Bab 57

17.8K 1K 24
                                    

Setelah tadi Mamanya menarik dirinya masuk ke dalam rumah, ia masuk ke dalam kamar Mamanya, menatap Mamanya yang kini tengah merapikan perhiasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tadi Mamanya menarik dirinya masuk ke dalam rumah, ia masuk ke dalam kamar Mamanya, menatap Mamanya yang kini tengah merapikan perhiasannya.

Menyadari anaknya yang mendekat, ia bersuara, "Mama gak setuju kamu masih berhubungan sama maling itu!" Tegas. Tak terbantah. Bagaikan bukan peringatan, namun perintah.

"Ma. Kinara bukan maling." Aldo masih berusaha sabar agar tidak meledak emosinya. Setiap mendengar mamanya menyebut Kinara sebagai maling, ada sebagian dari dirinya yang ingin marah.

Mamanya menghentikan aktivitas. Menoleh, menatap Aldo tajam. "Kamu! Masih belain pacar sialan kamu itu?! Iya?! Sadar, Aldo! Dia cuman manfaatin kamu! Lihat! Dia mengambil perhiasan Mama!" Aldo menggeleng kuat. "Lihat! Lihat ini! Gelang pacar kamu yang sialan itu! Ambil ini! Mama gak sudi megangnya!" Dengan sekali tendangan, gelang berwarna emas itu sampai di bawah kaki Aldo.

Aldo menunduk. Memperhatikan gelang itu dengan teliti. Setelah yakin dengan ingatannya, ia meraih gelang itu. "Sial..." gumamnya pelan, namun penuh penekanan.

"Aldo! Mau ke mana kamu!!" Panggilan sang Mama tak lagi Aldo pedulikan. Ia kini masih melanjutkan langkahnya yang penuh amarah menuju mobilnya yang terparkit di depan rumah. "Aldo!" Mamanya yang masih mengejar dengan terus meneriaki namanya tidak Aldo pedulikan.

"Mama gak perlu kejar Aldo! Aldo akan pulang dengan maling sebenarnya!" Begitu sahutan Aldo dari dalam mobil sebelum mobil itu pergi meninggalkan rumah.

"Maling sebenarnya?" Dengan raut wajah bingung bercampur kesal, Mamanya kembali masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Aldo, ia tengah mengumpat kesal di dalam mobil. Segala macam umpatan keluar dari mulutnya. Segala macam sumpah serapah juga meluncur dengan lancar.

"Sial! Bisa-bisanya dia fitnah Kinara!" Sesampainya di tempat yang dituju, ia turun dari mobil, kemudian mengetuk pintu rumah bernuansa cokelat itu.

Tidak lama, keluarlah seorang wanita paruh baya yang dengan ramahnya mempersilahkan Aldo masuk. "Den.. Sudah lama gak kelihatan. Mari masuk." Aldo mengangguk ramah balas tersenyum setulus mungkin.

"Makasih, Bi." Setelah dipersilahkan duduk, Aldo kembali berceletuk, "Ginta ada?"

"Ada, Den. Biar saya panggilkan."

"Makasih, Bi." Wanita itu mengangguk sopan kemudian pergi meninggalkan Aldo yang duduk sendiri di ruang tamu.

Aldo sempat menatap sekeliling. Suasana rumah itu tidak berubah. Masih sepi. Jauh dari kata ramai setiap Aldo datang.

Tidak lama, turunlah seorang gadis yang dicari Aldo tadi. Ginta.

"Hei. Tumben. Kangen ya?" Aldo memutar bola matanya jengah. Tak habis pikir bagaimana gadis di hadapannya ini tampil tanpa merasa berdosa.

"Gue mau ngomong sama lo! Tapi bukan di sini." Dengan senang hati Ginta mengangguk antusias.

"Mau di mana? Kolam renang? Taman? Atau mau di sini?" tanya Ginta dengan senyum yang masih senantiasa mengembang.

Ketos VS Waketos [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang