SS'2 BAB 2

1.2K 71 2
                                    

Dekati aku dengan cintai Tuhanmu

-Syauqillah & Syadzahra 2-

***

"Clar, aku kira kamu harus berhenti dari pekerjaan ini deh," perintah wanita tua yang menggenggam sejilid uang berjumlah puluhan juta.

Sementara wanita yang diketahui bernama Clara itu berlagak masa bodoh, ia sibuk menyesap rokoknya yang baru saja ia nyalakan.

"Kenapa aku harus berhenti? Duit banyak kok mau dibuang. Sayang kalee," ujar Clara terkekeh membuang asap rokok dari bibirnya yang merah pekat olehsan lip mate.

"Aku khawatir aja kalo kamu ketauan bokap,"

"Ck, mereka ngga perduli sama aku kali. Jadi santai aja,"

"Serah deh, ngingetin aja."

"Thanks Madam. You are the best pokoknya. Btw, siapa lagi malam ini? Bayarannya dulu sini,"

"Celah, giliran duit mah cepet. Dasar kingkong! Nih 15jt untuk dua jam!"

"Gileeee! Badan remek nih,"

"Bodo amat, duit gede noh,"

"Haha okeoke. Gue siap-siap dulu..."

"Good luck bebe..."

Tsania Clara, wanita berusia 22 tahun yang lebih memilih dalam lingkaran gelap.

Berjalan bak model, pakaian ketat gaya orang barat dan rambut terurai indah serta wajah yang penuh polesan membuatnya percaya diri memasuki sebuah Club malam yang dilaknat Allah, segala yang ada di dalamnya adalah haram.

"Wine satu gelas!" pesan Clara mendudukan dirinya di sebuah bar.

"Weits, tumben Clar sendirian. Ngga ada job malam ini?"

"Ada, jam dua,"

"Pantesan nongkrong disini, emang anak-anak lo udah di ajari bener,"

"Kalo belum kelar mana berani aku kesini, aneh banget deh!"

"Wadaw santai bos, gue duluan. Masih banyak pealanggan,"

Mendengarnya Clara memutar bola matanya malas,

"Emang aku ngga butuh kamu,"

"Bye Clar, semoga malam ini menyenangkan buat lo,"

"Thanks bro,"

Sepeninggalan Joseph sang barista, Clara menunduk menarik nafasnya dalam. Teprikir kalimat akhir semoga hariku menyenangkan. Ujarnya tidak mungkin, tidak akan pernah bisa. Semenjak Mamanya pergi, kehidupannya mulai tak terkendali. Papah semakin bejat, sampai-sampai ia tak punya tempat bercerita dan berakhirlah seperti saat ini.

Di tengah malam kala para pencari ridho Allah tengah bermunajat, ia tengah bermain dengan hal haram meskipun sejatinya ia tahu jika itu tidaklah benar.
Ia memang gila, benar. Tapi untuk apa ia kembali waras, karena pada asalnya tak pernah ada yang perduli perihalnya. Entah tentang hidupnya atau hatinya. Miris.

Syauqillah Syadzahra 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang