💠Arggh..💠

418 34 0
                                    

KRINGG..

"Hoamm.." salah satu tangannya sibuk mencari benda dimana suara itu berasal. Akhirnya ia dapat menemukan dan menekan tombol jam beker itu dengan begitu keras karena ia mulai sebal dengan kebisingan yang tengah menganggu tidur pulasnya.

Dia adalah gadis yang kini tengah tengkurap di atas ranjang pinknya. Mulai tak sadar beberapa menit karena kembali tertidur, tiba-tiba ia mulai tersadar dan segera bangkit dari mimpinya.

"Ah tidak. Aku lupa jika hari ini aku harus berangkat. Ah yang benar saja. Aku akan terlambat hari ini." gerutunya saat ia mulai sibuk memakai sandal bulunya dan kemudian segera berlari kecil ke kamar mandi.

Ia memandang cermin yang memantulkan refleksi dirinya. Rambut berantakan, wajah kusam, lesu, akankah dirinya benar-benar tak begitu semangat menjalani hidup hari ini?

Selang beberapa menit, secepat kilat ia segera berdandan rapi memakai kemeja putih polos dilengkapi jeans panjang dan segera berangkat ke Universitas di tempat ia kuliah, Universitas Dharma. Terlambat membuatnya boros seketika karena harus terpaksa menaiki taksi. 

"Huh..huh..huh.." nafasnya terengah-engah saat ia mulai memasuki gerbang. Memandang para mahasiswa-mahasiswi yang berkeliaran dan terburu-buru seperti dirinya. Ia begitu lupa bila hari ini ia memang harus kuliah di pagi hari, tidak seperti biasanya yang dijadwalkan sore hingga malam. Ia pun segera berlari menuju kelasnya, "Maaf, Pak...."

"Giselle, ikut saya."

Saat kakinya hampir saja menginjak lantai ruang kelas, seorang pria memanggilnya dari arah yang berlawanan yaitu tepat di belakangnya. Hingga saat seluruh penghuni kelas menatapnya dengan penuh tanda tanya, Giselle hanya pasrah dan berbalik untuk memenuhi perintah seorang pria berbadan kekar itu.

"Bagaimana kau ini? Sudah 3 semester kau tidak membayar sama sekali. Setidaknya kau dapat menyicil, Giselle." suara cempereng staf ekonomi yang berada di hadapan Giselle dengan di sampingnya yang diawasi asisten berbadan kekar tadi.

"Iya, Bu."

"Aku tidak ingin mendengar ucapan palsumu itu. Selalu saja berkata iya, tapi tidak ada bukti. Kau ini sudah semester 6 tapi kau merasa tidak peduli. Sebentar lagi kau akan KKN dan membutuhkan banyak biaya, Giselle." cerca wanita paruh baya berkacamata itu.

"Maaf, Bu. Bukannya aku tak ingin membayar. Hanya saja aku memang masih belum ada dana untuk membayar UKT-nya, Bu." Giselle mencoba menjelaskan.

"Kemarin kau sudah ku beri keringanan setidaknya waktu dua minggu. Lantas sampai sekarang mana, Giselle? Kau mengecewakanku. Hari ini kau akan diberi surat DO dari kepala universitas. Datanglah ke ruangannya setelah keluar dari ruangan ini."

Giselle begitu menampakkan wajah terkejutnya. Bagaimana tidak, ini bukan hanya menjatuhkan harapan dan mimpinya. Bahkan jauh lebih buruk daripada itu. Harga dirinya seperti sehelai bulu diambang pucuk ranting. Hatinya hancur mendengar bahwa ia akan dikeluarkan dari universitasnya karena menunggak UKT selama 3 bulan. Begitu miris hidupnya yang jauh dari keluarga.

Giselle tampak linglung, badannya lemas setelah ia keluar dari gerbang. Memegang dan memandang sebuah surat di genggamannya. Ragu untuk membukanya. Untuk apa dibuka? Toh ia tahu bahwa  surat itu yang akan mengeluarkannya dari perkuliahan ini. Ia juga mengingat wajah kepala universitas tadi yang nampak kecewa. Seandainya Giselle mampu memproses beasiswa dari semula, mungkin semua ini takkan terjadi. Namun semua itu terhalang hanya karena identitas keluarganya yang masih tak diketahui oleh Giselle. Hanyalah sang kakak laki-laki yang masih ada untuknya, meskipun keberadaan yang jauh di mata.

"Hm.. Ini terasa mimpi. Bagaimana mungkin? Hampir saja aku benar-benar ingin belajar serius agar dapat lulus dengan nilai terbaik. Tapi belum KKN saja aku sudah di DO. Astaga.." gerutu Giselle seraya berteduh di sebuah halte tak jauh dari kampusnya.

Just a SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang