3

4.4K 273 0
                                    

Pikiranku yang runyam, tentang kepemilikan perusahan ayah– ayah barusan menelpon –menanyakanku tentang kepada siapa aku memilih, hal itu Terhempas tiba-tiba saat lonceng pintu menelusuri lubang telinga.

Netraku bergerak mengikuti irama, ada seorang gadis dengan rambut cokelat yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, satu pegawai itu berteriak dan berlari mengejarnya. Ternyata, aku baru tau ia adalah pengunjung yang belum membayar pesanan entah kenapa.

Karyawan itu terlihat kesal dan kecewa. Raut wajah yang berminyak dengan polesan lipgloss menawan itu membuatku bertanya "Ada apa nona ?" tanyaku

Ia terlihat menyiratkan keberatan.

Apa dia lebih muda dariku?

"Aku?" ia malah balik bertanya dengan tatapan bodoh yang mengarah jelas padaku.

Sontak hal bodoh itu membuatku muak, ku tenggelamkan perasaan peduliku untuk bertanya dan memilih melanjutkan menyantap makananku yang beberapa detik terdiam.

Satu setengah jam dan aku masih belum bisa menentukan pilihan. Ayah bilang aku akan menjadi pewaris jika aku menerima perjodohan. Jika menolak, ayah akan membuatku entah jadi apa.

"Harus ya?" gumamku sembari memakan cake banana yang tinggal seperempat bagian.

Menatapnya kasar sambil berpikir.

"Tuan, ?"

Gemeretak sendok yang tak sengaja jatuh saat terkejut mendengar suaranya itu membuatku gelagapan.

"Ah.. "

Tidak. Jangan adegan drama, bagaimana bisa ternyata tangannya dan tanganku menggenggam saat ingin mengambil sendok yang jatuh. Hei, ini romansa ?

"Maafkan aku.. " ujarnya menunduk

Aku hanya mendehemkan suara. Berdiri menuju kasir untuk membayar. Saat aku berjalan santai, seorang gadis menabrakku tepat di dada.

"Astaga.." pekiknya kemudian

Aku hanya merotasikan mata malas.

"Maaf aku buru-buru" ujarnya padaku

"Maaf katamu? Heh ?"

"Eh?"

"Kalau begitu bayarkan pesananku!" titahku dengan tatapan tajam yang kumiliki.

Matanya menyiratkan tidak ada tanda keberatan.

"Ah.. Itu, meja nomer 11 dan 12 nona" ujarnya dengan nada terdengar tidak enak.

Nona kasir itu menerima uanganya dengan senyuman lega. Mungkin itu menyelamatkannya dari potongan gaji.

"Kau.. ?" tanyanya membuatku jadi menatap aneh ke arahnya.

"Jungkook?"

Aku sontak menyeringai. Lalu apa bodoh ? Kenapa kalau aku Jungkook ?

"Kau Jungkook?"

Ia tertawa tidak jelas kemudian. "Ck" decakku kesal.

Sedang di sana nona kasir itu menoleh padaku dengan senyuman bermaksud mengejek.

Batinku merasa malu. Kenapa aku mesti membuat pernyataan minta dibayarkan oleh seorang gadis pula.

Dengan langkah kesal aku berjalan mendahuluinya. Tatapan nona kasir itu seolah meledek dan membuatku muak, ditambah kekehan menyebalkan gadis berambut cokelat tadi yang membuatku merasa sedikit tidak suka.

Oh astaga apa yang harus kulakukan jika meminum ice americano dan cake banana tidak sanggup menetralkan suasana hati dan menenangkan pikiran.

Kenapa semuanya malah terasa menyebalkan.

Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sambil bermaksud ingin berjalan menuju parkiran. Kurasa menenangkan jika pergi membolos ke tempat gym untuk merasa bahagia.

****

Gadis yang membayarkanku makanan itu berjalan ke arah sekolah. Batinku berkata oh Tuhan, dia itu bodoh atau bagaimana ? Kenapa ia malah mencari mati melewati pagar yang jelas di jaga oleh Mr. Song ?

Lantas aku tertawa, mensyukuri kecerdasan diriku yang parkir di luar area sekolah–tepatnya di depan cafe barusan.

Sialnya, ia malah bermain kejar-kejaran. Netranya terlebih dahulu menangkap pergerakan Mr.Song. Sial, ia berjalan ke arahku.

Tapi. Melihatnya ketakutan membuatku senang. Jadi, kuurungkan niat untuk pergi. Aku menunggunya hingga ia mengetuk kaca mobil.

"Oi?" tanyaku sambil memasang kacamata hitam dan membuka kaca mobil.

Raut wajah yang kelewat takutnya itu sangat membuatku senang. Ingin tertawa tapi ini bukanlah waktu yang tepat.

"Bisa bantu aku ? Ii ini bagaimana ?"

"Apanya yang bagaimana?" tanyaku

Ia tiba-tiba saja masuk dan duduk di sebelahku.

"Jalankan mobilnya!" titahnya.

Aku mengernyit. "hah ?"

Sedang di sebrang sana, Mr. Song dengan gagahnya menyebrang. Ia mencium bau-bau siswa membolos seperti biasa.

"Oh, sialan!!!" pekikku kemudian melajukan mobil.


Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang