21

735 78 0
                                    

Alasan untuk bermain dalam sebuah hubungan ternyata kelewat batas dari plan yang di buat. Jungkook, sangat ketakutan apabila benar ia akan kembali seperti kala itu.

"Apa kau meminum obatmu dengan baik, Jung ?"

Kepalanya terasa ringan, matanya membuyar yang terasa hanya ketakutan yang berusaha ia sembunyikan.

"Sudah kubilang, bukan ?" jawabnya setengah kesal.

Ia bahkan tidak tau siapa orang di depannya ini. Kenapa ia harus menemui orang dengan jas putih dan terihat amat sangat senang bertemu dengannya di tempat aneh ini.

Sebuah ruangan dengan tema putih dan sedikit hijau di pinggiran dwkat pintu.

"Sial" gerutunya pelan

"Ibumu berkata, kau sudah seringkali mencoba menyakiti tunanganmu?"

Ia hanya tertawa pelan. Dengan irama yang sumbang.

"dia memang pantas mendapatkannya"

"Itu bukanlah hal yang bagus, untukmu khususnya Jung"

"Tau apa kau? Hei kita baru bertemu hari ini"

"Ahh.. Tentu saja" pria dengan kemeja hitam dan celana kain abu-abu itu mengangguk, membenarkan kacamatanya yang sedikit turun ke pangkal hidung.

"Aku akan hadir dalam jamuan ibumu kali ini"

Jungkook tersenyum "Terserah kau saja. Aku tidak peduli"

Sementara itu di lain sisi, Namjoon sudah menerima kabar bahwa Rose akan di jemput pada pukul 4, ada rasa khas dalam dada yang bergemuruh. Well, rasanya seperti sehabis lari maraton sih singkatnya. Jantung Namjoon bergetar hebat, berdentum keras membuatnya jadi ngos-ngos an dan desir darahnya semakin deras hanya karena mendengar sebuah kabar dari seorang gadis.

"Kalau kakak gimana?"

Namjoon mengangkat kedua alisnya. Baru tersadar dari drama pendek tentang maraton dan kerja jantung secara singkat dalam kepala.

"Kakak ? "

Suara remahan wafer dan tawa gadis disebrang telepon terdengar samar. "Bukannya kita sudah jadi senior dan junior ? Jadi apa aku salah?" tanya Rose dengan intonasi nada sopan rendah dan ramah sekali di telinga Namjoon.

Namjoon tertawa kering, perutnya mendadak jadi terasa sedikit mulas.

"Ah.. Tidak, kau tidak salah. Cuman, aku saja yang terlalu tidak terbiasa. Aku shock. Haha" ujarnya

"Ngomong-ngomong, kau tidak keberatan kan Nam, jika kuberi embel-embel Kak?"

"Tentu tidak" jawabnya lugas dan tanpa pembatas. Seolah Namjoon takut sekali jika hal yang Rose mau tidak ia turuti akan membuat Rose menjauh darinya

"Baguslah kalau begitu"

Namjoon mengangguk, seolah Rose sedang berada di dekatnya saja.

"Well, sepertinya. Aku harus bersiap Kak Nam. Aku akan menunggunya. Do'a kan aku ya,!"

Senyum jahil Namjoon dan eratan pada genggaman ponselnya utu semakin kuat. "Ya.. Akan kudo'akan.. Persiapkan dirimu dengan benar" ujarnya dengan penuh ketenangan

Sambungan pun terputus. Namjoon segera mungkin kembali melajukan mobilnya ke arah barat. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, ia tidak ingin ketinggalan atau melewatkan suatu hal itu.

Rose.

Rose.

Rose.

Kata itu, nama itu, makna yang seharusnya ia gapai sekarang.

"Well, Jim. Aku akan membuatnya bergoyang sekali lagi" ujarnya berbincang dengan seseorang yang duduk di belakang. Orang itu tersenyum dibalik masker hitam dan semua pakaian serba hitamnya yang dikenakan.

"Jangan banyak bicara, lajukan saja mobilnya. Ku dengar, dia sedang dalam perjalanan juga ke sana"

Namjoon mengernyit "Dia? Apa dia tau?"

"Mungkin saja. Mengingat bagaimana kerasnya ia bekerja untuk mencari tau biang dari segalanya. Ku pikir, dia memang benar-benar gila"

Namjoon lantas tersenyum picik dan mendesis dengan selingan makian.

"Tunggu saja, siapa yang lebih cepat!"

Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang