16

941 92 2
                                    

Gadis itu sudah berada di kamar,menatap ke arah jendela dengan korden tipis berenda yang menampilkan kerlipan bintang di langit gelap.  "Sean? Siapa dia?" gumam Rose

Ia merebahkan diri di kasur lalu menyibak selimutnya. Terus berpikir mengenai apa yang ia lakukan dengan Jungkook tadi malam. Ayah dan ibunya memang sedang pergi untuk urusan pekerjaan, ia dimandatkan akan di jaga oleh Jungkook, yang di dapuk jadi suami saat ia sudah bergelar sarjana nanti. Rose sendirian. Sendirian. Membiarkan pikirannya bercabang bermekaran di kepala.

"Kenapa aku terus memikirkannya?"

Ia pun menelusuri permukaan kasur dengan tangan; meraba tanpa melihat untuk mencari ponselnya.

Saat ia mendapatkannya ia mengusap layarnya lalu menempelkannya di telinga.

"Selamat malam." ujarnya, ia diam sebentar hanya menatap langit-langit jamar

"Bagaimana kabarmu, Joon?" lanjutnya

Alisnya terangkat kala mendapat balasan atas pertanyaan yang diberi. "Kabarku? Sedang pundung. "

"Pundung? Bisa juga ternyata." terkekeh sebentar kemudian melanjutkan dengan setengah menggoda " Kenapa? Kau bisa cerita padaku, hm ?"

"Jangan, nanti pacarmu cemburu"

"Sudah kubilang, dia bukan pacarku."Ia terkekeh pelan– Dia dan aku berada di level yang sama"

"Lain kali aku akan berguru padamu supaya berada di tingkat setara dengan Park Chaeyoung, hm?"

"Kau aneh, " Rose menggeleng
"Aku bukan Park Chaeyoung, Joon. Itu hanya pribadiku..  Yang lain"

"Aku mengerti, temanku juga pernah mengalaminya. Tidak–bukan pernah tapi masih, kurasa."

"Yeah, itu cukup gila Joon. Kau tau minggu depan aku resmi menjadi mahasiswa. Boleh kita sering bertemu?"

"Dengan senang hati. Dan selamat !! Selamat menjadi  mahasiswa. Aku bisa bertemu denganmu kok. Tenang saja"

"Dengan kepundunganmu? Apa kau tidak mau cerita ?"

"Seorang psikiater masa depan semacam aku," ada nada angkuh di sana "kurasa aku masih bisa mengatasinya"

"Kupikir, kau hanya berbohong" kekeh Rose pelan kemudian memainkan bantal yang ada di sampingnya.

"Well, kau sebaiknya tidur. Bukan menggangguku membuat tugas, Rose"

"Ow, aku tidak tau. Kalau begitu maaf, Joon. Baiklah, akan ku tutup. Ohh dan jangan lupa. Besok aku mengundangmu di kafetaria dekat hutan raya"

"Kuusahakan. Dan hubungi aku"

"Oke, bye!"

****

Sore menjelang malam alias senja ini, Rose pergi ke kafetaria yang baru beberapa hari buka. Ia menunggu Namjoon, seorang diri. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan.

Ia menelpon Namjoon, "Hei, kau dimana? Bisakan kita ketemu di kafetaria, Joon?"

"Tentu, jangan marah dan cobalah tengok ke kanan lalu tersenyum"

Rose mengikutinya. Tapi tidak tersenyum, yang langsung dibalas lunturan senyum Namjoon yang menjadi tawa terpaksa.

"Ayoo!" teriak Rose.

Namjoon mengangguk.

Mereka pun duduk di kursi yang mengarah danau, mereka duduk di lantai dua kafetaria.

Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang