9

977 108 3
                                    

Senin pagi Chaeyoung resmi mendudukkan tahta di kamarnya seharian. Bermain dengan pikirannya, menonton beragam film lainnya. Sebelum akhirnya, suara bel rumah menyita perhatiannya dan ibunya yang datang dengan senyuman dan gelagat buru-buru sambil berucap "Siapkan dirimu. Ada tamu"

Mendadak saja rasa kesal dan sedikit sedih hadir, "Ah.. Baiklah" gumamnya malas sambil mencoba berniat bangkit dari kasur nyaman nan posesif ini.

Ia pun menutup layar laptop, berdiri pelan menghadap jendela, benar saja ada satu mobil hitam dengan satu anak lelaki dengan hitamnya rambut yang di acak kasar sehabis keluar dari mobil.

Lelaki itu..

Ah..

Hmm..

Ia mengenalnya, tapi malas mengingat namanya. Yah intinya dia tau siapa manusia bersurai hitam dengan jalan angkuh dan telrihat sangat malas itu.

Ia mundur perlahan, memegangi tangannya yang mulai bergetar. Mendung, dalam hatinya. Ia tiba-tuba teringat Apa yang harus ia katakan pada lelaki itu ? Sedangkan dirinya tak berani bersuara pada orang yang tak dipercaya. Saat wajahnya tak sengaja menghadap ke aeah cermin meja riasnya, pantulan wajahnya di cermin membuatnya mencoba menyemangatinya. Kau bisa Chaeyoung, kau bisa.

Baiklah. Sekarang saatnya, ia mengambil baju berwarna hitam dengan panjang selutut dengan bahu yang cukup terekspos. Menyisir rambut panjangnya kemudian memoles pelembab bibir sebelum ia mengenakan jam tangan dan beberapa gelang untuk menutup luka di tangan.

Memandang lebih dalam pada bayangan maya di depannya membuat Chaeyoung sedikit terpikir akan menyakiti dirinya lagi.

Beberapa gelengan ia lakukan untuk menuadarkan diri. Sampai suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai memecah keheningan kamarnya. Chaeyoung bangkit dan segera mungkin menelan ludah sambil memasang sepasang sepatu, berjalan ke arah pintu dan vhala.. Tubuhnya beku, matanya ia rasa hampir keluar saking kagetnya. Bagaimana bisa ?

"Hai" lelaki itu melambai malas sambil menghela nafas, ketara sekali bahwa ia sangat terpaksa dan entah kenapa mau membawa diri ke drpan kamarnya seperti ini. Baiklah, sekarang yang ia lakukan adalah cepat-cepat keluar dari kamar dan langsung ke bawah saja, sangat tidak nyaman jika harus lebih lama mendengarkannya berbicara atau mengajaknya bicara nantinya. Tapi sialnya, saat ia berniat untuk mengerahkan tenaga untuk memangkas jalan keluar kamarnya dari seorang laki-laki ini, justru ia yang akhirnya mundur kembali. Aku seperti bola pingpong kalau begini terus pikirnya konyol sendiri dan akhirnya malah beradu tatap dengan laki-laki satu ini.

Tidak ada suara, hanya adu menatap. Sialan,matanya bahkan hampir mengeluarkan cairan jika saja aba-aba ibunya tidak hadir diantara suasana tidak nyaman yang berhasil membuatnya sedikit bernafas lega.

"Chae, ibu sudah dari tadi memanggil. Dan karena kuenya hampir berubah menjadi abu barangkali, jadi ibu minta bantuan pada Jungkook. " ibunya menarik nafas dan mendekat ke arah mereka lebih dekat "Dan, Jungkook terimakasih. Sebaiknya kita ke bawah, ibumu sudah menunggu. Aku tidak sabar ingin memakan kue pai ceri yang tadi kami buat. Ayo"

Jungkook berdehem "Baiklah, tidak masalah" kemudian ia melihat ke depan mendapati pandangan gadis itu padanya yang tak lepas juga, entah sedari kapan. Apa ia jatuh cinta padanya? Oh tidak mungkin, tidak mungkin seorang gadis tidak menaruh hati padanya saat ini. Well, ia merasakan sesuatu yang bergejolak di dada. Waktunya selama itu di dalam kamar dan mempersiapkan segalanya memang tidak sia-sia, bagus bagus ini berjalan sesuai rencana.

Mulai sekarang, gadis bisu ini adalah tujuanku dan prioritasku. Mari lihat bagaimana reaksinya saat aku mematahkan hatinya, dan membuatnya pergi dari hidupku selamanya.

Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang