Chapter 4

1.6K 244 22
                                    

"Bagaimana?" Tanya Seulgi dengan antusias. 

"Ternyata kita sudah diberi jadwal jam dimana toilet akan dikosongkan. Yaitu pukul 5-7 pagi dan pukul 5-7 malam. Jadi pada jam tersebut kita bisa menggunakan toilet untuk mandi tanpa harus merasa terburu-buru atau risih karena- ya kalian tau. Sedangkan kamar mandi untuk sekedar buang air, lantai 2 menyediakan. Ada di dekat tangga. Jadi kita aman." Jelas Lisa dengan lancar.

"KALAU BEGITU AYO KITA MANDI!!" Ucap Rose dengan semangat karena jam sudah menunjukan pukul 5 sore.

...

Mereka mengeringkan rambut, menyeka rambut, memastikan pakaian yang mereka kenakan sopan dan tidak terbuka yaitu mengenakan celana jeans hitam juga kemeja longgar. Ada yang hanya mengenakan kemeja, ada juga yang mengenakan tank-top lalu menjadikan kemeja mereka sebagai luaran atau outer.

"Tadi, junior dibawah yang memberi tau kami tentang peraturan tersebut, mengatakan beberapa nama yang kita kenal." Ucap Jennie tiba-tiba. Semua orang yang tadinya sibuk masing-masing langsung menoleh ke arahnya.

"Dan mereka bilang, orang-orang ini adalah calon anggota Alpha Team yang dimaksud oleh Jendral." Lanjut Jennie dengan nada yang pelan dan tidak yakin. Mereka semua terdiam, tidak tau harus menjawab apa. Disisi lain mereka ingin tau, disisi lain mereka menghindari nama-nama yang sudah mereka duga siapa.

"Teman letting kita." Jennie menoleh ke teman-temannya dan memberi isyarat bahwa mereka pasti tau siapa orang-orang yang ia maksud. "Mereka yang menerapkan peraturan tersebut untuk kita. Mereka yang menerapkan jadwal penggunaan fasilitas untuk kita agar kita nyaman." 

"Kita tidak akan selalu bisa menghindari mereka.... dan kita tau itu. Cepat atau lambat akan ada waktu dimana kita diharuskan berinteraksi dengan mereka, apalagi saat kelas penentuan Alpha Team atau kelas yang memang sudah dipastikan adalah Alpha Team. Itupun jika memang mereka orangnya." Ucap Rose.

"Kita juga tidak bisa selalu seperti ini..." Tambah Wendy yang tadi melamun. "Aku tersiksa menghindari mereka. Aku rindu, tapi- entahlah." Ucapan Wendy menohok hati mereka semua. Itu penjelasan yang tepat.

Rindu, tapi sakit.

Mereka takut untuk jujur pada diri sendiri karena menghindari rasa sakit yang datang bersamaan dengan rasa rindu tersebut. Konsekuensi yang tidak adil yang harus mereka rasakan bertahun-tahun.

Tok tok tok!

Mereka semua tersadar dari lamunan mereka lalu menoleh ke arah pintu. Seulgi bangkit untuk membuka pintu.

"Ayo kita makan!" Ucap Joy dengan girang. Mereka semua tersenyum karena tidak mengira akan disusul oleh ke-5 sahabatnya yang lain hanya untuk makan malam. "Tadinya kami akan makan disana, tapi aku merasa setengah jantungku hilang. Jadi kami memutuskan untuk makan disini bersama kalian!" Ucap Jeongyeon dengan dramatis.

"Menjijikan. Sungguh menjijikan." Ujar Wendy sembari mengapit tangan Jeongyeon dan Jisoo dengan semangat untuk turun ke bawah.

...


Mereka turun dan melihat kafetaria sudah penuh. Banyak anggota militer yang melihat ke arah mereka, sosok Vernon berdiri untuk menyapa. Ia keluar dari mejanya berlari kecil ke arah 10 wanita cantik yang kebingungan di antara kerumunan pria.

"Meja kalian sudah kami siapkan. Ada disebelah sana! Mari, oh, aku Vernon. Tadi aku bertemu dan berbincang dengan Jennie-ssi juga Lisa-ssi saja, tapi belum dengan yang lain. Senang bertemu dengan kalian." Ucapnya ramah yang kemudian menggiring mereka semua ke meja yang ternyata disediakan khusus untuk mereka selama 6 bulan ini.

Mereka memberikan meja paling ujung dengan pemandangan pangkalan militer yang indah dimalam hari.

"Niatan kami menempatkan kalian dipojok bukan karena kami tidak menginginkan kalian atau tidak sopan, tapi kami pikir kalian akan lebih nyaman seperti ini dibandingkan harus berada ditengah-tengah ratusan pria. Agar kalian punya sedikit privasi jika berada di pojok." Ucapnya menjelaskan.

Long Distance Feeling✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang