Rose merasakan ada yang berbeda, dari lamanya mengenal sosok bernama Jungkook ini. Ia yakin, ada yang salah. Mata yang menatap penuh dengan penyesalan, putus asa, terlebih rasa sakit yang ditahan. Rose merasakan itu, dulu. Itu hal yang tidak nyaman, sangat. Apalagi, saat tidak ada yang peduli padamu–pura-pura peduli, juga.
Tau kok, jika mengerjakan sesuatu seperti malam itu di dalam mobil, bukanlah hal baik. Itu terdengar, kau tau buruk namun baginya itu hal baik yang bisa ia lakukan–setidaknya satu dari sekian yang harusnya ia lakukan daripada itu.
"Rose" panggil Jungkook pelan dengan Rose yang berada di dekapannya.
Mereka masih berada di tempat duduk penumpang belakang. Menghela nafas gusar."Hmm?"
Jungkook menatap Rose, untul kali ini saja. Hatinya bukan merasa lebih baik, justru lebih sakit. Kenapa?
Ia mengernyit dan merasa nyeri,menahan bulir air yang mulai membuat panas kedua netranya. Ia hendak meminta maaf barangkali, tapi nyaris tercekat karena egonya mengudara. Jadi, ia putuskan untuk diam. Memakan ucapan yang bahkan belum terucap.
Rose menatapnya, menegakkan badan dan mengancing baju yang agak terbuka. "Santai saja. Lagipula," Rose menjedanya sesaat "Cepat atau lambat, kita berdua akan melakukannya." kedua otot bisepnya ia renggangkan "Anggap saja, sebagai latihan." Rose menyeringai "Kau tidak buruk juga" kemudiam terkekeh.
"Tidak, ku kira. Kau semesum ini, Rose" ujar Jungkook memasang kaos bajunya.
Rose tersenyum "Aku sudah cukup legal untuk mengakses internet maha kaya"
"Jangan belajar dari sana, aku bisa menjadi profesor untuk hal itu" seringai Jungkook cukup angkuh baginya.
Rose mendekat, menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. "Kau tau?"
"Tidak"
"Tentu saja, kau manusia tidak peka. Begini, Jung kau tau saat pertama aku kenal dirimu?"
"Saat aku pergi ke rumahmu?"
Rose menggeleng "Nope, kau menabrakku sampai jatuh. Itu waktu dulu sekali. Aku yang pertama kali melihatmu." ia terkekeh atas ucapannya. Seolah itu amat lucu "Tidak heran kalau ternyata kau juga sama"
"Jangan konyol, aku belum gila sepertimu"
"Jahat"
Jungkook menemgok ke arah bahunya, Rose mendecak kesal kemudian mengerucutkam bibirnya "Pernah dengan kalau Thomas Alfa Edison dianggap sebagai lelaki brengsek?"
"Tidak, tidak tertarik."
"Orang hebat memang seperti itu"
"Tengah membanggakan diri ?, menurut dokterku, mereka yang membanggakan diri hanya berusaha lari dari kelemahannya"
Jungkook geming. Ia memilih diam, menatap langit atap mobilnya yang berwarna hitam. Sesekali ia memainkan lampu yang ada, membuat sakit mata karena cahaya yang terang kemudian redup kembali.
Rose mendecak, ia memilih membenamkan wajahnya ke dada Jungkook. "Ish"
Jungkook terkekeh "Melihatku lebih dulu, itu cukup lucu. Apa itu yang membuatmu mau melakukannya denganku?"
"Apa itu penting untukmu?"
"Setidaknya, aku tau alasanmu yang dungu untuk mau melakukan itu dengan ku"
Rose mendecak, ia mengapkan badannya. "Berhent–"
Jungkook mengecup bibir Rose singkat. "Ya. Aku akan berhenti" ia kemudian tersenyum. Sungguh sulit menjelaskan perasaannya sekarang.
"Rose" gumam Jungkook
"Ya ?"
"Untuk kali ini saja, kamu mau berjanji padaku?"
Memgernyit, Rose merasakan hal aneh kembali hadir lagi dari sesosok Jungkook. "Aku takut untuk berjanji, kau tau itu, Jung"
"Begitu, seberapa besar ia melukaimu?"
Rose terkekeh dengan pertanyaan Jungkook barusan sejak kapan kau peduli? Atau kau sok peduli ?
"Lucu ?"
"Banyak–sangat. Sampai rasanya aku tidak bisa untuk merasakan apapun. Kau bertanya lucu untuk apa ? Perasaanku?"
Jungkook diam sejenak, "Hmm..–"
"Kau tau, alasan orang tua kita menjodohkan kau dan aku yang gila ini ?" tanya Rose
"Aku tidak ingin tau alasannya. Ada banyak alasan untuk sebuah kebohongan."
"Kau tidak percaya dengan orang tuamu, Jung? –maksudku, –"
"Bisakah kita hentikan pembicaraan seperti ini? Aku ingin pulang. Menuntaskan urusanku, mau aku menyerangmu lagi?"
Rose mengernyit "Apa-apaan, aku hanya bertanya. Kau yang duluan. Jalankan saja mobilnya" ketusnya
"Karena Sean juga dojodohkan dengan Kim–puas ?"
"Lalu kau?"
"Mencoba mengikuti hal yang dilakukan oleh orang yang kusukai."
"Seperti sekarang?"
"Aku akan melakukan apapun, jika aku tidak bisa memilikinya, aku akan hidup sepertinya" ia melanjutkan sambil menatap lekat manik Rose yang membola "Sepertimu,kalian. Semua orang, Rose. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bad Boy
Teen FictionLelaki itu player, membubuhkam stempel di kepalanya bahwa dia yang berkuasa. Sampai saat ini aku masih memikirkannya.. Memikirkan perjodohannya dan rahasia antara aku dengan dirinya. Started 4 maret 2019