Jung Chaeyong ?
Apa benar namaku ?
Apa aku harus membuka suara ?
Tentang hal-hal itu ?
Di balkon rumah sakit, pada dini hari. Seorang gadis dengan satu cup kopi bertengger pada angin malam.
Wajahnya muram, penuh tanda tanya.
Mulutnya terkatup rapat. Tangannya ragu untuk menggapai bintang, mimpinya dalam tidur.
Insomnia.
Ah.. Mungkin inilah alasan aku menginap di tempat ini.. Lagi.
Hatinyalah yang bergumam. Baik suka maupun kebanyakan adalah luka.
Tegukan kopi pahit membuatnya sadar dan sedikit bahagia. Setidaknya ada rasa yang lebih buruk ketimbamg perasaannya kini.
Ia sedikit tersenyum. Senyum getir dengan beberapa kaca di dalam matanya.
Perlahan turun, menepi di ujung bibir sebelum tersapu jemari kurusnya.
Ia kenal satu suara.
"Nampaknya cuaca di malam seperti ini nyaman ditemani kopi"
Ia hanya sedikit tersenyum dan menunduk.
Lelaki itu pun demikian.
Name tag pada jas putihnya itu menandakan bahwa dialah orang yang selama ini membantunya perlahan.
Park Jimin
Mungkin memang tidak jauh antara jarak umurnya dan juga lelaki bernama Park sekaligus dokter kejiwaannya.
Baginya bahkan ia bisa sedikit demi sedikit kembali merasakan rasa dalam perasaan.
"Chaeyong-ah, jika bintang membuatmu tak nyaman maka lebih baik kau pilih bulan"
Pernyataan itu membuatnya mengernyit, sedikit heran.
Berusaha mencerna kata-katanya, ia pun menuliskan sesuatu di layar ponselnya dan meraih jas dokter itu kemudian menyerahkan ponselnya
'Jika itupun tidak membuatku nyaman .. Apa yang akan kulakukan?'
"Kau harus menyukainya.. Karena itu akan membuatmu bahagia"
Ia mengambil ponselnya. Kembali mengetikkan sesuatu.
'Aku bertemu dengannya. Tadi'
Tatapan selidik langsung terarah padanya dari dokter satu ini.
'bahkan ia tidak melihatku, padahal ia menabrakku sampai jatuh'
"Tak apa, mungkin kau memang terlalu putih makanya tidak terlihat" ujar dokter itu tersenyum
Ia menatap dokter itu sambil mengerucutkan bibir.
Kemudian, ia menyerahkan cup kopi itu pada dokter dan menunduk tanda pamit.
"Wouuh.. Terimakasih ya kopinya haha" ujar dokter itu ceria
****
Seera sudah lama memimpikan dirinya dengan Kim Taehyung, bahkan ia berani bertaruh pada Jungkook untuk malam menyenangkan dengan satu mobil kesayangannya. Ya benar sekali, mobil kesayangannya rela ia pinjamkan pada brengsek itu agar memperoleh informasi mengenai calonnya a.k.a Kim Taehyung.
Mengecoh sekali.
Ceroboh.
Yang ada mobilnya rusak dan bau alkohol dimana-mana.
Kim Taehyung adalah pemilik perusahaan anggur serta merk alkohol lain. Tak heran, kadang ia juga menjadi bartender untuk mengisi waktu luangnya. Tentu saja di sebuah bar miliknya.
"Ya! Jungkook.."
"Apalagi?" jawabnya sabar dengan nada do rendah.
"Sudah kubilang satu malam dengan satu mobil! Kenapa kau malah tidak bisa mencuri sedikit informasi hah?"
"Ck, sudah kubilang.. Ia saat itu tidak ada di sana.. Ku kira kau menyuruhku untuk bermain dengan bartender perempuan. Taunya calon tunangan. Cih.. Membuatku ingin berkelahi iya!" ujar Jungkook sambil memainkan game di ponselnya
Seera berjalan dengan pincang. Mendapat atensi dari Jungkook, ia bahkan langsung menghentikan permainannya.
"Aish, mataku sakit melihat ponsel ini ck "
"apa lagi sekarang?" lanjutnya saat melihat Seera duduk di atas ranjang.
"Bagaimana denganmu?" tanya Seera
"dengan.. Perjodohanmu?" lanjutnya
Jungkook kembalu berdecak, membuatnya bangkit dari kursi dan berjalan ke aeah jendela. Tiba-tiba saja suasana jadi panas.
"Bukan urusanmu" jawabnya
"Ah.. Kau pasti ingin membatalkannya, bukan?"
Satu seringaian bersama kekehan keluar dari Jungkook. "Sangat.."
"Aku bisa membantumu.. Karena Taehyung sepertinya tidak ingin bersamaku"
Sontak mata Jungkook sedikit bergetar. Begitu pula dengan perasaannya.
Tidak ada sahabat dengan tanpa cinta, sobat. Begitupula dengan Jungkook, yang sejak lama menyukai Seera. Sahabat kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bad Boy
Genç KurguLelaki itu player, membubuhkam stempel di kepalanya bahwa dia yang berkuasa. Sampai saat ini aku masih memikirkannya.. Memikirkan perjodohannya dan rahasia antara aku dengan dirinya. Started 4 maret 2019