Jin berdiri di samping ranjang Ara. Menatapnya dengan kedua tangan yang di pinggang. "Lo kenapa lagi sih nyet?"
Ara berbalik, memunggungi Jin. "Gak papa."
"Ck! Cerita sama gue."
Ara menarik selimutnya hingga menutupi kepala. "Gue gak papa Jin. Udah sana pergi."
"Lah anjir. Lo ngusir gue?"
Ara tidak menjawab. Jin yang merasa kesal menarik selimut Ara hingga terlepas dari tubuhnya.
"Jin..." Rengek Ara sambil berusaha menarik selimutnya lagi.
Jin membuang selimut itu menjauh. "Cerita!"
Ara mendengus kesal. Ia mengambil bantal lalu menggunakan benda itu untuk menutupi kepalanya.
Jin memukuli kepala Ara yang terlapisi oleh bantal menggunakan guling. "Cerita gak?"
"Sakit bego."
Jin justru memukulinya lebih keras. "Cerita sama gue!"
"Udah berapa hari lo kek gini hah? Makan jarang, ngapa-ngapain di kamar mulu, bikin khawatir aja. Kalo ada masalah tuh cerita setan."
"MA! LIAT JIN! DIA MUKULIN ARA."
"Mama pergi. Cuma ada gue. Gak usah ngadu-ngadu lo." Jin menarik bantal Ara. Membuangnya lagi. Kini baik bantal maupun selimut, semuanya sudah terkapar di lantai.
"Jangan ganggu gue."
"Ohh, jadi lo gak mau cerita sama gue hah?" Jin menjauh. Ia menatap Ara yang tengkurap di atas kasur.
Jin menarik kaki Ara, membuat separuh badannya keluar dari kasur. "Masih gak mau cerita?" Ancamnya.
"Jin! Ntar gue jatuh." Ara menggoyangkan kakinya. Berharap Jin melepaskannya.
"Ya mangkanya cerita. Lo ada masalah sama Tae?" Tanya Jin mulai melunak, namun masih belum melepas kaki Ara.
"Nggak ada."
"Kenapa akhir-akhir ini dia gak ke rumah? Lo juga gak keluar sama sekali. Kalian berantem?"
"Nggak! Lepas astaga." Ara menendang kakinya berkali-kali tangannya masih bergantung pada sisi lain tempat tidur.
"Biasanya jam-jam segini lo sama dia jalan atau nggak tuh anak yang ke rumah. Pasti lo lagi ada masalah kan sama dia?"
Ara diam.
Benar, biasanya jam segini dia dan Tae sedang bersama. Jika di rumah, mereka akan bermain ps Jin. Atau Ara hanya jadi penonton pertandingan Tae dan Jin. Biasanya juga mereka pakai taruhan, kalau kalah, yang menang bebas mencoletkan balsam ke wajah yang kalah. Setelah bermain, mereka akan cepat-cepat mencuci wajahnya.
Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi.
Mendadak, Ara merindukan laki-laki itu.
Senyum kotaknya. Senyum yang menjadi ciri khas Tae. Senyum yang selalu buat Ara ikut tersenyum ketika melihatnya. Senyum yang sangat lucu.
Tingkah anehnya. Tae yang kadang bersikap seperti anak TK. Tidak jarang juga merengek. Bibir Tae yang maju saat Ara tidak menuruti keinginannya.
Ara merindukan semuanya. Bahkan ia rindu Tae yang memarahinya. Ia rindu Tae yang melarangnya makan bakso. Rindu Tae yang duduk di ruang tamu menunggunya ganti baju.
Intinya, Ara merindukan Tae.
"Eh? Lo nangis?" Tanya Jin yang mendengar samar isakan Ara.
Jin melepas kaki Ara, ia dengan cepat membalik tubuh itu. Dan benar, adiknya itu sedang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois -kth ✔
Fanfiction"Susah emang kalo berjuang sendiri." -kth Sequel "Brengsek -kth"