negeri yang ternyata sudah menunggu sedari tadi.
"Wow, you finally came. We've been waiting for you." ucap seorang pria muda asal Hongkong yang tengah berdiri dan melihat Arvan bersama sekretarisnya sedang berjalan menghampirinya.
"Of course I came. It turns out you've been waiting for me." Arvan berjabat tangan dengan teman-temannya yang merupakan pengusaha muda yang juga terkenal seperti dirinya.
"Tidak, kami tidak menunggumu. We wait to see your secretary. Haha." sahut temannya yang sudah mampu berbicara dengan bahasa Indonesia, dia adalah Brave teman kuliah Arvan yang berasal dari Inggris.
Arvan menghela nafas berat ketika mendengar jawaban temannya itu. Mengajak bercanda bahkan disaat ia dan Giselle baru saja tiba. Di sisi lain Giselle meneguk salivanya, melihat pria-pria tampan berjas yang kini tengah menyambutnya.
Sekitar 3 pria yang kini menunggu untuk bertemu dengan Giselle. Wanita mana yang tidak mau bila berhadapan dengan pria-pria pengusaha muda itu. Jantung Giselle lebih tidak karuan saat Arvan menyuruhnya untuk ikut berjabat tangan dengan ketiga temannya itu.
"My name is Giselle. I am a personal secretary of Mr. Arvan." ucap Giselle memperkenalkan dirinya seraya berjabat tangan kepada pria asal Hongkong.
"Ouh, my name is Richard. I'm from Hongkong. You know I have a company of the company here and in Hongkong. Your boss is my business friend. And I hope you too."¹ Richard kemudian melepas tangan Giselle.
"Of course, I'm so happy that if can work with you too²." balas Giselle dengan memasang senyum merekah di bibirnya. Membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terkesima dengan kecantikan alami dari Giselle, tak terkecuali keempat pria yang berada di sekelilingnya.
Kini Giselle beralih pada pria di samping Richard, "My name is Giselle.".
"Kau tidak perlu mengulang namamu, I hear it. Namaku Brave, aku berasal dari Inggris."
"Wah kau bisa berbahasa Indonesia? Ku kira kau orang Indonesia sebelumnya." takjub Giselle.
"Haha, aku bisa bahasa Indonesia. Karena berteman dengan your CEO. But, I still want to learn more, because I'm still not fluent³."
"Baiklah jika ada kesempatan aku akan mengenalkanmu lebih banyak tentang bahasa Indonesia." sahut Giselle.
"Ok. Kau sangat penurut dan baik hati." puji Brave yang hanya dibalas senyum malu Giselle. Sedangkan Arvan yang ikut mendengarkan pujian itu pun malah membuang muka.
Kemudian Giselle menyapa pria di samping Brave. Namun tiba-tiba ia merasakan nyeri pada bagian kaki yang sebelumnya terkilir. Ia pun tak mampu menyeimbangi tubuhnya dan ambruk. Untung saja pria di hadapannya dengan sigap menangkap kedua lengannya.
"Ah, I'm sorry sir." Giselle dengan cepat memperbaiki posisi.
"Are you okay?" wajah pria itu sangat cemas.
"Yeah, I'm fine. My feet is a bit pain. But, I'm really fine⁴." jelas Giselle.
"Hey, Mr. Arvan. Kau tidak merawat sekretarismu dengan benar." Brave mendadak melempar kritikan pada Arvan.
"I'm?" Arvan pura-pura bodoh.
"She is your secretary, you should take care of her¹¹." timpal Richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfiction[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...