10

1.1K 107 1
                                    

Ibaratnya ini dinamakan syukuran atas keluar dan vonis sehatnya dari rumah sakit kemarin. Bahkan, keluarga orang lain yang di tebak punya peran besar dalam kejadian Chaeyoung berbulan-bulan lalu itu juga ada dan duduk di hadapannya sekarang.

Terlihat aneh dan juga canggung bagi dirinya melihat kedua orang tuanya begitu terlihat senang, memakan kue pai yang sama sekali tidak ia tau kapan membuatnya karena asyik dengan dunianya dengan kasur lengket yang melilih tubuhnya hampir seharian itu.

"Bagaimana kuenya ?" tanya seorang wanita yang duduk di sebelah lelaki yang duduk di depannya. Lelaki yang sempat beradu tatap dan anehnya tiba-tiba saja datang ke depan kamarnya dan melambai malas serta dengan serak dan helaan nafas berkata 'hai' padanya. Tentu saja, bukan hal yang mudah mengatasi lelaki dengan gelagat seperti siapa namanya. Ah.. Jeon-Jeon Jung Kook.

Karena ibunya yang terus saja mengakhiri pembicaraan dengan nama lelaki ini, ia dengan bodoh jadi ingat namanya. Membosankan. Mengingat adalah hal paling membosankan, dan sekarang ia sudah ingat nama lelaki aneh di sebrang yang sedang makan kue pai dengan lahap. Dikira ini rumahnya sendiri sepertinya, dasar tidak tau malu batin Chaeyoung kemudian melahap satu potongan pai ke dalam mulut.

Matanya sedikit membola sejak pertama kali indera pengecapnya ia gerakkan, ini adalah makanan yang sangat membuatnya senang. Sangat enak, ia jadi bertanya-tanya sejak kapan ibunya bisa memasak pai ?

"Aku bahkan tidak bisa berhenti untuk memasukkannya ke dalam mulut, pantas saja Jungkook begitu lahap dan sudah menyaingi ayahnya. Ia makan dengan sangat baik" ujar ibunya Chaeyoung.

Ia mendengar jawaban ibunya dan hampir saja menelan tanpa kunyahan karena mendengar sangkut paut dengan lelaki di sebrangnya itu.
Ia pun mengambil air putih dan meminumnya. Mendapatkan hal yang dilakukan Chaeyoung, Jungkook lantas memghentikan makannya dan melihat ke sebrang. Ia menyeringai kecil samar sambil mengunyah potongan pai yang sedari tadi tak pernah absen dari mulutnya.

Mengikuti gelagat Chaeyoung pelan sambil mendeklarasikan kemenangan akan lawannya di hadapan yang sedari mendengar namanya mulai merasa tidak enak. Gotcha... Cepat-cepat kau risih biar pergi sana. Haha

Saat tegukan air putih terakhir, netranya tak sengaja kembali menatap lawannya, mau tak mau demi keselamatan jiwanya kelak, ia membuat senyuman yang langsung mendapat reaksi buang muka oleh gadis di depannya. Jungkook merasa sangat senang dengan gelagat lawannya ini. Sudah ditetapkan, gadis ini akan menjadi tahanan sementara sebelum dilepaskan dan dibuat patah hatinya.

Anggaplah Jungkook benar-benar brengsek dengan memainkan peran layaknya seorang lelaki yang suka akan perjodohan, bersikap baik, lembut, tak sombong. Wah.. Jika dilihat oleh orang tua manapum dengan sekilas, Jungkook tentu menempati hati mereka dan layak di sebut sebagai menantu idaman, suami yang baik, lelaki yang sempurna. Mimpi!

Dalam hatinya ia mulai tergerak ingin mengobrol dengan ibu Chaeyoung. Ingin melihat lebih reaksi gadis yang sedari tadi curi-curi pandang dengan pandangan tajam dan ia menyimpulkan pandangan itu seperti 'apa-apaan orang ini, ish' tidak suka, sangat tidak suka.

"Eum. Nyonya Jung" ujar Jungkook pada ibu Chaeyoung.

Nyonya Jung pun langsung menoleh dan menaikkan alisnya saat melihat ke arahnya. "Ya? Ada apa, nak?"

Jungkook membereskan garpu dan sendoknya menjadi bertindihan. "Melihat anda senang seperti ini entah kenapa, membuat saya juga senang. Jamuan anda sangat bagus, Nyonya. Tidak salah lagi, sebaiknya kapan-kapan saya lebih sering berkunjung" ujarnya yangberhasil membuat ayah dan ibunya terhenti beraktivitas,seperti menahan nafas dan menatap satu sama lain setelah akhirnya tertawa canggung dan gelengan miring Chaeyoung.

What the hell.

"Astaga! Lihatlah ini Nyonya Jeon. Luar biasa anakmu ini" ujar ibu Chaeyoung membalas.

Sedang para ayah tersenyum satu sama lain dengan pandangan intens penuh arti dan harap. Jelas, mereka dijodohkan. Pihak lelaki sudah dengan keras menyatakan hal baik begitu,bagaimana tidak senang ?

Pihak gadis bagaimana? Dari segi orangtua gadis, jelas sekali mereka membuka pikiran bahwa Jungkook jelas anak baik dan sepertinya memang benar menjodohkan anak mereka dengan lelaki sepertinya. Tapi, disisi lain ibu Chaeyoung juga tak bisa serarus persen percaya begitu saja, mengingat dulu anaknya pernah terluka karena seorang pria.

Chaeyoung sendiri ? Sudah memanas dan merasakan asam lambungnya naik karena mendengar perkataan lelaki ini.

Mual.

Ya, mual. Ingin muntah mendengar hal sok baik dari orang asing ini. Tidak tetaplah tidak, coba luhat bagaimana lagi lelaki satu ini mengerahkan segala atensinya untuk mendaptkan hatinya. Ya, memang sedikit bodoh dan tidak tau malu, sih. Mendeklarasikan hatinya untuk didapatkan, tapi ia tau benar. Zigot yang berkembang dan tumbuh menjadi manusia berkelamin laki-laki dengan gelagat seperti ini, patut di curigai.

Coba ingat lagi, di tabrak sampai jatuh dan tidak di tolong. Cih, ibu dan ayahnya tidak tau saja Jungkook ini manusia yang tidak berperasaan.

Jadi, ia coba menata hati dan diri. Mencoba tetap tenang dan tidak seperti tadi.

Ia menatap ke sebrang yang langsung mendapat atensi dari Jungkook yang juga menatapnya. "Kau suka painya ?" tanya Jungkook padanya

Ia lantas tersenyum canggung dan mengangguk pelan.

Jangan tanya bagaimana reaksi para petua, sungguh penuh makna tersirat tatapannya. Apalagi saat ini, Jungkook memeotongkan sepertiga bagian pie nya dan menyalurkan lewat tangan dengan pembuluh vena yang mencuit dari permukaan kulit dan didaratkan ke piring miliknya. Dengan tatapan teduh lelaki tadi, Chaeyoung jadi iba. Ia tiba-tiba saja teringat Seokjin. Pria yang sudah tidak lagi ada, tatapan seperti itu mengingatkannya padanya.

Beruntung, hal tersebut langsung hilang karena aba-aba dari sang Ayah yang berujar bahwa

"Eum.. Maaf Donghoo-ssi, sepertinya kita tidak akan lama lagi, aku mendapat panggilan dan ada acara malam ini, jika kau tidak keberataan bisalah datang ke acara peresmian anak perusahaanku. "

Jungkook menatap ayah Chaeyoung, ia tersenyum sambil menggulung lengan kemejanya.

"Astaga, Kenapa dadakan begini? Bagaimana dengan rapat kerjamu, ayah Jungkook?" tanya ibu Jungkook

"Eum.. Kurasa, kau juga tidak bisa hadirkan ? Kau juga ada pekerjaan malam ini di rumah sakit, jadwal operasi pasienmu, bukankah begitu?" ujar ayah Jungkook membalas pada isterinya.

Satu-satu mata berpaling, menghayati setiap gerak-gerik Jungkookyang tidak tau-menahu tetap menyendok pie dengan tenang.

"Kurasa, Jungkook bisa mewakilkan kami. Iyakan, nak ?" tanya ayahnya.

Seakan hendak tersedak. Jungkook menelan ludah cepat dan membalas "Y-ya, ya! Aku tidak ada kegiatan apa-apa malam ini."

"Wah, kalau begitu baguslah. Terimakasih kalau begitu, ah.. Silahkan dinikmati pie nya jangan sungkan, kami bisa membuatnya lebih jika ingin tambah" ujar ayah Chaeyoung bercanda.

Tatapan Jungkook pada Chaeyoung sedikit berubah. Ada tatapan tidak terima. Dan itu membuat Chaeuoung sedikit ingin tertawa. See !, orang bodoh sepertinya mana bisa terus-terusan berakting!.

Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang