Malam itu, Chaeyoung hampir mati berdiri.
'Seokjin meninggal'
Ponselnya terasa berat sampai ia otomatis terjatuh tanpa tenaga. Mendadak semua giginya ngilu dan dadanya sesak.
Seluruh hatinya terasa sakit, jantungnya memompa lebih cepat hingga terasa sesak. Air matanya pun turun perlahan, menggenang, hingga membuatnya bungkam.
'Seokjin tewas karena kecelakaan, ia mengejarmu'
****
Semenjak kejadian itu, Chaeyoung punya masalah tersendiri dalam dirinya. Dihantui rasa bersalah, ketakutan dan kecewa di saat bersamaan. Ia seolah sudah membunuh orang lain, dan itu adalah suatu kebodohan yang menghancurkan hidupnya.
Hatinya mati.
Hidupnya seakan begitu sulit.
Bagaimana bisa ia hidup dengan kenangan manis yang terputar dan diakhiri dengan perkataan kasarnya dan itu tepat sebelum Seokjin dikabarkan meninggal.
Rasanya ia tidak ingin berbicara. Hal yang keluar dari mulutmu itu bahkan bisa membuat satu nyawa melayang–meski yang kau katakan itu kebohongan.
Rasanya, memang seharusnya ia membisu. Tapi, hal itu malah membuatnya kacau. Kadang ia merasakan perasaan yang menyuruhnya untuk melakukan kekerasan tersendiri pada dirinya. Sebuah perasaan yang menggebraknya untuk melakukan hal bodoh itu. Tiap kali ia mencoba menolak pemikiran dan perasaannya itu, ia seolah mati rasa, merasakan sesak dan tak bisa berbuat apa-apa selain ingin mati–mencoba bunuh diri. Ketimbang menyakiti dirinya sendiri.
Sudah satu bulan sejak ia menempati kasur rumah sakit ini lagi karena tangannya yang berdarah dan kehilangan banyak benda cair kemerahan itu.
Dokter bilang, ia sewaktu-waktu bisa melakukannya lagi. Maka dari itu, ia menginap di sini. Lagi.
Setelah ia tau, bahwa saatnya ia kembali hidup dengan cara dijodohkan dengan anak teman ayahnya itu, saat itulah ia mencoba menciptakan suatu penolakan dengan menyakiti dirinya sendiri–agar tidak mencoba mati seperti terjun dari jembatan atau mungkin melemparkan diri ke kandang macan.
Ia lebih memilih untuk tetap hidup meski kesimpulannya tetap diambang kematian.
Ia menyilet pergelangan tangannya, dan hampir mengenai urat nadinya. Tentu saja, itu tidak disengaja. Ia tidak ingin memotong nadinya yang mengakibatkan ia mati. Tapi, perasaan itulah yang membuatnya begitu.
Ia teledor, ia sudah memperhitungkan segalanya. Namun, saat hatinya berbicara tentang perkataan seokjin– seolah membuatnya ingin mengoyak lebih banyak karena dengan begitu ia tidak akan mendengar perkataan menggema dalam kepalanya itu.
Satu helaan nafas tercipta. Hari ini, Jimin bilang ia sudah bisa pulang. Selama sebulan terakhir ini ia sudah banyak mendapatkan pengobatan, dan sudah cukup muak bersandiwara semua baik-baik saja.
Oh.. Memang, para dokter itu mudah sekali dibodohi.
Kali ini, ia akan menjadi remaja normal. Ia akan mencobanya.
Dan tentang perjodohan.
Ia rasa ia perlu bermain dengan lelaki bernama Jungkook. Yang ia tau pernah menabraknya beberapa hari yang lalu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bad Boy
Teen FictionLelaki itu player, membubuhkam stempel di kepalanya bahwa dia yang berkuasa. Sampai saat ini aku masih memikirkannya.. Memikirkan perjodohannya dan rahasia antara aku dengan dirinya. Started 4 maret 2019