Pukul 11.00 WIB, Arvan dan Giselle sedang duduk di bangku Restoran Frezee setelah mengakhiri pertemuan dengan klien.
"Setelah ini masih ada waktu dua jam sebelum kita mengadakan rapat di kantor." Giselle membacakan jadwal.
Tiba-tiba Giselle mendengar suara dari dalam perutnya. Ia pun memegang perutnya yang terasa kosong.
"Aku mendengar sesuatu." Arvan tahu bahwa Giselle memegangi perutnya karena lapar. Ia bahkan tidak mendengar suara apapun kecuali orang-orang yang sedang berbincang, tapi ia membuat Giselle seolah-olah berfikir bahwa ia mendengar dengkuran dari dalam perut Giselle.
Giselle sontak memandangnya dan memperlihatkan deretan giginya. "Hehe, itu adalah suara perutku."
"Kenapa? Kau tidak sarapan tadi pagi?" terka Arvan.
"Aku sarapan dengan sesuap roti tawar. Tapi ternyata sudah membuat perutku kosong jam segini." Giselle tersenyum malu.
"Mengapa hanya roti tawar?"
"Karena aku tidak sempat memasak atau membeli makanan, itu karena.." Giselle ragu untuk mengatakan bahwa ia tak sempat karena bangunnya sedikit terlambat.
"Tidak terbiasa bangun sepagi itu, karena menjemputku?" tebak Arvan yang melihat Giselle tak melanjutkan kalimatnya.
"Hm.." Giselle seolah tertangkap basah oleh Arvan.
Arvan pun memanggil pelayan, berniat untuk memesan makanan.
"Aku tidak tau apa yang biasa kau makan, jadi pilihlah sendiri."
Giselle terkejut, "Siapa? Aku?".
"Lalu siapa lagi jika bukan kau? Pelayan?" tukas Arvan kesal karena Giselle masih bertanya hal tak penting itu.
"T-tapi aku-" ucap Giselle terpotong.
"Pelayan sudah menunggu." Arvan tidak mau lagi mendengar alasan dari Giselle.
"Baiklah aku akan makan, tapi aku akan memesankan untukmu juga." Giselle kemudian langsung menunjuk beberapa menu untuk ditulis seorang pelayan.
"Kau tahu kan, saat ini bukan waktuku untuk makan? Ini masih pagi."
"Aku juga tahu kebiasaanmu yang tak pernah sarapan."
"Lalu?"
"Aku sungguh memesankan untukmu. Pelayan sudah menulisnya."
"Kau berani memaksa bosmu?"
"Apa kau tidak malu bertengkar di depan pelayan?" Giselle mengingatkan. Arvan pun kembali terdiam.
"Sudah, hanya itu yang kami pesan. Terimakasih." Giselle membuat pelayan itu berlalu.
"Aku tidak menyangka, bisa bertengkar dengan sekretarisku sendiri." eluh Arvan di depan Giselle.
"Sudah sewajarnya seperti ini, karena aku ingin kau menyadari. Bahwa bukan hanya bos yang mengatur sekretaris, tapi sekretaris juga harus mengatur bosnya. Aku melakukan semua ini agar kita saling menguntungkan." tutur Giselle yang hanya didengar malas oleh Arvan.
Wanita ini pandai dan licik. Ucap Arvan dari dalam hati.
Hanya menunggu 5 menit, makanan sudah tersedia di hadapan Giselle dan Arvan.
"Kau hanya memesan ini?" Arvan melihat sekitar 3 piring di hadapannya.
"Kau ingin pesan sesuatu lagi? Aku akan memesankannya. Pelay-"
"Tidak! Bukan aku, tapi kau. Aku hanya memakan satu piring. Tapi kau yakin, kenyang hanya dengan makanan kecil seperti itu?"
"Ya, ini cukup untukku. Tidak baik terlalu menghamburkan uang demi melihat meja makan terlihat penuh. Lagi pula aku sedikit diet." jelas Giselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Secretary
Fanfic[[MYG•PJH]] "Aku akan menemukanmu lagi, seperti takdir." -Arvan Banyak hal misteri dalam kehidupan seorang gadis bernama Giselle yang kini menjadi sekretaris pribadi Arvan. Kemunculan Arvan yang tiba-tiba membuat Giselle penasaran. Bukan hanya itu...