Chapter 9

1.4K 221 15
                                    

"Annyeong haseyo, Hendery imnida." Ucapnya ramah sembari menyodorkan tangannya pada Wendy untuk menjabat tangannya. Wendy menjabat tangannya dengan ragu. "Euh.... kami adalah bagian dari anggota kemiliteran yang akan membantu tim kesehatan selama disini. Aku Wendy, ini Seulgi, Rose dan Jihyo." Jawab Wendy dengan tenang. Hendery menatap mereka ber-4 lalu tersenyum lebar pada Wendy.

"Senang bertemu denganmu." Ucapnya hanya menatap Wendy. Ke-3 temannya yang lain hanya bisa menunduk menahan tawa mengetahui pria ini menunjukan ketertarikan pada Wendy dengan sangat kentara. "A-Ah ye..." Jawab Wendy canggung kemudian memutar kepalanya menatap ke-3 sahabatnya dengan tatapan 'apa yang baru saja terjadi?'. Lagi-lagi mereka menahan tawa saat Hendery membalikan tubuhnya untuk membuka pintu truk obat-obatan.

"Aigoo~ panas sekali!" Ujar seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil yang tak jauh dari truz obat. Jihyo menoleh sedikit lalu tersenyum. "Dokter?" Panggil Jihyo. Wanita tersebut menoleh menanggapi panggilan Jihyo. Wanita tersebuh menatap Jihyo dari atas sampai bawah. "Ne. Kau siapa?" Tanyanya ketus. Jihyo yang melihat respon kurang mengenakan tersebut mencoba untuk tetap ramah dan kembali tersenyum.

"Kami dokter dari pihak kemiliteran yang akan membantumu juga yang lain dalam bertugas selama 3 hari kedepan. Aku Jihyo. Senang bertemu denganmu." Ucap Jihyo ramah. Perempuan tersebut hanya sibuk berkaca dan tidak menghiraukan ucapan Jihyo.

"Sana! Ayo kita masuk ke dalam. Panas sekali diluar sini." Ucapnya seraya mengibas-ngibaskan tangannya tanda ia kepanasan. Lalu pergi berdua dengan dokter satunya lagi yang menatap Jihyo dengan ramah juga sempat merunduk sopan. Jihyo tersenyum balik dan merunduk balik membalas sapaan dokter yang bernama Sana tersebut.

Jihyo langsung memutar tubuhnya malas dan menghampiri teman-temannya yang lain yang sudah menumpukan obat-obatan yang nantinya akan dimasukan ke ruang kesehatan.

...

"Siapa dia? Dokter dari rumah sakit kah?" Tanya Seulgi pada Jihyo yang cemberut. "Eoh." Jawabnya singkat sembari mulai ikut menata obat. "Wae? Wae? Wae? Apa dia menyebalkan?" Tanya Seulgi penasaran sampai-sampai berhenti beraktifitas. "SANGAT MENYEBALKAN!" Jawab Jihyo begitu gemas dan menahan emosi.

"Yang mana? Yang rambut cokelat atau pirang?" Tanya Rose ikut nimbrung. "Cokelat!" Jawab Jihyo cepat dengan penuh amarah. "ㅋㅋㅋ Itu dr. Nayeon. Dia memang terkenal menyebalkan. Jadi biarkan saja. Abaikan dia." Ucap Hendery dengan santai.

"Annyeong haseyo~" Sapa seseorang dengan begitu lembut. Mereka semua menoleh. Hendery tersenyum lebar. "Nah, perkenalkan, ini dr. Irene." Ucapnya memperkenalkan Irene pada yang lain. "Halo~" Sapa mereka ber-4 dengan tak kalah lembut dan ramah. Irene tersenyum kalem. "Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Irene ikut melihat-lihat kegiatan yang dilakukan Wendy, Rose, Seulgi dan Jihyo.

"Tinggal memasukan obat-obatan ke ruang kesehatan saja. Oh iya aku Wendy. Ini Seulgi, Rose dan Jihyo. Kami dokter yang diutus oleh kemiliteran untuk membantu kegiatan kalian selama disini." Wendy memperkenalkan diri. Irene tersenyum. "Senang bertemu dengan kalian." Jawabnya begitu lembut.

...


"Kami adalah mantan anggota militer, kalau kau? Apa ini pertama kalinya kau relawan untuk cek kesehatan ke pangkalan militer?" Tanya Seulgi pada Irene. "Aniyo. Ini sudah ketiga kalinya aku menjadi relawan. Aku sudah kembali 3 tahun berturut-turut karena giliran kami tiap tahun hanya sekali. Jadi 6 bulan sekali akan ada pergantian dokter, tidak boleh sama agar merata ke dokter yang lain." Ucap Irene menjelaskan.

"Woah, berarti kau sudah cukup akrab dengan pangkalan militer ini. Apa kau juga berkenalan secara pribadi dengan tentara-tentara disini?" Goda Jihyo. Yang lain hanya bersorak menggoda sedangkan Irene sudah tertawa malu mendengarnya. "Hmm.... entahlah.... tapi aku punya mantan anggota militer." Jawabnya malu yang kembali mengundang sorak dari para Alpha Female.

"Dia bertugas dimana?" Tanya Wendy penasaran. "Disini." Jawabnya sembari tersenyum. "Eiy~ apa kau tidak keberatan jika harus bertemu lagi dengannya disini? Padahal kau bisa saja memilih untuk tidak kembali kesini jika mengetahui ada mantanmu!" Ucap Wendy. Irene hanya tersenyum sendu lalu menggelengkan kepalanya perlahan.

"Gwanechana. Kami berpisah dengan baik-baik. Jadi tidak seharusnya aku menghindar lagipula kami sudah tidak ada hubungan apa-apa." Ucapnya dengan tenang. "Woah, kau keren sekali. Aku harus banyak belajar mengenai hal percintaan denganmu jika begini ceritanya!" Rose memuji kedewasaan Irene yang lalu disetujui oleh yang lain.

...

"Hey!!" Sapaan seorang wanita dari ujung lorong ruang kesehatan terdengar. Mereka semua menoleh lalu mendapati Jeongyeon dan Joy yang tersenyum lebar. "Hei!" Sapa Rose balik. "Annyeong! Kau dokter dari rumah sakit? Aku Jeongyeon dan ini Joy. Kami teman mereka." Ucap Jeongyeon dengan ramah. "Annyeong haseyo. Irene imnida.

"Kapan kalian selesai? Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya Joy sembari melihat-lihat. "Tolong susun dua dus ini ke lemari sana sesuai dengan nama yang tertera di lemari." Ucap Jihyo meminta tolong. "Siap komandan!" Ucap Joy dan Jeongyeon lalu mulai ikut menyusun obat-obatan ke dalam lemari.

"Apa kalian sudah selesai? Aku lapar sekali!" Nayeon tiba-tiba muncul di ujung lorong bersama dengan Sana yang hanya diam terus mengekori Nayeon superit Anak ayam. Jeongyeon dan Joy menoleh sebelum akhirnya melirik para sahabatnya juga Irene yang terlihat malas meladeni dan mengacuhkan wanita ini. 

"Hei! Aku bertanya pada kalian!" Bentak Nayeon.

BRAK!

Jeongyeon membanting dus kosong berdiri dengan nafas kasar menahan emosi. Ia menatap Nayeon tajam. "Rapikan ini sendiri. Ini bukan tugasku dan bukan hanya tugas mereka. Tapi tugasmu juga." Ucap Jeongyeon dengan suara yang menahan amarah.

"T-Tapi kan sudah mau beres...." Jawab Nayeon secara tidak langsung menolak. "KALAU BEGITU KELUAR DAN MAKAN DULUAN! SULIT SEKALI HIDUPMU!" Bentak Jeongyeon jauh lebih keras. Nayeon hanya bisa terdiam. Jeongyeon berjalan mendekati Nayeon lalu berkata.

"Jika kau berani menyentuh mereka apalagi berlaku seenaknya, akan kupastikan kau akan pulang ke rumah sakit sebagai pasien." Ucap Jeongyeon mengancam. "Cepat sana!" Teriak Joy. Nayeon dan Sana langsung pergi keluar untuk menghindari Jeongyeon dan Joy yang mengamuk.

"Bagaimana kau bisa tahan bekerja dengannya eoh!?" Tanya Jeongyeon frustasi pada Irene yang hanya bisa tertawa menanggapinya. "Dia anak direktur rumah sakit. Jadi ya kalian pahamlah mengapa sikapnya seperti itu." Jelas Irene dengan maklum. "Lalu untuk apa dia menjadi relawan!?" Tanya Jeongyeon dengan wajah yang begitu kesal.

"Karena ia pernah melakukan 'one night stand' dengan seorang anggota militer yang bertugas disini. Ia berharap bisa bertemu lagi dengan pria itu karena ia bilang, pria itu sangatlah tampan dan gagah." Cerita Irene mengenai Nayeon mengejutkan Wendy, Seulgi, Rose, Jihyo, Jeongyeon maupun Joy.

"A-Ani.... apa dia menceritakan.... hal tersebut secara gamblang pada orang-orang!?" Tanya Seulgi terkejut. Irene tertawa. "Hanya pada residen saja. Tidak pada seluruh rumah sakit."

"Tapi tetap saja itu bukan suatu hal yang harus ia banggakan ㅠ.ㅠ" Jihyo merasa mengalami mental breakdown saat ini bertemu dengan orang seaneh Nayeon. "Tapi setidaknya menurut dia itu hal yang membanggakan. Mungkin itulah kenapa dia menceritakan nya berulang-ulang." Suara kalem Irene yang tidak sepadan dengan cerita yang ia ceritakan, membuat mereka semua makin frustasi.

"Selamat bertugas! Aku dan Joy hanya akan menyemangati dari kejauhan! Aku bisa gila jika bekerja dengan orang sepertinya." Jawab Jeongyeon begitu emosi sambil lanjut menyusun obat.

...

Long Distance Feeling✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang