13

984 98 2
                                    

Pagi ini entah sudah berapa kali rasa sakit itu datang tiba-tiba menghujam kepala dengan ribuan jarum. Senin akan try out Ujian Nasional, dan itu berlangsung hampir dua minggu, belum lagi UAS praktek yang nantinya akan dilanjutkan dengan UAS teori, seusai itu jikalau beruntung tidak usah mengikuti remedial ataupun mengerjakan tugas jika nilai memadai pas KKM setidaknya. Ditambah ujian yang begitu berat, otak yang bercokol hebat dengan kimia, fisika, matematika, serta mata pelajaran lain. Jungkook juga berkelahi dengan perasaan dan pikirannya di saat bersamaan.  Disaat Sean yang mulai menjauh darinya, entah karena belajar karena akan menghadapi ujian, atau karena Taehyung yang sudah kian lengket dengannya.

Cemburu rasanya, semua tidak berjalan sesuai keinginan sedang orang lain terlihat bahagia dengan perjalananya. Jungkook membayar satu botol berwarna hijau dan satu botol berwarna ungu ke kasir minimarket di dekat jembatan kayu sebelum memasuki area hutan raya. Cukup sudah rasanya ia berkeluh kesah, sekarang ia ingin melakukan semua dengan caranya, ia yakin setelah pulang sehabis menenggak soju dan juga anggur ini di batu dekat danau. Akan ada sesuatu yang bisa menolongnya. Ia yakin itu.

Dengan pelan Jungkook berjalan ke arah taman. Duduk di suatu batu besar dekat dengan danau di pinggiran hutan janggu.

"Ya, ayah benar. Aku memang harus menikahinya, menerima perjodohannya. Setidaknya, aku bisa menghiasi hari-hariku." ia terkekeh seperti orang gila kemudian melanjutkan perkataan "lagipula, menikah itu enak, bukan"

Ia kembali meneguk soju di tangan, bergumam sendirian hingga ia hilang kesadaran.

***

Besok ia akan menjadi mahasiswa dan tak lama lagi pasti ia akan menikah. Tak terasa sudah satu tahun, dan hidupnya begitu-begutu saja, ah tidak juga dalam tahun terakhir SMA ia disibukkan dengan berbagai macam ujian, lahir dan batin. Beruntung ayahnya orang berada, jadi ia bisa masuk ke Universitas. Dalam setahun terakhir, Jungkook benar-benar dilanda kesedihan, rasa tidak kuat, bahkan yang lebih parah ia sempat ingin mencoba terbang dari lantai 24 hotel saat berlibur di Busan. Beruntung saat itu ia sedang bersama Jimin, sahabatnya yang juga dari Busan. Dengan tegukan ludah yang sudah ia lakukan beratus-ratus kali, ia sendiri juga bingung kenapa air ludah itu tidak berasa rasanya seperti air namun tidak bisa menghilangkan dahaga. Tapi, memikirkan hal konyol di saat dirinya di landa masalah beruntun ini bukan saat yang bagus dan indah. Makanya, ia berpikiran ingin terbang dari lantai 24 kamar hotelnya. Ia kira terbang di ketinggian seperti itu pasti akan menyenangkan, membuatnya bisa merasa puas. Tidak peduli bagaimana endingnya nanti saat ia sudah berada di dekat lantai satu, tapi, pekikkan Jimin menggelegar bersama tangan yang menariknya paksa. Ah.. Sebab minum tadi siang, senja yang sudah hilang sekarang membuatnya berpikiran kemana-mana.

Jungkook berpikir kemudian setelah mengingat memori yang entah kenapa mampir begitu saja. Bodoh bukan jika hanya menghiasi hari-hari remajamu dengan kesedihan karena hal yang tidak kau suka ? Maka dari itu, guna tidak ingin mencoba terbang dari lantai yang banyak jumlahnya ia berencana bermain game saja di dekat alun-alun kota.

****

Jungkook berjalan-jalan ke tempat permainan seorang diri usai siangnya tadi ia meminum soju. Minum di waktu siang memang aneh, dan sebenarnya anak seusianya minum di siang hari itu lebih aneh.

"Apa boleh buat." Jungkook bermonolog pada kedua kakinya yang berhenti karena lampu mobil menyorot jalanan di depannya saat hendak menyebrang.

Namun di sebrang ia melihat satu lelaki yang tidak asing baginya dengan satu perempuan. Itu membuatnya tak sadar akan lampu merah yang belum berubah hijau, yang artinya sebenarnya pejalan kaki belum dapat menyebrang dengan aman.

"Sean?" gumam Jungkook melangkahkan kakinya.

Beruntunglah, ia bisa selamat sampai sebrang. Namun, saat dirinya hendak meneriakan nama Sean guna melirik ke arahnya. Justru hal yang terduga yang didapatkan. Lelaki itu adalah Taehyung dan sekarang mereka sedang berciuman. Perempuan itu adalah Sean. Dengan mata terpejam seakan menikmati. Ah.. Mereka benar-benar baik dalam melakukannya.

Pijakannya terasa jatuh, hatinya mendadak mencelos, matanya menatap kecewa, sekarang ia hanya bisa menghentikan langkah sambil terkekeh paksa.

Ia menoleh ke sekitar. Ada lumayan banyak orang malam ini, ia rasa Sean ataupum Taehyung tidak melihatnya.

Malam ini, Jungkook berbalik arah. Niatnya untuk bermain game sudah hilang. Rasanya bahkan ia berniat untuk menghancurkan sesuatu. Tapi, apa daya, ia tidak mungkin membuat keributan. Apa benar, menikmati dulu semua yang ada di waktu ini merupakan pilihan yang bagus ?

Ia menelan ludah di depan pintu mobil yang diparkirkan di sebuah parkiran.

Menghela nafas panjang dan dengan langkah pelan nan malas masuk ke dalam mobil.

Ia menghidupkan mobilnya, sekarang mungkin ia akan benar-benar menerima perjodohan ini.


Jungkook mengeluarkan ponsel dari saku celana. Menekan-nekan layar uang mulai bercahaya itu kemudian menempelkannya ke telinga. Satu detik kemudian mulutnya berbicara.

"Rose ? Kau dimana ? Aku membutuhkanmu" ujarnya dengan ekspresi kaku tanpa senyum tanpa tatapan berarti apa-apa.

Dengan santai Rose menjawab "Aku sedang di sebuah mall membeli sesuatu. Datanglah, siapa tau aku juga membutuhkanmu"

"Hmm..tunggu aku, aku akan sampai dengan segera. " ujar Jungkook kemudian melepas benda pipih itu dari telinga dengan lemparan asal yang beruntung mendarat ke jok sebelahnya.

Ia akan pergi sekarang, sebelum kuliah dimulai, ia harus bisa mencium Chaeyoung sebagai mana Taehyung yang mencium Sean barusan .

Setidaknya ia tidak merasa kalah telak saat berjumpa dengan Taehyung dan juga Sean nanti di universitas. Begitu juga Chaeyoung yang satu prodi dengannya dan kedua orang itu.
"Sialan" gemuruh dadanya membuatnya berkata emas. Lampu merah melambatkan jalannya agar cepat sampai ke mall.

Dengan cepat saat lampu berganti hijau ia menginjak gas lebih dalam.


Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang