23

2K 212 38
                                    

Ara membuka matanya pelan berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawanya yang belum terkumpul sempurna.

Kepalanya terasa sangat berat. Ia memijit pelipisnya pelan berusaha mengurangi rasa nyeri itu.

"Udah bangun lo?" Sebuah suara membuat kesadarannya meningkat.

Ara mengucek matanya hingga akhirnya mengenali siapa yang baru saja berbicara.

"Kepala gue pusing, Jin." Lapornya.

"lo nggak ingat apa-apa tentang tadi malam?"

"Emang semalam kenapa?" Tanya Ara polos.

Jin tidak bisa berkata-kata lagi. Bagaimana bisa Ara tidak mengingat apa yang telah terjadi padanya?

Ia menggerakkan kepalanya ke arah kaca besar pada pintu lemari Ara. Ara memgikuti arah pandangan itu, ia sedikit menyipitkan matanya agar bisa melihat dengan jelas.

Mata Ara membulat sempurna setelah menyadari perubahan pada dirinya. Ia menundukkan kepalanya untuk melihat bercak-bercak di tubuhnya dengan lebih jelas.

"Udah ingat?"

Kini Ara mengingatnya. Ia ingat tentang bagaimana Eunwoo yang memberikan minuman padanya lalu beberapa menit kemudian Ara merasakan kepalanya sangat berat, setelahnya Ara tidak ingat apapun lagi.

Menyadari apa yang telah terjadi, air matanya menetes turun. "Jin..." panggilnya pelan. "G-gue..." Ara tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Tangisnya semakin kuat.

Jin dengan cepat memeluk tubuh adiknya itu. Ia mengusap punggung Ara pelan. "Lo nggak papa. Lo baik-baik aja, jangan nangis."

"Gue gak bisa jaga diri. Gue nggak berharga lagi." Gadis itu sesenggukan, tangisnya pecah. Merasa bahwa dirinya benar-benar kotor sekarang.

Ara meremas baju Jin kuat. Begitu menyesali tindakan bodohnya yang telah mempercayai laki-laki brengsek seperti Eunwoo.

Jin melepas pelukannya, ia menghapus jejak air mata di wajah Ara. "Dengerin gue. Lo nggak papa."

"Nggak! Gue hancur!"

"Ara, dengerin gue dulu." Jin menarik napas panjang lalu menghembuskannya berat. "Tu cowok nggak sempat ngelakuin itu ke lo."

"Nggak sempat? T-tapi gue--"

"Nggak Ara. Tae nolongin lo. Dia datang sebelum Eunwoo sempat perkosa lo. Lo baik-baik aja, ngerti?"

"Tae nolongin gue?" Tanya Ara memastikan. Ia sungguh baik-baik saja?

Ara benar-benar tidak tahu jika Tae datang saat itu. Kejadian terakhir yang ia ingat hanya saat Eunwoo mengajaknya masuk ke rumah. Setelahnya ia tidak tahu apapun. Termasuk bagaimana ia bisa kembali ke rumahnya.

"Iya. Lo nggak papa. Eunwoo juga udah gue urus. Mending lo sekarang temui Tae."

"Iya. Gue ke rumah Tae sekarang." Kata Ara sambil segera turun dari kasurnya.

Namun Jin kembali bersuara, "jangan ke rumahnya."

"Kenapa?"

Jin melirik jam dinding sekilas lalu membalas, "Tae mungkin lagi di bandara sekarang. Dia mau lanjutin S-2 nya di Jepang. Lo harus cepat, atau nggak, lo gak bakal bisa ketemu Tae."

***

Ara mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Masih dengan piyamanya dan wajah khas bangun tidur, ia menginjak pedal gas kuat menuju bandara yang Jin katakan tadi.

"Sebenarnya Tae ngelarang gue ngasih tau ini ke lo tadi malam, tapi gue gak mau lo nyesal karna gak sempat ngomong apapun ke dia."

Ara tidak peduli dengan lampu lalu lintas yang menyuruhnya untuk berhenti. Ia tidak mengurangi kecepatan mobilnya, justru menambah. Ara harus sampai secepat mungkin. Ia tidak ingin menyesal.

Egois -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang