Tae masih menatap ponselnya. Menunggu balasan pesan dari Ara.
Tapi tidak ada. Ini sudah 15 menit.
Jadi Ara sungguh akan ke rumahnya?
Sekarang?
Dan, memeluknya?
Entah sejak kapan, sebuah senyuman mulai terukir di wajahnya.
Dia hampir tidak percaya.
Sebenernya tadi Tae hanya menjawab asal, ia tidak mengira bahwa Ara akan melakukan itu.
Dan senyum itu pun semakin melebar saat bunyi ketukan pintu masuk ke telinganya.
Dengan cepat Tae membuka pintu. Memang Ara.
Selang beberapa detik, kini lengan Ara sudah melingkar di pinggangnya.
"Jangan marah."
Tae membalasnya. Mengusap kepala yang kini menempel di dadanya itu.
Kapan terakhir ia memeluk Ara? Tae sendiri lupa. Yang pasti itu sudah lama sekali.
Ara melepas pelukannya, mundur satu langkah membuat jarak di antara mereka.
"Nggak marah lagi kan?"
Tae menggeleng. Ia terkekeh pelan "Susah marah sama lo ya ternyata."
"Masuk yuk."
Ara menurut. Bola matanya berkeliling mencari sesuatu setibanya di ruang tamu.
"Nyokap lo mana?"
Tae tersenyum kecil. "Pergi."
"Jadi lo sendiri?"
Ia mengangguk cepat. Otak nakalnya bekerja. Tae melebarkan kedua tangannya ke samping.
"Peluk lagi."
Ara menatap Tae curiga.
"Kan tadi lo yang lepas." Jelas Tae.
"Tapi kan udah."
"Sebentar cuma." Bela Tae. Tentu saja Ara tidak berani memeluknya lama karna mereka sedang di luar rumah.
"Gue kangen banget sama lo." Tambahnya.
"Gue udah di sini."
"Masih kangen, pengen peluk." Kata Tae dengan suara yang diimut-imutkan.
Untung ganteng.
Ara menghela. Hanya pelukan kan? Tidak lebih?
Baiklah.
Tae tersenyum puas mendengar helaan dari Ara. Itu berarti boleh kan?
Tanpa membuang waktu, ia segera menarik Ara ke dalam pelukannya. Kali ini lebih erat.
Tae memejamkan matanya, menghirup aroma tubuh Ara yang mulai menjadi candu untuknya.
Rasanya Tae tidak ingin melepaskan pelukannya. Akhir-akhir ini Ara sibuk, mereka jadi jarang bertemu. Dan itu bukan hal yang bagus.
Mereka semakin jauh. Ia takut. Takut Ara pergi.
"Bilang sayang ke gue." Suruhnya. Ya, hanya kalimat itu yang membuat rasa takutnya berkurang. Hanya berkurang, bukan menghilang.
"Gue sayang lo."
Akhirnya Tae melepas pelukan itu, namun tangannya masih menahan Ara agar tidak menjauh.
Ia menatap wajah Ara lekat. Menelusuri tidak sentinya. Ara memang tidak secantik Irene, tapi Tae sungguh menyukai wajah itu.
Pandangan Tae kini fokus pada bibir tipis Ara. Menatapnya lama. Merah muda yang mengkilap itu tampak sangat menggoda.
Ada belahan kecil di bibir bawah Ara. Bibir itu sedikit terbuka, menampakkan sebagian kecil giginya.
Tae meneguk ludah. Ia pernah mencium bibir Ara. Hanya sekali. Itu pun bukan dalam kondisi yang pas. Tapi sekarang? Mereka hanya berdua. Tidak ada siapapun.
Tae laki-laki normal. Bagian dari tubuhnya berontak, tapi sebagian lagi menyetujui otak kotornya.
Bahkan kedua tangannya sudah bergerak terlebih dahulu memegang pipi Ara.
Ini bukan ide yang bagus. Tapi Tae menginginkannya. Sangat.
Tae kalah. Nafsu jauh lebih besar dari pada kesadarannya. Ia memajukan wajahnya. Mengikis jarak mereka.
Tae sedikit memiringkan kepalanya. Jarak bibir mereka hanya beberapa senti saja.
Namun, Tae segera terhenti ketika sebuah tangan menutup bibirnya.
Tae mengangkat pandangannya. Ia langsung menemukan bola mata Ara yang menatapnya tidak setuju. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan. Tangan kanannya masih menutupi permukaan mulut Tae.
Tae kecewa. Tentu saja. Ingin marah, namun tidak bisa. Ara tidak mengizinkannya. Dan ia tidak bisa memaksa.
Ara menarik tangannya yang menutupi bibir Tae. Ia sedikit memajukan wajah. Memposisikan dahinya di depan bibir laki-laki itu.
Tae paham. Ia segera mencium dahi Ara lembut.
"Maaf, gue hampir kelepasan."
Ara tersenyum, ia mengangguk pelan.
"Duduk di luar aja. Berdua sama lo di sini emang bukan ide yang bagus."
"Iya, lo kan suka khalaf orangnya." Kata Ara mengulangi kalimat Tae dulu.
"Tapi bertanggungjawab kok." Tambah Tae.
Ara menatap Tae horor. "Ayo keluar."
***
Line
11.49 p.m
C.eunwoo: Ara
K.Ara: kak Eunwoo?
C.eunwoo: iya
K.Ara: dapat line gue dari?
C.eunwoo: grup dong
K.Ara: oh
C.eunwoo: lagi apa?
K.Ara: baring
C.eunwoo: nggak lagi mikirin gue ya wkwk
K.Ara: wkwk
C.eunwoo: gak nanya balik nih?
K.Ara: wkwk
K.Ara: nggakC.eunwoo: kenapa belum tidur?
K.Ara: nugas
C.eunwoo: berarti gue ganggu dong
K.Ara: nggak juga
K.Ara: lagi istirahatC.eunwoo: syukur deh
C.eunwoo: kalo kesusahan minta bantuan gue aja Ra
C.eunwoo: pasti gue bantu kokK.Ara: iya kak mksh
C.eunwoo: besok temenin gue makan siang lagi ya
K.Ara: maaf gak bisa kak
K.Ara: besok gue ada janjiC.eunwoo: ohhh yaudah
C.eunwoo: lain kali harus mau oke?K.Ara: nggak janji kak
C.eunwoo: gue maksa nih gak boleh nolak
C.eunwoo: kapan kapan ya
C.eunwoo: oke sipK.Ara: iy deh wkwk
C.eunwoo: nah gitu dong
C.eunwoo: jadi sayang kan gueK.Ara: gue lanjut nugas ya kak
C.eunwoo: ok ok
ReadAra akan menyelesaikan tugasnya malam ini.
Tapi sebelum itu, ada satu hal yang harus ia lakukan.
Menghapus chatan nya dengan Eunwoo.
Atau itu akan menjadi masalah baru untuknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois -kth ✔
Fanfiction"Susah emang kalo berjuang sendiri." -kth Sequel "Brengsek -kth"