Maapkan

5 2 0
                                    

Maapkan.
Bukannya tak mau membalas pesan dan atau balik membalas sapaan yang berulang. Hanya saja, waktu ternyata sudah memberikan jawabannya padaku. Bahwa bahagia tak harus selalu dengan menegur masa lalu.

Sini kuberitahu bagaimana caraku untuk bangkit dari keterpurukanku saat itu. Belajar menerima dan melepaskan ketakutan terbesarku mengenalmu, berpura-pura tak mengenali siapa dirimu. Bukan hal mudah untuk menerima sebuah kenyataan. Janjimu padaku masih terdengar jelas dalam benakku, 'aku tak akan meninggalkanmu'. Hanya saja, manusia memang dicipta dengan segala kekurangannya. Kuakui wanita sepertiku yang menganggap segala hal yang menimpa pasti akan mendewasakanku secara rohani pun kadang sulit untuk menerima kenyataan bahwa berpura-pura bahagia sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Namun, tahukah kau setelahnya aku sembuh. Luka itu perlahan menutup dengan sisa-sisa harapan yang masih kugenggam. Ini terakhir kali aku berkorban. Nyatanya, kata memanglah sebuah kata. Lidah tak bertulang saja yang pandai berkata-kata. Mataku tak dapat membohongi orang-orang disekelilingku, meski senyum termanis telah aku persiapkan untuk menyambut hati baru.

Kau pikir bisa dengan mudah, memaapkan kesalahan seseorang yang pernah kau terima segala kekurangannya. Kadang kupikir hidup ini tak adil. Beberapa kali didatangi mereka yang berniat (mempermainkan) menepi lalu pergi tanpa permisi. Setelah aku tak pernah membuka pintu untuk hati yang baru. Beberapa kali pula seakan aku dibuat menganga oleh kesalahan yang serupa, memandangi dia yang pernah punya mimpi untuk dimengerti. Sayang, aku masih seorang wanita yang penuh dengan tuntutan sebuah kenyamanan. Kau beri setitik perhatian maka balasannya kami (para wanita) akan membuatmu betah tinggal berlama-lama.

Entah bagaimana cara wanita lain mengungkapkan perhatiannya, bisa dengan memaksamu untuk melakukan hal yang di luar nalar, bisa seperti mengancam akan berlaku hal bodoh jika kelak kau tinggalkan. Ada juga yang membiarkanmu memilih duniamu, ada. Kurasa wajar saja jika wanita dan pria telah sama-sama mengerti kapasitas dirinya dalam menghargai seseorang yang menyapa untuk waktu yang sebentar. Aku pun tak kurang perhatian dan didekati beberapa orang. Sayang, niat seseorang mendekatiku diawal kadang mampu membuatku untuk menjauh perlahan hanya karena takut menyakiti, maka kupilih pergi. Bukan sebab tak bisa menerima, hanya kuberikan waktu untuk menyapa di waktu yang benar-benar tepat adanya. Tenanglah, bukankah wanita diciptakan untuk menerima. Sementara kalian para pria ditakdirkan sebagai pemilih. Maka, janganlah membuat ragu pilihan itu. Suka bilang suka, jika tak maka pergilah selamanya. Jangan bersikap bodoh dengan mencoba untuk berteman sementara kau si pembuat luka.

Sadar saja, seseorang diciptakan untuk saling menutup kekurangan. Jika kekuranganmu lebih banyak dariku, maka Dia memberikan sedikit kelebihan padaku untuk menutup kekuranganmu. Begitupun sebaliknya, jika kekurangan itu jadi milikku, maka tugasmu adalah menutupi kekurangan itu dengan kelebihan yang kau miliki. Bukan dengan meninggalkan aku dengan segala pengharapan yang pernah kau bagi dan kita rasakan bersama. Mari kita belajar untuk tak saling menyalahkan keadaan. Kau pikir hidup ini sederhana, nyatanya untuk sebuah senyuman tulus yang kuberi saja aku harus melupakan sejenak luka yang kemudian kuberi nama kebodohan.

Dengan tanpa mengurangi rasa hormat padamu, ajaklah aku bercerita banyak tentang segala hal yang belum pernah kutahu dan kudengar. Bukan dengan memaksaku menuliskan berbagai pertanyaan dalam pikiranku, jika kau datang saat aku tak ingin disapa oleh pria yang memilih pergi tanpa sebuah sapaan, egois sekali bukan? Disaat aku menunggu harap agar segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki bisa saling tertutupi, kau malah pergi mencari seseorang yang bisa dengan mudah memahamimu tanpa ragu. Sayang, kau tak pernah mau mendengarkan ceritaku. Seperti janjiku saat pertama mengenalmu, jangan sapa aku di lain waktu karena bentuk perhatian yang kuberikan tak akan lagi sama. Bersilaturahmilah dengan cara yang elegan. Aku pasti bisa menerima dan memaapkan karena memang wanita diciptakan sebagai obat penenang.

(2017)

UNTUK SETIAP CANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang