Bab 55

18.7K 1.1K 18
                                    

Sedangkan di dalam kamar, Aldo memutuskan untuk bermain game

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan di dalam kamar, Aldo memutuskan untuk bermain game. Ia memasang earphone pada kedua telinganya, membiarkan suara berisik pada game memenuhi pendengaranya. Tidak peduli jika nanti mamanya memanggil, atau apa itu. Ia mengencangkan volume, kemudian degan asik mulai bermain dengan game-nya. Berkali-kali kalah tidak membuat Aldo menyerah.

Setelah lama bermain, ia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tapi, sialnya ia malah teringat akan perkataan Mama tentang Ginta tadi. Tentang bagaimana cara Mamanya membujuk dirinya untuk kembali kepada Ginta. Dan itu sungguh membuatnya menjadi muak.

Setelah lama dengan posisi berbaring dan tatapan mengarah pada langit-angit kamar, Aldo memutuskan kembali bangun dan melanjutkan game-nya. Dengan kedua telinga yang tersumpal earphone, Aldo memfokuskan dunianya pada game.

Tengah asik bermain, tiba-tiba saja ia merasa ada seseorang yang berjalan mendekat. "WOII!" Teriakan yang tiba-tiba terdengar bersamaan dengan sebuah tangan yang memukul kasurnya membuat Aldo terlonjak kaget. Seluruh kebun binatang ia keluarkan untuk menyumpahi pelaku itu.

"MONYET LO! KAGET SIAL!" kesalnya ketika ia mengetahui siapa yang datang.

Sementara sang pelaku tertawa ngakak, Aldo melempar bantal yang ada di dekatnya. "Ngapain lo ke sini?! Masuk kamar orang gak ngetok gak manggil dulu!" ocehnya dan membuat sang pelaku semakin terbahak-bahak.

"Gue udah ketok, gue udah panggil, bahkan sampe gue buka pintu aja lo gak sadar." Aldo kembali melempar bantal yang tadi balik dilempar.

"Seenggaknya jangan ngagetin gue, monyet!" Sang pelaku hanya terkekeh sembari menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya yang membentuk 'V'

Pandangan Aldo yang masih terfokus pada ponselnya kembali terganggu dengan orang di depannya yang masih sibuk mengoceh, "Lo kenapa? Kata nyokap, tadi lo ngambek?" Aldo mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Bukan ngambek. Cuman kesel," jawabnya datar tak berselera. "Lo mau ngapain ke sini? Kalau cuman ngerusak mood gw, pergi aja sana. Pulang. Cuci kaki, cuci tangan, tidur."

BRUKK.

"Santai, nyet!" Bantal terlempar dan mendarat sempurna di wajah Aldo dengan sangat tidak santai.

Aldo kembali mengalihkan pandangannya dengan malas dan balas melempar bantal. Sang pelaku yang masih setia cengengesan di hadapan Aldo berhasil menangkap bantal tersebut.

"Lo ngapa, Do? Cerita sini sama abang." Seketika Aldo langsung berdecih geli menatap sosok di hadapannya ini.

Aldo mencabut kedua earphone yang masih tersumpal di telinganya tadi. "Abang, abang, apaan lo, kampret! Jijik gue! Gak kenal gue sama lo!" Aldo menatap jijik sosok di hadapaannya ini.

"Kalau gitu, kita kenalan dulu." Sosok di hadapannya kini bertingkah seperti seorang pejabat yang akan berpidato. Ia bertingkah seolah tengah membetulkan dasi yang menggantung di lehernya, padahal saat itu ia hanya mengenakan kaos oblong. "Perkenalkan. Nama saya Kendi Anggara. Status di sekolah sebagai mantan Ketua OSIS. Status di rumah, di keluarga, anak terganteng, dan sepupu seorang Aldo Pratama yang sekarang menjabat sebagai Ketua OSIS."

Ketos VS Waketos [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang