Chapter 32

1.3K 164 14
                                    

Wendy sedang membereskan barang-barangnya yang ada di dalam kamar selama ia tinggal di pangkalan. Ia terlihat sudah mandi dan segar juga sudah mengenakan pakaian santai. Jaehyun hanya bisa menatapnya dari pintu, bersender sambil melipat kedua tangannya di dada.

Wendy menghela nafas lalu menoleh dan berdiri tegak. "Apa lagi?" Tanya Wendy pasrah kepada Jaehyun. "Aku mau meminta maaf lagi." Ucap Jaehyun. "Kan kau sudah minta maaf tadi dan sudah ku maafkan." Jawab Wendy terlihat tidak mood.

Jaehyun menghampiri Wendy lalu menarik kedua tangannya. Kini mereka berdua saling tatap. "Maafkan aku." Ucap Jaehyun dengan sungguh-sungguh. "Hm." Jawab Wendy malas tapi tetap tidak memberontak. "Dan terima kasih sudah menyelamatkan nyawa-nyawa orang yang berhak untuk tetap hidup." Lanjut Jaehyun.

Wendy tertegun mendengar ucapan Jaehyun. "Aku lupa kalau masa depanku bukan hanya dirimu, tapi teman-temanku yang lain juga masa depanku. Aku egois maafkan aku. Aku tak... aku- sulit untuk terpikirkan olehku jika sampai kau kenapa-kenapa hanya karena otak nekatmu itu Wan. Aku tak bisa menerimanya jika kau sampai terluka. Aku khawatir, maka dari itu aku emosi. Maafkan aku." Jaehyun menjelaskan semuanya.

"Aku paham, aku tau itu. Bukannya tidak memikirkan kekhawatiranmu, tapi aku juga merasa frustasi mengingat aku punya kemampuan untuk menyelamatkanmu tapi aku hanya berdiam diri. Aku tersiksa. Maafkan aku juga telah membentakmu tadi. Aku yakin harga dirimu terluka karena dibentak olehku dihadapan banyak orang." Ucap Wendy menyesali perbuatannya kepada Jaehyun.

Jaehyun tersenyum lembut dan menjawab, "Aku suka disaat kau melawanku seperti tadi. Aku tidak merasa harga diriku terluka dengan perbuatanmu, justru aku bangga melihatmu begitu. Berani melawanku, berani ikut membentakku, itu artinya kau merasa berada di satu level yang sama denganku dan aku amat sangat menghargai hal tersebut."

Wendy tersenyum sedih lalu merunduk menahan tangis. "Kalimatmu mempertahankan pernikahan kita, itu benar-benar menamparku dengan keras. Aku lupa aku juga punya tanggung jawab yang sama. Maafkan aku karena kau telah berusaha sendiri." Jaehyun mengusap rambut Wendy lembut.

"Oke hentikan itu menjijikan." Wendy mulai protes. Jaehyun hanya tertawa. "Kau yang memulai!" Jawab Jaehyun.

"Kita baru saja berdamai berapa detik yang lalu? Tidak. Itu berlebihan. Baru 3 menit kita berdamai. Kau sudah akan mengajak ribut lagi?" Tany Wendy melepas pelukan Jaehyun. "Jika kau mau? Ayo!" Jawab Jaehyun malah membuat Wendy menatapnya tidak percaya.

"Kurang ajar kau." Wendy mulai menjambaki rambut Jaehyun dan meninggalkan Jaehyun sendirian. Jaehyun mengaduh dan bingung, "Kan aku cuman becanda Wan..."

...

"PUdah baikan?" Teriak Jennie dengan santainya. "Tidak tau. Terserah Wendy saja." Jawab Jaehyun tak acuh. Jennie menatap Wendy. "Tidak tau. Gimana moodku saja." Wendy ikut menjawab tak acuh.

"Tipikal jawaban perempuan. Menyebalkan!" Jennie malah ikut sebal. Padahal Wendy dan Jaehyun sudah berbaikan, hanya saja Wendy sedang moody jadi belum bisa memaafkan sepenuhnya karena mood bar-barnya masih tersisa sedikit lagi.

"Kalian ini, mau kapan berhenti bertengkar hm?" Tanya Yunho merangkul Wendy dan Jaehyun. "Sampai moodnya Wendy bagus." Jawab Jaehyun lirih, gengsi. "Iya. Sampai moodku bagus." Jawab Wendy menyetujuinya. Yunho melihat kiri kanan, pasangan suami istri yang terlihat enggan untuk melihat ke arah satu sama lain.

"Ya tuhan..." Hela nafas Yunho.

...


"Wan, ayo semobil denganku!" Ajak Jaehyun. "Aku bawa mobil," Jawab Wendy masih jutek. Jaehyun menghela nafas. "W-Wan! Aku akan berangkat dengan Johnny karena harus mampir ke rumah sakit untuk menengok tante nya Johnny yang baru saja melahirkan. Jadi sepertinya kau lebih baik pulang dengan Jaehyun, takut kami pulang larut." Rose mulai membuat skenario. Johnny yang terkejut hanya mengikuti permainan Rose.

Long Distance Feeling✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang