"Lo kapan pulang sih?" Tanya Ara yang mulai kesal karna Tae belum bergeser sedikitpun dari meja makan. Padahal makanannya sudah habis dari tadi.
"Ntar lah. Lo juga kangen gue, tau gue mah."
"Dih. Nggak ya."
"Bohong banget."
"Apaan sih."
"Tuh muka lo merah."
"Nggak!"
Tae tertawa. Mengganggu Ara selalu menyenangkan. Kebiasaan itu tidak akan berubah sampai kapanpun.
"Kalo masih sayang sama gue jujur aja kali Ra."
"Gue ke kamar nih." Ancam Ara.
"Ikut dong." Balas Tae tanpa beban.
"Otak lo!"
"Apa? Gue kan cuma bilang ikut. Emang guna kamar cuma buat gituan doang?"
"Lagian kalo mau gituan di dapur juga bisa." Tambahnya.
"Mulut lo. Sekali lagi gue lempar." Kata Ara dengan sebuah piring di tangannya. Bersiap mendaratkan itu di wajah Tae.
"Canda Ra."
"Astaga ni cewek kalo dibecandain nganggap serius. Giliran diseriusin nolak." Gumamnya kecil.
"Ngomong apa lo?"
"Nggak Ara. Duh galak banget sih yang."
"Jangan buat gue ngusir lo sekarang."
"Tuh kan." Cicit Tae pelan. Tidak lama kemudian ia merasakan ponsel dalam sakunya bergetar. Tae memeriksanya dan nama Jisoo tertera di sana.
Ara sempat membaca layar ponsel Tae sekilas meski laki-laki itu tidak sadar.
Jisoo.
"Halo Jis, kenapa?" Kata Tae setelah panggilan terhubung.
"Lah? Lo ngapain di sana sih?" Tanyanya.
Ara tidak perlu menguping karna suara Tae cukup besar.
"Ck! Iya iya gue jemput lo sekarang. Tunggu sana, jangan ke mana-mana lo."
"Bacot." Menjadi kata penutup panggilan itu. Tae memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Nguping ya?" Tanya Tae pada Ara.
"Apaan. Gak peduli gue." Balas Ara tak acuh.
"Gue pergi dulu ya, jangan kangen."
"Daritadi juga udah gue suruh."
"Jangan jutek jutek sama gue Ra, ntar kalo gue pergi nyesal lo."
"Ngayal terus jadi orang." Cibir Ara.
"Tapi tenang aja gue gak bakal pergi kok. Gue kan setia. Gak kayak lo yang baru putus langsung jadian sama cowok lain." Kali ini Tae serius. Ia sengaja mengatakan itu pada Ara.
"Lo mau jemput Jisoo Jisoo itu kan? Kenapa masih di sini?"
"Diusir lagi." Gumam Tae. "Yaudah deh, gue pergi dulu. Kalo kangen tinggal chat, pasti gue bales kok." Katanya sambil beranjak dari kursi.
Namun sebelum benar-benar pergi, Tae mengacak rambut Ara pelan. "Mandi. Ntar sore gue ke sini lagi."
"Apaan sih lo." Balas Ara sambil menyingkirkan tangan Tae dari kepalanya.
Tae tersenyum. Senang melihat wajah memerah itu meski bibir Ara terus saja berkata sebaliknya.
"Dah. Nanti gue beliin coklat juga." Kata Tae lalu pergi meninggalkan dapur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois -kth ✔
Fanfiction"Susah emang kalo berjuang sendiri." -kth Sequel "Brengsek -kth"