epilog

3.1K 238 40
                                    

Tidak ada yang tau bagaimana takdir dirinya masing-masing. Tidak bisa juga memaksa, yang dapat dilakukan hanyalah mengikuti arus.
Bukan berarti harus pasrah juga. Perjuangan dibutuhkan hingga dapat mencapai suatu batasan.

Batas. Semua orang memiliki batasnya masing-masing. Batas kesabaran. Batas kesanggupan. Batas keberanian. Semua memiliki batas.

Begitu pula dengan Tae. Dalam hal mempertahankan Ara, dia juga memiliki batas. Hingga saat melewati itu, yang dirasakannya adalah lelah.

Lelah untuk berjuang. Lelah pula untuk mempertahankan. Di saat seperti ini, yang terbaik adalah melepaskan. Membiarkan semua berjalan semestinya. Mengikut arus.

Tidak ada yang tau bagaimana ujung dari arus yang sedang mereka lewati. Apa akan tiba pada kolam kecil yang indah, atau harus terjun dari tebing tinggi terlebih dahulu sebelum sampai pada kolam itu.

Namun kini, Tae telah tiba pada kolam indahnya.

Jas hitam yang ia kenakan membuatnya semakin tampan saja. Bukan hanya tampan, ia juga merasa sangat beruntung sekarang.

Tae tau hari bahagia seperti ini pasti akan ia rasakan, namun tidak menyangka jika Ara lah yang akan berdiri di sebelahnya sambil mengenakan gaun putih cantik dengan rangkaian bunga indah di tangannya.

Selama enam tahun ini, Tae telah menyerah pada Ara. Ia kira pertemuan di bandara itu akan menjadi kali terakhir bagi mereka.

Beberapa tahun terlewati dengan pemikiran bahwa mungkin Ara sudah bahagia dengan keluarga barunya. Tae tidak mengetahui kabar Ara sedikitpun. Tidak ingin tau lebih tepatnya. Bukannya tidak peduli, ia hanya takut mencari tau kabar Ara justru akan membuatnya kembali menjadi orang bodoh.

Hingga saat Tae kembali ke negara asalnya, yang membuat ia bertemu dengan Ara lagi, Tae tidak menyia-nyiakan kesempatannya saat mendengar bahwa Ara masih sendiri.

Ara bukan milik siapapun, jadi tidak ada alasan bagi Tae untuk tidak memiliki Ara.

Sebenarnya terdengar lucu saat bagaimana ia melamar Ara setelah beberapa tahun tidak bertemu, tapi begitulah yang dilakukannya. Ia tidak ingin kehilangan Ara lagi.

Hingga saat pendeta berkata "sekarang kalian resmi menjadi pasangan suami istri." Tae tidak menyembunyikan sedikitpun perasaan bahagianya.

Detik setelahnya, Tae berbisik pelan pada telinga Ara,

"Kamu punya aku sekarang. Kali ini nggak bakal aku lepas."

***

Tae mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Senyumnya tidak pudar dari saat awal ia menginjak pedal gas. Hanya ada satu alasan kenapa ia tampak begitu senang saat ini.

Besok adalah hari istimewa dan malam ini akan menjadi malam yang panjang.

Atau lebih tepatnya besok adalah hari ulangtahun pernikahan mereka dan malam ini Tae berencana melakukan banyak hal bersama Ara.

Khusus pula malam ini, ia pulang kerja begitu cepat. Beberapa hari yang lalu ia lembur untuk menyelesaikan semua pekerjaannya agar bisa mengambil libur untuk besok.

Jadi mulai dari malam ini hingga besok, Tae telah merencanakan semua untuk Ara.

Mobil hitam itu pun akhirnya sampai pada tujuan.

Tae mengetuk pintu rumahnya beberapa kali meski tombol bel berada hanya beberapa senti dari sana.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka, Ara berdiri memperhatikan Tae sekilas, "pulang cepat?"

"Iya."

"Bagus deh, aku bisa istirahat sekarang. Kirain harus nunggu sampe tengah malam kayak kemarin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Egois -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang