Chapter 6

1.5K 238 8
                                    

Wendy dengan reflek mengangkat kedua tangannya ke udara kemudian menoleh dengan takut. Doyoung hanya mendecakan mulutnya menoleh malas. "Bisakah kau menyapa kami secara baik-baik?" Tanya Doyoung.

"Aish! Kukira siapa!" Pria tersebut menurunkan senternya. Wendy mengenal suara tersebut. "Taeyong?" Tanya Wendy tidak begitu yakin. "Ya? Eh! Kenapa kau tau namaku!?" Tanyanya rusuh.

"Ini Wendy pabo-ya! Cepat kemari!" Ajak Doyoung. "WOAHHH!!! WENDY-AH!!!" Taeyong langsung berlari memanjat bukit dan memeluk Wendy dengan erat. "Aku sangat ragu untuk menyapamu mendengar edukasi dari Jenderal Yunho juga larangan calor anggota Alpha Team yang lain! Jadi aku hanya bisa memandangmu dan yang lainnya dari kejauhan." Ucapnya sedih.

"Maaf...." Ucap Wendy merasa bersalah. Doyoung mengusap punggung Wendy. "Tenang, ini hanya kami." Taeyong yang juga menyadarinya langsung ikut mengusap punggung Wendy dengan lembut.

"Mau kami antar ke kamarmu?" Tanya Taeyong khawatir. Wendy menggeleng. "T-Tidak. Aku masih ingin mendengar cerita-cerita lainnya selama 3 tahun aku vakum." Jawabnya yakin dengan suara lirih. "Tarik nafas..... buang.... tarik nafas..... buang...." Ucap Doyoung mengiringi Wendy yang mengatur nafasnya. 

"M-Maafkan yah..." Ucap Wendy tidak enak saat Taeyong dan Doyoung harus melihatnya seperti ini. Yang tau kondisinya hanyalah ke-10 sahabat wanitanya juga keluarganya. Ini pertama kalinya ia membiarkan orang lain melihat kondisi terburuknya.

"Aku adalah anggota Alpha Female Team yang diagnosa trauma nya paling parah.... m-maka dari itu pemulihanku sangat lama.... d-dibandingkan yang lain.... ck! Aish!" Wendy kesal sendiri ketika menyadari tubuhnya tak kunjung tenang.

Tiba-tiba Wendy menangis. "A-Aku rindu..." Wendy mengatakan bahwa ia rindu tapi menepuk-nepuk dadanya dengan kepalan tangan dan menunjukan rasa sakit yang ia rasakan tiap ia mengakui kalau ia rindu. Doyoung dan Taeyong merasa iba. Mereka memeluk Wendy dengan erat.

"Kau harus tau kalau kami juga rindu padamu... sangat rindu. Sampai ingin mati rasanya. Aku tidak bisa menjelaskannya hanya dengan kata-kata." Ucap Taeyong dengan lembut. Tangis Wendy makin pecah. Sekarang mereka mengerti kenapa Wendy banyak menghindar dari mereka, karena emosinya dan mentalnya mudah goyah saat melihat mereka.

"Kau mau bercerita? Atau mau mendengar kami cerita?" Tanya Taeyong sembari menghapus air mata Wendy. "I-Ingin mendengar...." Jawabnya berantakan. "Arrasseo. Aku akan ceritakan semuanya."

...


"Begitu. Tidak banyak yang berubah sebenarnya, hanya saja orang-orang yang terlibat denganmu yang banyak berubah. Termasuk kami berdua." Ucap Taeyong.

Wendy menghela nafas berat. "Ini.... ini tidak seperti yang aku bayangkan. Sangat rumit. Tidak hanya untukku, tapi juga untuk yang lain. Terutama Lisa, Jennie dan Rose yang masih menjalankan terapi bersamaku sampai saat ini. Kami masih mengonsumsi obat anti depresan sampai saat ini, dan kami masih sangat mudah terpengaruh oleh suatu kondisi atau bahkan nama tertentu yang dapat membuat kami hilang kendali." Jelas Wendy.

"Akan kami sampaikan pada Jaehyun jika kau benar-benar harus menjauh darinya." Ucap Taeyong tegas. Wendy menggeleng. "Aku yakin tidak hanya aku yang kesulitan disini, dia juga." Jawabnya yakin. Taeyong dan Doyoung hanya bisa terdiam.

Drrt~ Drrt~

Tiba-tiba ponsel Wendy bergetar tanda telepon masuk, namun belum sempat ia angkat, telepon dari Rose sudah mati. Wendy mengerutkan dahinya lalu menoleh ke belakang untuk melihat apa Rose sudah menemukannya atau apa, karena ia ragu untuk menelepon balik.

"Siapa?" Tanya Doyoung. "Rose. Dia meneleponku tapi langsung dimatikan sesaat aku akan mengangkatnya." Jawabnya lirih. Tak lama kemudian ia kembali mendapat telepon dari orang yang sama.

Long Distance Feeling✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang