22

1.8K 186 31
                                    

"Lo bilang acaranya jam sembilan."

"Emang." Balas Jisoo sambil merapikan rambutnya.

"Ini udah jam sepuluh."

"Princess mah datang belakangan."

"Bukan tukang bersih-bersih ya?"

Jisoo menatap kesal pada Tae. "Gak usah bacot bisa?"

"Nggak. Bisanya nurunin lo sekarang."

Itu ancaman, Jisoo pun memilih untuk diam.

Tae tersenyum senang melihat wajah kesal itu. Ia melajukan mobilnya pelan. Beberapa menit kemudian ia merasa ponsel di saku celananya bergetar.

"Ambilin hp gue." Suruhnya.

"Tangan lo dua."

"Liat sendiri kan gue lagi nyetir."

"Bangs--"

"Eh, princess mau diturunin di sini?" Sela Tae cepat.

Jisoo meniup poni tipisnya kesal. Tidak lupa melayangkan tatapan beringas pada Tae sebelum meraba saku celana sepupunya itu.

"Jin. Angkat gak?" Tanyanya setelah berhasil mendapatkan ponsel Tae.

"Angkat. Gedein volumenya."

"Tae."

"Ha? Kenapa?"

"Gue boleh minta tolong gak?"

"Tinggal sebut bang, kek dengan orang lain aja lo."

"Tolong cariin adek gue. Gue telponin nomornya gak aktif, ini gue lagi ada urusan, nyokap juga lagi pergi, rumah kosong gak ada orang. Gue gak tau dia udah pulang apa belum, terakhir gue liat dia lagi di perumahan gitu." Jelas Jin panjang.

Tae terdiam sesaat mendengar itu. Sebenarnya ia tidak ingin berurusan dengan Ara lagi. Ara sendiri yang menyuruhnya untuk tidak ikut campur dengan urusan gadis itu.

"Ara bawa mobil?"

Jisoo menatap Tae dengan alis yang berkerut saat mendengar nama itu disebutkan.

Jadi si Jin ini kakak laki-laki nya Ara?

"Gak tau, gue lagi gak di rumah. Tapi tadi Ara bilang, dia pergi sama cowoknya."

"Kirim alamat perumahannya, ntar gue ke sana." Balas Tae cepat.

"Makasih banyak Tet, gue gak tau mau minta tolong sama siapa lagi selain lo."

"Hm."

Panggilan itu pun berakhir.

Jisoo menatap Tae penuh selidik. "Lo mau nyari tu cewek?"

Tae mengangguk sekilas. Ia mengendarai mobilnya dengan sangat cepat, benar-benar cepat.

"Udah masuk belum alamatnya?"

"Udah." Jisoo memperhatikan alamat yang baru saja Jin kirimkan. "Jauh anjir, beda arah lagi. Udah lah biarin aja bukan urusan lo juga."

"Sini liat." Katanya sambil mengambil ponsel di tangan Jisoo. Sangat jauh, pasti memakan waktu yang cukup panjang.

"Tempat lo masih jauh gak?" Tanya Tae yang tidak mempedulikan pernyataan Jisoo barusan.

"Lumayan. Empat kiloan lah."

"Ck!" Tae berdecak kesal. Ia menginjak pedal gasnya lagi. Berharap dapat sampai secepat mungkin.

"Woi! Mati jangan ngajak-ngajak bangsat."

Tae tidak peduli. Firasatnya buruk. Saat buruk mengingat Ara pergi bersama Eunwoo dan belum pulang hingga selarut ini, ditambah ponsel gadis itu yang tidak bisa dihubungi.

Egois -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang