Untuk Kamu Yang Pernah Dibuat Bingung Dengan Arti Penerimaan

7 1 0
                                    

Hi, sahabat yang pernah mengenalkan arti tersenyum dan terluka di waktu sama. Kau ingatkan bahwa kita pernah saling bertukar cerita, saat dengan manjanya aku tidur di kasurmu. Tengah malam aku membangunkanmu dengan celotehanku. Sementara kau tengah sibuk mengurusi arti untuk bertahan, aku masih saja nyaman dengan bagaimana aku memulai. Kau ingatkan aku dengan kalimat ajaib bak ibu peri yang tengah berujar pada cinderella, "kamu cantik, kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu mau".

Hi, sahabat yang pernah membuat marah. Aku egois memang. Meninggalkanmu dengan kesendirian. Andai mereka tahu bahwa senyummu adalah untuk menutupi kekurangan. Kau berbagi canda tawa dengan gigi gingsul yang kau punya. Aku terpana. Teman wanita dan pria ku pun juga. Kau mengalihkan sedikit perhatian mereka. Lagi, mereka hanya melihat kau baik-baik saja dengan keramahtamahan yang kau miliki, dengan senyuman yang sering kau bagi.

Hi, seseorang yang pernah membuatku menangis. Menangis karena aku pernah lupa bersyukur atas segala nikmat kecil yang Tuhan berikan. Kau pernah berujar bahwa mimpimu ingin menjuarai ajang kecantikan, berlenggak lenggok di panggung, catwalk. Hanya, semua tinggal angan-angan. Kau hanya mampu menangis dan bercerita bahwa semuanya tak ada gunanya lagi untuk diujarkan. Beberapa yang hanya melihat kebahagiaanmu tak tahu bahwa semua jari kakimu diamputasi dan aku baru sadar ketika kamu selalu meminta segayung air saat kita tengah berwudhu, aku baru sadar bahwa kakimu pernah tak boleh kena air sedikitpun. Hingga kau tunjukkan padaku bentuk sebenarnya kakimu yang telah diamputasi, yang ukurannya sedikit membengkak dari ukuran kaki biasanya pun kamu bercerita bahwa harus pesan sendiri sepatu yang kamu gunakan, kini. Aku menangis. Dadaku sesak. Sakit memang. Tuhan begitu adil menempatkan kekurangan dan kelebihan ciptaanNya, kau dikelilingi mereka yang dengan siap kapanpun kau butuhkan.

Hi, sahabat yang pernah membuat cemburu. Kau bagi perhatianmu dengan teman dekatku. Kau biarkan seseorang yang paling mengerti dirimu untuk pergi dengan alasan klasik yang kau buat, tunangan. Apakah ini doa atau hanya alasan yang dibuat-buat? Namun setelah aku tahu yang sebenarnya aku marah. Aku biarkan dia untuk menceritakan segala pengorbanannya terhadapmu, waktunya, mimpinya, dan segala kenangan yang pernah terjadi, ia ceritakan sampai batas akhir kunjungan malam. Aku berpikir berulang-ulang. Haruskah aku mendiamkan? Nyatanya aku tak mampu membohongi hatiku, aku merindukan kebersamaan kita. Kau yang dengan bersemangat mendengarkan cerita-ceritaku. Alasan aku bangkit dari keterpurukan, dan mengambil alih kesedihan menjadi kesenangan. Ah, ya. Kau juga sama suka menulis, pernah aku mendapatkan tulisan cerpen karyamu. Kubaca sekilas di bagian awal keras-keras, dengan candaan kau menilai itu jauh dari kata bagus dari tulisan yang pernah kubuat, bodoh. Sementara yang lebih mencengangkan adalah permintaanmu untuk kuceritakan kembali kisahmu. Tentang segala pengorbanan yang kau lalui untuk dapat tersenyum dan menghindarkan ocehan negatif orang-orang disekitarmu. Bersabarlah, Arina sayang. Kau pantas untuk bertahan. Kuakui semangatmu melebihi aku yang mampu berlari dengan memakai sandal jepit, saat kutahu kau tak mampu untuk berlaku sama. Aku menangis. Mengingat dan menjerit di waktu yang sama. Kadang kupikir beberapa orang kesulitan untuk bersyukur bahkan hanya untuk mengucapkannya. Mereka menahan hanya karena takut dikira ketinggalan jaman. Aku menyadari hal ini saat kau tak pernah sedikit pun melupakan jadwal makanku, siap-siap bawel ketika kau dapati aku masih tengah begadang. Hanya demi mengerjakan tulisanku yang tak pernah jadi-jadi.

Terimakasih telah menjadi satu dari sekian motivasi untuk menyelesaikan tulisan pertama ini. Tetaplah tersenyum dan jadilah yang termanis dari mereka yang sering mengaku merasa paling cantik dan sempurna.

UNTUK SETIAP CANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang