Pernah Terluka Mengajarkanku Arti Menerima

8 1 0
                                    

Jadi, kau mau aku cerita apa kali ini? Tentang seseorang yang mengabaikan kehadiran seseorang karena memilih seseorang lain? Atau seseorang yang pura-pura tak menyadari apa yang pernah dilakukan seseorang untuknya karena lebih memilih kehadiran seseorang lain di masa kini?
Atau seseorang yang pura-pura tak pernah kenal karena merasa kau sudah bukan apa-apanya lagi kini?

Ya, aku pikir semua orang berhak untuk dianggap dan menganggap diri. Satu hal yang sering aku ingat adalah saat aku tak pernah kesulitan untuk menyapa “hai” pada seseorang meskipun dalam kondisi hati yang kurang baik atau saat aku tak bisa mengatakan “halo” pada seseorang meskipun dalam kondisi hati yang baik namun di lain sisi aku tak bisa bersahabat dengannya. Biarkan aku mengakui kesalahanku, tak perlu dipaksa, tak perlu di-iming-iming hal-hal luar biasa. Kau tahu aku -mudah sekali bosan- dengan kondisi di mana aku harus melakukan hal yang sama berulang-ulang. Jika tak ada kata yang pantas untuk menjawab sapaanku, tolong jangan abaikan kehadiranku. Kau takkan pernah tahu bukan bagaimana seseorang berkomunikasi dengan cara yang amat sederhana namun tak pernah ada niat untuk menjatuhkan?

Semuanya telah ada yang merencanakan, kau percaya? Lagi, hanya waktu yang akan menjelaskan. Bukan tentang seberapa keras kau berusaha mendapatkan, pertanyaannya adalah mampukah untuk beratahan? Setiap pribadi pasti memiliki obsesi, mendapatkan sesuatu sampai harus berusaha keras untuknya. Lama-lama kebosanan akan menerpa, kau tahu bahwa pembelajarannya adalah setiap hal yang berlebihan akan berakhir atas nama kebosanan. Jika kau belum merasakannya kini, mmpercayai apa kataku, tunggu saja waktu yang akan mengatakan semuanya padamu dengan lembut. Ketika aku tak pernah kembali untuk menjadi pendengar setiamu, pergilah mencariku. Kadang seseorang butuh pergi untuk dicari, butuh menghilang untuk diakui, beberapa ada yang gengsi tapi. Lihat saja semua orang mampu berujar rasa suka dengan bijaknya, tak dapat menahan pandangan pada apa yang sulit diraihnya, ketika semua berjalan sesuai rencana, baik-baik saja, maka rasa itu akan bertahan sampai titik bosan hinggap dan menerima. Aku pernah kesulitan mendeskripsikan perasaan sayang melalui chat atau obrolan, bukan karena aku tak dapat sabar pada kata rindu, nyatanya hanya ingin bertemu, walau harus menahan pandangan dari jauh, menatapmu berbicara dengan jarak yang tak biasa. Jika kau melihatku dengan raut bahagia, tutur kata dewasa, bijak, dengan rentetan kata sederhana. Percayalah, aku pernah terluka, sering, hingga aku lupa bagaimana untuk bahagia, pernah. Hingga aku kebingungan dengan pribadiku kala itu, mau kemana, akan seperti apa. Pelan, aku mengenal arti mengikhlaskan. Kau tahu? Sederhana memanh karena aku tak menginginkan banyak perubahan setelah kehilangannya, yang aku ingin hanya bagaiman dengan cepat aku lupa pernah terluka dan mengenalnya. Ingat, diam-diam aku pernah mengkhawatirkan seseorang di tengah proses penyembuhan luka, kau bayangkan bagaimana kau bisa mempedulikan seseorang yang bahkan ingat kau masih hidup saja tak. Dia bahagia, bukan berarti tak memikirkanmu. Seseorang pasti punya ingatan kuat pada apa yang pernah dilakukannya, menyakiti. Ketika beberapa memilih pergi dengan modal kata "kamu terlalu baik", beberapa yang kutemui bertahan dengan saling menyakiti. Aku belajar banyak hal dari kepura-puraan yang dibangun oleh seseorang. Tentang seberapa sanggup menerima dalam segala ketidakmungkinan yang dipaksakan. Sayang, mereka yakin bahwa jodoh adalah dia yang mampu bertahan walau dengan rasa sakit yang menghujam. Bodoh. Jodoh.

Aku pernah terluka, maka aku dewasa. Ya, aku bersikap seadanya dengan segala pengalaman yang pernah aku dapat, disakiti. Aku belajar untuk tak dengan mudah memberi harapan pada seseorang dengan dalih sebuah penerimaan kelebihan dan kekurangan. Bulshit memang. Tak ada yang lebih sederhana dari ungkapan rasa sayang selain kau tak akan mengatakan hal apapun pada orang yang disukai, tak menuntut apapun, dan tak berharap apapun. Tuhan telah berencana, kau hanya perlu fokus pada satu hal bahwa bisa jadi kau dihadirkan dengan kesalahan beberapa kali, setelahnya kau akan ditakdirkan dengan seseorang yang tak akan pernah pergi.

(2017)

UNTUK SETIAP CANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang