Bab 35

23.4K 1.4K 21
                                    

"Perasaan gue gak enak," gumam Kinara saat berjalan menyusuri koridor sepi menuju toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Perasaan gue gak enak," gumam Kinara saat berjalan menyusuri koridor sepi menuju toilet. Jelas sepi. Hampir semua anak-anak masih berkumpul di lapangan.

Kinara mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke dalam toilet. Dengan ponsel yang masih di genggamannya, ia mempererat genggaman itu untuk mengurangi rasa tidak enaknya.

Ia masuk ke dalam kamar mandi sembari mengembuskan nafas berkali-kali.

.
.
.
.
.

"TUH KAN BENERRR!" pekik Kinara tanpa sadar. Ia dengan cepat menutup mulutnya. Kelepasan ia berteriak. Ia harap tidak ada yang mendengar teriakannya.

"Duh, kacau ini. Malah bocor sekarang... Gak tahu waktu banget sih!" gerutunya panik.

Ia mengambil ponsel yang ia letakkan di dalam saku baju. Memencet nama yang ada dipikirannya saat ini.

"Haloo.." panggil Kinara dengan suara pelan agar tidak ada yang mendengarnya.

"Kenapa, Kin?" jawab seseorang dari seberang sana.

"Tolongin gue, dong. Gue tembus..." ucap Kinara sedikit berbisik. Bahkan hampir tidak terdengar.

"Beli di mana? Emang lo gak bawa?"

"Yah enggaklah. Mana tahu kalau bakal tembus sekarang. Gue juga lupa ini udah tanggalnya," jawab Kinara merutuki kelalaiannya melupakan tanggal terpenting. Tanggal di mana ia harus bersiap siaga karena akan ada tamu penting yang datang selama beberapa hari ke depan.

"Gue bingung. Gimana caranya? Tapi bentar deh, gue coba cari," jawabnya agak ragu.

"Oke. Makasih, Deb. Emang lo yang terbaik. Gue tunggu di toilet, yaaa.." sahut Kinara dengan penuh kelegaan.

Ia mematikan ponselnya, dan menunggu Debi datang membawakan yang ia butuhkan.

☆☆☆

"Aduh elah. Si Kinara pake bocor. Gimana gue nyari di sini? Kan gak ada yang jual.." oceh Debi sembari mondar-mandir di koridor dekat ruang OSIS. Setelah ia menerima telepon tadi, ia menjauh dari keramaian panggung. Dan sekarang, ia malah terdampar di sini. Mondar-mandir tidak jelas.

"Lo ngapain kayak gosokan di situ, Deb?" tanya seseorang membuat Debi berhenti dan membalikkan tubuhnya kaget.

"Ah, beruntung ketemu lo. Jangan ngajak gue ribut dulu. Gue mau minta tolong," sahut Debi lega. Ia berjalan sedikit untuk menghampiri orang yang sedang mengernyitkan dahinya bingung.

"Bantuin gue, yaaaa.." pinta Debi dengan nada memelas.

"Apaan sih?"

"Beliin...." ucapan Debi menggantung. Benar-benar tidak enak rasanya mengatakannya kepada cowok di hadapannya ini. Ucapannya yang menggantung membuat cowok yang tidak lain adalah Aldo itu semakin mengeryitkan dahinya.

Ketos VS Waketos [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang