Sesuai janji mereka kemarin. Hari ini Tae dan Ara akan berkencan. Entah kencan yang ke berapa, terlalu sering untuk dihitung.
Tae mengetuk-ketukkan sepatunya bosan. Kelas Ara sebentar lagi selesai, tapi tetap saja ia masih harus menunggu. Sebenarnya ini salahnya sendiri karna datang terlalu cepat.
Tidak lama kemudian Ara datang. Dengan buku tebal di tangan. Seperti mahasiswi pintar, padahal nggak.
Kalo kata Jin. "Bego lo tu permanen Ra, mau digimanain juga tetap bego."
Beruntungnya Ara punya saudara seperti Jin.
Ara sedikit menunduk karna Tae yang masih setia dengan posisi duduknya.
"Lama banget. Gue hampir diculik tante-tante tau gak."
"Kan udah gue bilang jam sebelas."
"Percepat lah, kan mau jalan sama gue."
Ara memutar bola mata.
"Lain kali nggak boleh telat lagi, oke?"
Ara mengumpat. Menahan diri agar tidak memukul Tae dengan buku 600 halaman itu.
"Nggak baik biarin cogan nunggu, ntar dia digangguin tante-tante. Lo nya jomblo, mau?"
"Mending tante-tante, kalo om-om gimana?"
"Oke, gue pulang." Kata Ara kesal.
"Eh jangan! Gue udah nunggu dari tadi juga. Dasar pacar nggak berperasaan, cowoknya udah nunggu lama lama dianya malah mau pulang." Jelas Tae. Benar-benar seperti korban.
"Minta maaf sama gue." Suruhnya.
"Hah?"
"Minta maaf udah bikin gue nunggu."
Tahan Ara, tahan. Jangan cakar mukanya, ntar gak ganteng lagi.
"Maaf ya Taehyung." Tidak ikhlas sama sekali.
"Oke gue maafin." Tae lalu mengangkat kedua tangannya ke atas.
Ara mengernyit. "Apa lagi?" Tanyanya tidak paham.
"Bantu berdiri."
"Tae, lo bukan anak kecil."
"Lutut gue pegal karna kelamaan nungguin lo."
Ara menarik napasnya panjang, menahan beberapa detik lalu menghela berat. Ia memaksakan senyumnya. "Tet, lo tinggal berdiri, gak ada yang susah dari itu."
"Ra, lo tinggal narik tangan gue, gak ada yang susah dari itu."
Oke, yang sabar Ra. Pacar lo lagi manja.
Lagi-lagi, dengan tidak ikhlas Ara menuruti perintah Tae. Ia menarik tangan Tae dalam sekali hentakan.
Tidak berat sama sekali.
"Udah? Apa lo masih mau disini sampe sore dan kita gak jadi nonton?"
"Pengen banget nonton sama gue kayaknya." Goda Tae yang membuat Ara semakin geram saja.
"Gue pulang."
"Iya iya, ngambekan banget jadi cewek. Untung gue suka." Ada jeda sebelum Tae melanjutkan. "Eh nggak deh, nggak suka."
"Tapi sayang." Katanya sambil mencolek pipi Ara pelan.
Sudah sering kali Ara mendengar kata itu. Tapi wajahnya selalu saja memanas. Dan untuk menutupi rasa malunya, ia membalas.
"Apaan sih."
Tae terkekeh pelan melihat wajah Ara yang memerah.
Tidak ingin membuang waktu lagi, mereka beranjak dari sana. Namun baru beberapa meter, langkah itu terhenti saat suara seseorang menginterupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois -kth ✔
Fiksi Penggemar"Susah emang kalo berjuang sendiri." -kth Sequel "Brengsek -kth"