Yeeee end!!!
"Ma, Ara pergi dulu!" Teriak Ara sambil mengikat rambutnya menjadi satu di belakang.
Ia mengecek penampilan sesaat pada kaca mobil hitamnya sebelum mengendarai mobilnya itu ke suatu tempat.
Ara sedikit membuka kaca mobil agar ia dapat menghirup udara pagi yang jauh lebih segar daripada AC mobilnya. Ia menarik napas panjang, tersenyum samar saat menghembuskannya pelan.
Masih pagi yang sama. Sama seperti kemarin. Yang kemungkinan juga akan sama dengan besok. Mau hari apapun, rasanya sama saja.
Waktu yang mengerikan. Terus bergerak maju tanpa menghapus kenangan buruk. Membuat orang tersiksa dengan rasa penyesalan.
Ini sudah sangat lama. Banyak hal yang telah berubah. Banyak sekali, namun tidak untuk beberapa konsep. Perasaan misalnya.
Ara tersenyum lagi. Mengingat kejadian lama pasti membuatnya tersenyum, senyum kecil yang dapat diartikan banyak hal.
Waktu yang kejam membuatnya masih terjebak dalam kenangan enam tahun yang lalu. Mau baik ataupun buruk, Ara tidak bisa melupakannya.
Rasa itu masih sama. Tapi telah banyak perubahan yang terjadi, bahkan pada sikap Ara. Ia bukan lagi gadis bodoh seperti dulu. Bukan juga gadis manja yang akan marah jika keinginannya tidak dituruti.
Enam tahun bukan waktu yang singkat. Pola pemikiran sudah matang untuk gadis yang berumur 25 tahun. Ara menolak untuk membuat kisah romansa baru dalam hidupnya. Banyak hal yang jauh lebih penting dari itu.
Ara menepikan mobilnya di bahu jalan. Menarik tas kecilnya bersamaan dengan melangkahkan kaki keluar mobil. Ini adalah aktivitasnya di hari libur.
Dalam satu minggu, Ara mendapatkan libur kerja satu hari, ia biasa menggunakan waktunya itu untuk berjalan-jalan seorang diri, seperti sekarang.
Ara duduk diam sambil memandangi kolam ikan di depannya. Memperhatikan ikan-ikan kecil itu berenang di balik air yang berwarna sedikit kecoklatan.
Kegiatan sederhana itu sudah cukup untuk menghiburnya. Hingga perhatiannya teralihkan pada sosok anak kecil yang tiba-tiba saja menghampirinya.
Ara menoleh ke kiri dan kanan guna mencari orang yang sedang bersama gadis kecil berkuncir dua itu, namun tidak ada siapapun selain dirinya di sini.
"Hai." Sapa Ara dengan senyumnya.
Gadis kecil itu tidak membalas, dari umurnya, mungkin dia belum lancar bicara.
Ara mengangkat balita itu agar duduk di sebelahnya. Lucu sekali. Matanya bulat dengan pipi yang tampak penuh.
"Siapa namanya?" Tanyanya lembut. Balita itu hanya menatap Ara lama. Lalu tersenyum lebar. Ara ikut tersenyum. Benar-benar menggemaskan.
"Nama kakak Ara," Ara berusaha memperkenalkan diri, ia tersadar satu hal, "Eh, kakak apa tante ya cocoknya?" Ara bingung sendiri.
Ia terlalu tua untuk dipanggil kakak oleh gadis kecil yang sepertinya baru berusia tiga tahun itu. Namun tidak rela jika dipanggil tante.
Ara memilih untuk tidak mempedulikan itu, toh balita imut ini tidak mengerti apa yang ia bicarakan sekarang.
Tiba-tiba balita itu menarik tas Ara, menjadikan itu sebagai mainan barunya.
"Eh jangan." Cegah Ara cepat. Hampir saja tali tasnya di masukkan ke dalam mulut.
"Jangan ya, nggak boleh sembarangan masuk mulut, nanti sakit perut."
Balita itu menatapnya dengan senyum lebar. Ara gemas sekali melihat pipi empuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois -kth ✔
Fanfiction"Susah emang kalo berjuang sendiri." -kth Sequel "Brengsek -kth"