Ia Masih Enggan

7 1 0
                                    

Ia masih enggan untuk menyapa. Padahal apa salahku?
Hanya karena dulu ia pernah ketahuan berbuat hal yang diluar nalar dan logika.

Jauh sebelum ini, tak pernah terpikirkan bahwa ajakannya bercerita akan berdampak pada (aku yang kena akibatnya).

Sekali pun, aku tak pernah menginginkan untuk berbicara keburukan tentangnya kepada yang lainnya.

Namun naluri berkata lain bahwa ternyata batas kesabaran atau entahlah apa namanya kadang membuat emosi tak tertahankan, padahal emosi masih tersimpa dalam hati.

Kau tau bagaimana rasanya?
Pejamkan mata.
Yaa, seperti itu.

Kadang terpikirkan, kenapa pembicaraan terlihat menarik saat mereka turut serta bersama kita dan aku bisa membedakan arti sebuah senyuman tulus atau terpaksa.

Ah, mungkin aku yang terlalu serius atau terlalu peka terhadap keadaan sekitar.

Ia ingin lebih dekat denganku, tapi saat kudekati, seakan ada tembok yang terpampang jelas di depan mata, aku tak dapat menembusnya atau menghancurkannya.

Karakter itu begitu kuat ia pegang, bahkan saat sendirian ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang menginginkan sebuah sapaan.

UNTUK SETIAP CANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang