Lagu Christina Perry mengalun indah sepanjang perjalanan mereka. Jungkook dan Chaeyoung berangkat bersama sebab Jungkook mendapat tugas untuk menjemput Chaeyoung oleh ayahnya.
Sepanjang jalan, entah kenapa lagu romantis ini menemani perjalanan mereka yang terkesan aneh karena tidak saling menatap dan bicara.
Karena tidak tau harus bagaimana, ia memainkan rambutnya saja. Hingga lampu hijau berubah menjadi merah. Jungkook memelankan mobil hingga berhenti, namun tak juga bicara.
Kring kring kring
"Ya ? Ah.. Sepertinya em ya. Baiklah"
Jungkook menjawab beberapa pertanyaan mungkin dari seseorang di ponselnya. Jungkook sedikit melihat ke arah Chaeyoung.
"Sebentar," ujar Jungkook setelah melajukan mobil karena lampu yang berubah hijau tapi malah tiba-tiba berhenti kembali. Ia turun lalu membuka pintu mobil Chaeyoung.
Chaeyoung merasa aneh, tapi ia juga ikut keluar.
"Bisa kau turun di sini saja ? Mobilku bermasalah sepertinya, biar ku panggilkan mobil lain untuk mengantarmu"
Dengan cepat Jungkook menelpon, "Hyung, bisa kesini ? Tolong aku, mobilku bermasalah. Aku harus mengantarkan seseorang. Kau tidak sibuk bukan ?"
Tak lama Jungkook mengangguk. "Tunggu disini okey. Aku akan ke sana sebentar membeli air"
Chaeyoung hanya diam.
Tak berapa lama, Jungkook kembali. Namun, ia tak melihat orang yang mengiyakan permintaannya datang.
Ia kembali menelpon, namun saat itu juga ponselnya berbunyi.
"Apa??! Baiklah."
Jungkook diam kembali. Entah apa yang direncanakannya, tapi ia seolah pusing dan marah sendiri.
"Argh.. Bagaimana kalau naik taksi?" tanyanya pada Chaeyoung.
Chaeyoung membuka mulut dengan ragu. "Aish, kenapa tidak begitu saja. Lebih baik jika begitu" ujar Jungkook
Jungkook pun menelpon taksi online.
Sesaat kemudian taksi itu datang. Ia membuka pintu untuk Chaeyoung lalu menyuruhnya masuk.
****
Sesampainya di sebuah jalan, mobilnya berhenti. Jelas sekali bahwa ini memang acara resmi, banyak karangan bunga ucapan selamat dan beberapa wartawan
Ia jadi bingung harus pergi kemana.
"Sudah sampai, Nona"
Chaeyoung pun mengangguk kemudian keluar.
Ia berjalan dengan pelan, dan sialnya tertabrak seorang laki-laki dengan jas abu-abu yang senada dengan warna rambutnya. Entah ini disengaja atau tidak, namun lelaki ini seolah-olah sengaja melakukannya agar ia menabraknya.
"Maaf, kau tidak apa?" tanya laki-laki itu
Chaeyoung mengangguk pasrah. Tak lama laki-laki itu dikerumuni oleh wartawan, ia juga termasuk ke dalam gerombolan itu.
Badannya yang kecil jadi tak sengaja terangkul oleh laki-laki barusan.
"Bagaimana pendapat anda tentang..."
Entah kenapa dari sudut mata lelaki ini barusan, tidak bisa menghentikannya untuk terus menatapnya bahkan ia rasatak berkedip pun tidak akan terasa perih. Memandang lelaki ini, menenangkan. Ada rasa aman, apalagi sekarang ia tengah terosorot dengan rangkulan seorang lelaki yang ia tak tau namanya. Suara bariton milik lelaki ini entah kenapa membuatnya membeku tak berkutik. Ia hanya menikmati cara lelaki ini berucap dan menjawab pertanyaan yang ia sendiri tak mengerti. Ia hanya melihat pahatan wajahnya, mengamati setiap pergerakan bibir dan mata. Senyuman. Ia rasa ketika lelaki ini tersenyum membuatnya juga ikut tersenyum.
"Baiklah, baiklah.. Terimakasih"
Lelaki tadi membawanya ke dalam setelah cukup diwawancarai. Sontak saja, ia juga mencukupkan diri tertegun memandang lelaki ini.
Dengan satu alis yang dinaikkan dan kekehan samar. Chaeyoung merasa gugup tiba-tiba.
"Maaf jika membuatmu terlambat sedikit untuk masuk ke sini" ujarnya
Chaeyoung tersenyum dan mengangguk pelan.
"Kau datang sendiri?"
"Ya" jawabnya
Lelaki itu tersenyum kembali setelah mendengar jawabannya dan mengambil wine dari pelayan yang melintas barusan.
"Beruntunglah begitu, walau kau cukup dingin sepertinya. Tapi, kurasa kau cukup berpotensi dalam suatu hal. Itu sebabnya kau berani dan menjadi tamu"
Chaeyoung mengernyit "Hmm. Mungkinkah?"
"Selama ini aku tidak pernah 100% salah, Namaku Namjoon" ujarnya sambil menyodorkannya segelas wine.
Chaeyoung tersenyum "Ro–" ia menghentikan ucapan "Chaeyoung. Ya"
"Senang mengenalmu. Bisakan nanti kita berbincang kembali ? Oh maaf jika perkataanku ini terlalu tidak formal ?!" ia terlihat menimang perkataan yang telah keluar dari mulutnya
"Gwenchana" jawab Chaeyoung
"Kalau begitu, jika takdir memang berpihak, kita pasti akan bertemu. Aku harus pergi, ada sesuatu yang harus ku kerjakan sekarang. Nikmati malam ini. Aku akan memastikan semua aman, aku yakin sebentar lagi juga akan ada yang datang dan menemanimu"
Chaeyoung terkekeh, lelaki ini benar-benar banyak omong. Terlihat sangat bersahabat dengan semua orang. Walaupun iri tapi Chaeyoung tidak bisa menolak kalau lelaki ini memiliki karisma dan pesona.
"Terimakasih" jawabnya dengan senyuman.
Ia pun duduk di salah satu kursi yang kosong di meja bundar beralaskan taplak merah marun yang telrihat mahal karena ada pernak-pernik berkilauan di ujungnya.
Berbagai ocehan dan lantunan musik menyatu membuatnya bosan. Ia memilih untuk meneguk wine yang diberi oleh lelaki tadi–Namjoon.
Satu senyuman tercipta. Ya, ayahnya menelpon. "Ya Ayah ? Aku duduk di meja nomor 15"
"Baiklah"
Ia pun kembali tersenyum, namun senyumnya menghilang saat ia melihat satu orang dengan jas dan wanita di sampingnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bad Boy
Teen FictionLelaki itu player, membubuhkam stempel di kepalanya bahwa dia yang berkuasa. Sampai saat ini aku masih memikirkannya.. Memikirkan perjodohannya dan rahasia antara aku dengan dirinya. Started 4 maret 2019