Dengan pening yang mendadak pudar, Jungkook mempersiapkan dirinya. Berjalan mengenakan jas dan celana jeans biru gelap dengan sobekan di dekat lutut. Lengkap sekali sudah pesonanya.
Dibalik itu, kedua matanya menatap ke arah ibunya yang melambaikan tangan dan berucap hati-hati di jalan dengan hati yang demi dewa sangat kesal dan juga marah. Darahnya mendodih kalau bisa dijelaskan bagaimana kerja tubuhnya sekarang. Ia benar-benar sudah keracunan zat itu.
Zat yang membuatnya semakin tidak sabaran dan juga semakin ingin dan ingin. Kadar egois dalam dirinya meningkat dengan drastis, nuraninya sudah menipis.
"Hmm.. Aku akan membawanya kemari Bu" jawabnya ramah dengan datu klakson pertanda pergi setelahnya.
Pedal gas sudah diinjak dengan sangat benar kelewat benar sampai rasanya Jungkook sendiri ingin terbang.
Ia terkekeh samar, membawa dan apa sebenarnya yang barusan ia katakan ?
Kau gila Jung?
Iya. Benar.
Jungkook memelankan mobil saat tiba di dekat batu besar taman hutan raya. Ia berjalan menuruni mobil hitam itu dengan tenang, ralat nampak tenang karena setelahnya ia mengeluarkan pistol dari balik jas yang ia kenakan.
"Sera" panggilnya sekali.
Pelatuk itu ia arahkan ke batu besar.
"Sera!" nadanya meninggi
"Aku tau kau bersembunyi di sana, dan cepat keluar!!!"
Beberapa krikil ia tendang.
"SERA??!!!! KAU TULI? HAH?"
Jungkook mempercepat laju langkahnya.
"Kubilang, kau akan bertemu Kim Taehyung bajimgan sialan itu!! Kau tidak ingin menemuinya??" ia terkekeh pelan.
"Bahkan untuk yang terkahir kalinya?" ujarnya pelan.
Jungkook tersadar kemudian saat dirinya menyentuh lantai dingin. Melirik dengan gesit ke arah kanan, oh beruntung dia tengah berada dalam bilik kamarnya.
Ia menyentuh pelipisnya. "Syukurlah kau sadar"
Itu adalah ibunya. Jadi, apa semua mimli ini benar? Ah sepertinya ini bukan mimpi. Iya kan ? Ini hanya ilusi? Oh tapi tidak, tidak mungkin ini tampak seperti sangat nyata. Jungkook benar-benar tidak percaya kalau pelatuk itu benar mengenai dan melubangi kepala atau bahkan rongga dadanya. Karena ia juga tidak ingat bagian itu, rasanya memang menyesakkan.
Ia juga tidak mengerti.
"Ibu.. Bagaimana dengan Rose?"
Tunggu.. Disaat seperti ini. Kenapa dengannya, kenapa ia memikirkan gadis itu.
"Well, kau berniat untuk mengubunginya dan menjemputnya kan? Dan untukmu, waktu tinggal tersisa 1 jam lagi. Sebaiknya kau bergegas" ujar sang ibu kemudian pergi keluar.
Jungkook segera bangkit. Ia mengernyit dan memegang tengkuknya
Tak lama ia keluar kamar dan menyambar kunci mobil di atas lemari belajar.
"Ohh! Jangan lupakan hati-hati di jalan, dan selamat!"
Jungkook tak menggubris perkataan ibunya. Seingatnya Ibunya dulu jauh lebih menyebalkan dari itu, namun ia menggubrisnya saja.
Singkatnya dengan waktu yang agaj lama, ia sudah sampai drngan selamat di depan rumah Rose.
"Wuah?" ucap Rose saat baru emmbuka pintu karena di boom bel oleh Jungkook.
Jungkook langsung memeluknya.
"Hmm? Ada apa? Kau merindukanku?" ujar Rose
"Tetaplah diam. Atau aku pergi"
Rose mengeratkan pelukannya "Kau tau aku paling benci dengan kata itu"
Jungkook menyudahinya.
"Well, kita akan berangkat"
Rose membolakan mata "Be-berangkat? Ph gosh. You crazy?"
"Hmm. You know it, babe" ujarnya mengusak rambut Rose.
Rose membuka mulutnya sedikit setelah mendapati apa yang Jungkook lakukan padanya.
"Oke. Kau tunggu di sini. Jangan macam-macam"
"Hmm. Tergantug sih. Kalau kau lama aku akan naik dan emmbantumu. Memilih baju yang cocok atau bahkan emmasangkannya untukmu"
"Cihh! Tidak akan. Aku akan memoles lipbalm lalu turun!"
Jungkook tertawa setelahnya.
"Tidak kok, aku akan menunggu di sini. Duduk manis, sambil memakan kudapan. Dimana ayah dan ibu?"
Random sekali.
"Mereka pergi sebentar, dua haru kurasa" jawab Rose dengan desahan panjang kemudian naik ke atas.
Jungkook hanya mengendikkan bahu dan tersenyum.
Menggemaskan. Menurutnya.
Semenit
Jungkook menguap. Ia mengambil toples kacang dan melahapnya seukuran genggaman tangan.
15 menit
Jungkook mulai menengok ke kana dan kiri. Mencari remot tv atay hal sejenis yang membamtunya membunuh rasa bosan.
35 menit.
"AKU BETUL-BETUL AKAN MEMASANGKANNYA UNTUKMU, ROSE!"
tak ada sahutan.
Ia memutuskan untuk naik ke atas. Sungguh deh ia tidak main-main dengan kata-kata.
"Rose. Kau mempermainkanku? Hey. Ini tid–"
"Bangsat!" saat ia melihat ke dalam kamar Rose. Berantakan, semuanya. Dengan tanpa adanya Rose di sana.
Jungkook berlari. Entah apa yang dipikirannya tapi ia mulai mengerti.
"Kenapa aku selalu berurusan dengan Kim keparat itu??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bad Boy
TeenfikceLelaki itu player, membubuhkam stempel di kepalanya bahwa dia yang berkuasa. Sampai saat ini aku masih memikirkannya.. Memikirkan perjodohannya dan rahasia antara aku dengan dirinya. Started 4 maret 2019