5

2.1K 196 1
                                    

Mata Ara membulat seketika. Tentu saja itu mengundang perhatian Eunwoo untuk melihat objek yang sama. Menyadari apa yang baru saja Ara lihat, Eunwoo tersenyum.

Dengan santainya ia mengangkat tangan kanannya, lalu separuh berteriak. "Woi, Bro."

"Gabung sini." Ia melambaikan tangannya.

Tae berjalan menghampiri dua orang itu. Ia mengambil tempat di samping Ara, otomatis berhadapan dengan Eunwoo. Posisi yang pas.

"Lo mau makan juga? Gue sama Ara juga baru mesan makanan."

Tae berdecih. "Banyak ya muka lo."

"Tae." Tegur Ara. Sudah pasti ini akan terjadi.

Eunwoo tertawa. "Gue gak dengar yang barusan."

"Maaf ya kak."

"Sans aja Ra, kalo jadi Tae gue bakal kek gitu juga mungkin."

Tae melipat tangannya di dada, sedikit menendang kaki meja yang mengundang bunyi nyaring. Tidak keras, namun cukup untuk mengundang perhatian penghuni kantin.

"Gak usah sok baik bangsat."

"Tae! Lo apa-apaan sih."

Sadar menjadi pusat perhatian, Ara memelankan suaranya. "Jaga sikap lo. Ini kantin."

"Terus lo mau gue pura-pura baik kek dia?" Tae menunjuk tepat ke arah Eunwoo.

"Tae." Tegur Ara frustasi. Sepertinya ia harus membawa Tae pergi dari sini sebelum dia semakin menjadi.

"Kak, maaf ya."

Eunwoo tersenyum paham.

Ara langsung menarik lengan Tae. Membawanya menjauh dari sana. Dikiranya cukup jauh, Ara menghentikan langkahnya.

"Lo kenapa sih Tae? Kenapa ngomong gitu sama Kak Eunwoo?"

"Kenapa lo bilang?" Tae tertawa sinis. "Gue udah bilang dari kemarin kalo gue gak suka liat lo dekat sama dia."

"Terus itu jadi alasan sikap lo barusan? Ngomong aneh-aneh tentang Kak Eunwoo di tempat rame?"

"Fakta." Koreksi Tae. "Dia emang sok baik."

"Pdkt sama pacar orang. Baik banget ya." Tambahnya.

"Gue yang ngajak Kak Eunwoo makan bareng."

"Oh, jadi lo beneran suka sama dia."

"Gue gak suka sama Kak Eunwoo Tae. Harus berapa kali gue bilang?"

"Kenapa nggak? Kak Eunwoo kan manis, enak diliat." Cibirnya.

"Iya, nggak kayak lo yang ngeselin." Kata Ara geram. Namun jelas sekali itu tidak menyelesaikan masalah mereka.

"Oh ya? Pacarin gih, dia juga suka sama lo tuh."

"Gue sama Kak Eunwoo cuma temen, lo bisa ngerti gak sih?"

"Ngerti gue. Temen kan? Temen hidup."

"Lanjutin selingkuhnya, anggap gue gak tau." Setelah mengucapkan itu, Tae memutar tubuhnya lalu melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Namun baru beberapa meter langkahnya terhenti saat sebuah tangan menahan lengannya. Tae refleks berbalik.

"Maaf. Ini salah gue."

Tae menatap wajah yang penuh perasaan bersalah itu. Beda jauh dengan beberapa menit yang lalu.

"Gue bakal jaga jarak sama Kak Eunwoo."

"Gue gak mau berantem sama lo."

Sepertinya Ara tau pasti kelemahan Tae. Melihat bagaiman ekspresi marah itu menghilang, sudah jelas bahwa permintaan maafnya diterima.

Tae menarik tangan Ara, membuat gadis itu mendekat lalu langsung memeluknya.

Tae memposisikan bibir di dekat telinga Ara, "Gue cuma takut ada orang yang bikin lo nyaman selain gue." Katanya dengan suara rendah.

"Nggak ada. Cuma lo."

Tanpa mereka sadari, seseorang memperhatikan dari jarak yang cukup jauh.

Belum sekarang kayaknya.

***

"Jin. Lo biasanya cemburu kalo pacar lo ngapain?"

Jin melirik sesaat. Lalu kembali menikmati kue keringnya. "Apa sih nanya tiba-tiba."

"Gue serius setan."

"Diam bentar, ini bokapnya reva meninggal anjir." Kata Jin sambil membesarkan volume tv.

Sabar Ara.

"Yee bangsat cuma mimpi."

"Gue jual juga ni tv."

"Jin!"

"Iye nyet. Apaan?"

"Lo suka cemburu kalo Tzuyu ngapain?"

"Gue? Ngapain nanya gue?"

"Tinggal jawab dajjal." Kata Ara geram.

"Buat apa cemburu? Itu gak cocok buat orang ganteng kek gue." Jin mengangkat bahunya sombong.

"Lo gak takut Tzuyu diambil orang?"

"Ya nggak lah. Emang siapa yang bisa ngambil dia dari gue?"

Sombong banget astaga.

"Kalo ada cowok yang deketin dia gimana?"

"Ya biarin. Dia sayangnya sama gue, gimana pun juga pasti balik ke gue."

"Lo mau curhat ini, tau gue mah." Tambahnya.

"Lo gak pernah cemburu apa?" Tanya Ara lagi.

"Ya nggak lah."

"Lo gak sayang apa sama dia?"

Jin merubah posisi duduknya menghadap Ara. "Gini ya dek, biar abang lo yang pinter ini jelasin."

"Dalam hubungan tuh, yang paling penting kepercayaan. Sayang doang gak cukup, lo juga harus percaya sama dia."

"Gue percaya kalo Tzuyu gak bakal selingkuh, jadi gue gak perlu cemburu mau dia dekat sama siapapun. Cowok atau cewek, temen atau bukan, gue gak cemburu. Karna gue percaya sama dia."

"Terus kalo cemburu itu artinya dia gak percaya?"

"Bisa iya bisa nggak. Orang itu beda-beda, bisa karna dia terlalu sayang, bisa juga karna gak percaya."

"Bedainnya gimana?"

"Sikapnya lah. Kalo dia gak dengerin penjelasan lo, artinya dia gak percaya. Mau lo jelasin gimana juga dia gak bakal percaya. Beda kalo dia beneran sayang sama lo."

"Kok jadi gue sih?"

"Ya ini lagi ngomongin Tae kan?"

Anjir.

"Nggak! Nanya doang."

"Lo kira gue bego."

"Emang Tae cemburu sama siapa?" Tanya Jin.

"Kating gue."

"Cemburu gara-gara?"

"Tae bilang tuh kating suka sama gue. Padahal dia emang ramah orangnya."

"Iya juga, gak mungkin ada cowok yang suka sama lo. Kalo Tae sih emang gak normal."

"Tzuyu juga gak normal."

"Gue sih emang ganteng."

"Ngomong sana sama bokapnya reva." Kata Ara geram.

***

Egois -kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang